Articles
FUNGSI SUNGAI BAGI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KUIN KOTA BANJARMASIN
Rochgiyanti, -
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan
Publisher : Universitas Negeri Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15294/komunitas.v3i1.2293
Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai kota seribu sungai. Kota ini bernama Banjarmasin karena kondisi geografisnya yang dikelilingi oleh sungai besar dan kecil. Salah satu sungai tersebut adalah sungai yang melewati wilayah Desa Kuin Kuin Utara, Selatan Kuin dan Kuin Cerucuk. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kuin Banjarmasin Kalimantan Selatan. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi, dan sosialisasi.Banjarmasin is the capital of South Kalimantan Province, which is also known as the city of a thousand rivers. The city is named Banjarmasin due to its geographical conditions which is surrounded by large and small rivers. One of the rivers is the Kuin river that passes through the village of Kuin, North and South Kuin and Kuin Cerucuk. The purpose of this article is to discuss the functions of the river for the people living on the banks of the River Kuin Banjarmasin South Kalimatan. The writing used descriptive qualitative method. Data were collected through interviews and observation. The results show that the river does not only serve as transportation routes, but also serves as economic activity, interaction, and socialization.
FUNGSI SUNGAI BAGI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KUIN KOTA BANJARMASIN
Rochgiyanti, -
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan
Publisher : Universitas Negeri Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15294/komunitas.v3i1.2293
Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai kota seribu sungai. Kota ini bernama Banjarmasin karena kondisi geografisnya yang dikelilingi oleh sungai besar dan kecil. Salah satu sungai tersebut adalah sungai yang melewati wilayah Desa Kuin Kuin Utara, Selatan Kuin dan Kuin Cerucuk. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kuin Banjarmasin Kalimantan Selatan. Penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi, dan sosialisasi.Banjarmasin is the capital of South Kalimantan Province, which is also known as the city of a thousand rivers. The city is named Banjarmasin due to its geographical conditions which is surrounded by large and small rivers. One of the rivers is the Kuin river that passes through the village of Kuin, North and South Kuin and Kuin Cerucuk. The purpose of this article is to discuss the functions of the river for the people living on the banks of the River Kuin Banjarmasin South Kalimatan. The writing used descriptive qualitative method. Data were collected through interviews and observation. The results show that the river does not only serve as transportation routes, but also serves as economic activity, interaction, and socialization.
RESPON GURU MGMP IPA KABUPATEN BATOLA TERHADAP PELATIHAN PEMBUATAN SOAL IPA BERBASIS HOTS DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH
Misbah, Misbah;
Rochgiyanti, Rochgiyanti;
Wati, Mustika
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2020): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31571/gervasi.v4i1.1619
Soal IPA yang digunakan oleh guru dalam evaluasi pembelajaran masih ada yang belum berkategori high order thinking skills (HOTS). Oleh karena itu dilakukan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang pembuatan soal IPA berbasis HOTS. Selain itu juga untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan yang diberikan. Sasaran kegiatan ini ialah 44 guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA Kabupaten Batola. Kegiatan pelatihan dilaksanakan melalui metode ceramah, diskusi, dan praktik. Di akhir kegiatan pelatihan, para peserta diberikan angket untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan. Diperoleh hasil bahwa para peserta memamai dengan baik materi yang disampaikan selama pelatihan berlangsung. Hal ini menunjukkan penyelenggaraan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah berjalan dengan baik.
Environment Care Character Education as a Flood Disaster Management Effort
Nina Permata Sari;
Eklys Cheseda Makaria;
Rochgiyanti Rochgiyanti;
Muhammad Andri Setiawan
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 13, No 2 (2021): AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (608.59 KB)
|
DOI: 10.35445/alishlah.v13i2.923
Character education awakens the realm of values and norms of students. Environmental care is one of the 18 character values in the Indonesian Ministry of Education and National (2010) character education design. This article aims to examine the character of caring for the environment to mitigate flood disasters. Qualitative approach with descriptive method is used to describe research problems. Miles and Huberman's interactive model reduced interview data, presented descriptive narratives, and document research results. Triangulation techniques and research extension resulted in data saturation. The results of the study describe that related to the environmental care behavior of the community in Pengaron Village, it is described as follows; 1) The attitude of the community towards flood prevention is to do cooperation every week by coordinating through village officials, 2) Knowledge about flooding is passed down from generation to generation to children. This information includes the fact that floods always occur every year, so people must always be alert; 3) Environmental care behavior includes the obligation to have swimming skills, construct houses on stilts and or two floors, and plant trees that have characteristics sensitive to weather changes. Society inherits the character of caring for the environment as the primary value in everyday life. The character of caring for the environment contributes to educating the importance of preserving and coexisting with the environment.
