Sarana prasarana pembuangan tinja harus dimiliki setiap rumah, dari data kejadian diare pada balita Desa Barengkrajan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2020 sampai 2022 terjadi peningkatan. Jumlah kasus di tahun 2020 ada 1.147 kasus, tahun 2021 terdapat 1.164 kasus, terjadi peningkatan 43 kasus pada tahun 2022 jadi total kasus diare sebanyak 1.207. Berdasarkan survei di rumah penduduk jarak air bersih dengan sumber pencemar kurang dari 10 meter, masih banyak keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga. Buang air besar bagi warga yang tidak memiliki jamban dilakukan di sembarang tempat. Faktor perilaku orangtua memiliki peran penting meningkatnya kasus diare. Faktor perilaku dipengerahi pengetahuan ibu rumah tangga yang masih rendah, sehingga sikap dan tindakan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat juga rendah. Pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Barengkrajan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Peserta pengabdian masyarakat adalah masyarakat yang tidak memiliki jamban dan masuk dalam kategori PJBS yang buruk, dengan jumlah 25 orang. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan dan sosialisasi peningkatan pengetahuan PHBS, melakukan monitoring dan choaching dalam mengimplementasikan PHBS terutama kepemilikan jamban keluarga. Waktu pengabdian masyarakat dilaksanakan bulan Maret - Oktober 2024. Hasil evaluasi pretest dan posttest menunjukkan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang PHBS dan penggunaan jamban sehat. Nilai rata-rata pretest adalah 41,75, sementara nilai posttest meningkat menjadi 75. Monitoring dan Coaching menunjukkan bahwa masyarakat yang telah menerima bantuan lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban sehat. Program ini didukung oleh tenaga puskesmas dan kader kesehatan yang terus memberikan pendampingan. Secara keseluruhan, program PKM ini berhasil meningkatkan kesadaran dan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Barengkrajan, serta menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lain dalam upaya meningkatkan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kontribusi Poltekkes Kemenkes Surabaya dalam program percepatan ODF melalui pembangunan jamban sehat dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang jamban dan pengaruhnya bagi kesehatan manusia. Enhancing Community Knowledge in Barengkarajan Village, Krian Subdistrict, Sidoarjo Regency on PHBS Implementation in the Accelerated ODF (Open Defecation Free) Program through Community Empowerment to Achieve Infectious Disease Prevention in 2024 Abstract Every house must have faecal disposal facilities, according to data on the incidence of diarrhea among toddlers in Barengkrajan Village, Krian District, Sidoarjo Regency from 2020 to 2022 there has been an increase. The number of cases in 2020 was 1,147 cases, in 2021 there were 1,164 cases, there was an increase of 43 cases in 2022 so the total number of diarrhea cases was 1,207. Based on surveys in people's homes, the distance between clean water and sources of pollution is less than 10 meters, there are still many families who do not have a family toilet. Residents who do not have toilets defecate in any place. Parental behavioral factors play an important role in increasing cases of diarrhea. Behavioral factors are influenced by housewives' low knowledge, so attitudes and actions in implementing clean and healthy living behavior are also low. Community service is carried out in Barengkrajan Village, Krian District, Sidoarjo Regency. Community service participants are people who do not have toilets and are included in the poor PJBS category, with a total of 25 people. The methods used in this activity are counseling and socialization to increase PHBS knowledge, monitoring and coaching in implementing PHBS, especially family toilet ownership. The community service period will be carried out in March - October 2024. The results of the pretest and posttest evaluation showed an increase in community knowledge about PHBS and the use of healthy latrines. The average pretest score was 41.75, while the posttest score increased to 75. Monitoring and Coaching showed that people who had received assistance were more active in maintaining environmental cleanliness and using healthy latrines. This program is supported by community health center staff and health cadres who continue to provide assistance. Overall, the PKM program has succeeded in increasing awareness and clean and healthy living behavior in Barengkrajan Village, as well as reducing the incidence of diarrhea in toddlers. It is hoped that this program can become a model for other villages in efforts to improve sanitation and public health. This community service activity aims to contribute to the Surabaya Ministry of Health's Health Polytechnic in the ODF acceleration program through the construction of healthy latrines and increasing public knowledge about latrines and their impact on human health.