POSISI MATERI SEJARAH DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA KURIKULUM 2013
Rochgiyanti Rochgiyanti
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 2 (2014): Desember
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (139.782 KB)
|
DOI: 10.17977/sb.v8i2.4771
Abstrak. Salah satu cara dalam memperkenalkan sejarah bangsa pada generasi muda adalah melalui pendidikan dan hal ini telah diatur dalam kurikulum. Dalam perkembangan kurikulum di sekolah menengah pertama, mata pelajaran sejarah telah terintegrasi menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Persoalan yang muncul adalah bagaimana caranya supaya konten sejarah tetap dapat disampaikan kepada para siswa dalam konteks materi IPS. Oleh karena itulah tulisan ini mencoba melihat bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah di tengah perubahan kebijakan pendidikan nasional. Tulisan ini terutama akan melihat posisi materi sejarah di tingkat sekolah menengah pertama pada Kurikulum 2013. Abstract. One of the ways to introduce the national history to the next generation is by education and this has been arranged in curriculum. In the development of curriculum in junior high school, history has already integrated in the module of social studies. The problem is how the historical content could be delivered into student in term of social studies. Therefore, this article tends to describe how the implementation of teaching of history in the middle of the change of national education policy. This will focus on the position of the historical material of junior high school in curriculum 2013.
Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak di Banjarmasin Hingga Tahun 2014
Sulis Setianingsih;
Syaharuddin Syaharuddin;
Sriwati Sriwati;
Wisnu Subroto;
Rochgiyanti Rochgiyanti;
Fitri Mardiyani
PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial) Vol 1, No 1 (2021): PAKIS, March 2021
Publisher : Pendidikan IPS FKIP ULM
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (219.007 KB)
|
DOI: 10.20527/pakis.v1i1.3188
Kajian ini menganalisis mengenai peran dan dinamika Aisyiyah dalam bidang pendidikan anak di Kota Banjarmasin hingga tahun 2014, sehingga dapat mengetahui peran perempuan dan dinamika Aisyiyah dalam mengembangkan pendidikan anak di Kota Banjarmasin. Artikel ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial instutisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aisyiyah merupakan badan otonom Muhammadiyah yang memiliki kewenangan dalam menjalankan program pendidikan untuk kader dan masyarakat umum. Pendidikan ini berupa pengelolaan pada TK ABA, panti asuhan, pelatihan dan kajianIslam. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan tentang perkembangan TK yang dinaungi Aisyiyah dari awal berdiri hingga tahun 2014 meliputi peran dan dinamikanya.
Jejak Kebangkitan Pers Kota Banjarmasin Pasca 1998
Prayudha Aditya;
Syaharuddin Syaharuddin;
Rochgiyanti Rochgiyanti;
Fitri Mardiani;
Melisa Prawitasari
PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial) Vol 2, No 1 (2022): PAKIS, Maret 2022
Publisher : Pendidikan IPS FKIP ULM
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (365.235 KB)
|
DOI: 10.20527/pakis.v2i1.5205
The press is one of the institutions in society that bridges information between the public and the government through the mass media. In the life of a democratic community, nation, and state, freedom to express thoughts and opinions according to one's conscience and the right to obtain information must be guaranteed because these are the most basic human rights. In reality, the implementation of press freedom in the Reformation Era still faces many obstacles. Considering the political direction previously during the New Order era, which tended to be personal, very strong, and authoritative, in the following period, there were major changes for the press in Indonesia, including in Banjarmasin. This study explores how is the role of PWI in unifying forum for journalists nationall and creating a major contribution to maintaining the pillars of democracy in the realization of the post-1998 press in Banjarmasin City.Keywords: Press, Banjarmasin City, Post-1998
The Differences of Education Unit Level Curriculum (KTSP) and The 2013 Curriculum in Social Studies Lessons
Anis Yusnita;
Sonia Apriliani;
Ersis Warmansyah Abbas;
Rochgiyanti Rochgiyanti
The Innovation of Social Studies Journal Vol 3, No 1 (2021): The Innovation of Social Studies Journal, Sept 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20527/iis.v3i1.3182
Perkembangan IPTEK menjadi pusat perhatian untuk menyiapkan sumber daya manusia. Perihal ini tentunya menjadi respon bagi kurikulum untuk memberikan ruang dialog kritis pada level pembelajaran. Kondisi yang demikian, secara langsung mendasari terjadinya perubahan KTSP tahun 2006 menjadi Kurikulum 2013. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan praktis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. Telaah Pustaka dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan skripsi atau tesis mahasiswa. Cara penelusuran data yaitu penulis mendatangi perpustakaan untuk mencari buku yang sesuai dengan kata kunci, selain itu penulis juga mencari jurnal yang relevan dengan isi penelitian. Literature Review kemudian di sintesis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Artikel ini mendeskripsikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, secara khusus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar menekankan pada aspek pengetahuan. Namun, Kurikulum 2013 kemudian mengembangkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ke ranah kontekstual agar peserta didik lebih baik dalam melakukan observasi, menalar, bertanya serta mempresentasikan apa yang mereka dapat atau ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek yakni sikap, pengetahuan serta keterampilan.
RESPON GURU MGMP IPA KABUPATEN BATOLA TERHADAP PELATIHAN PEMBUATAN SOAL IPA BERBASIS HOTS DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH
Misbah Misbah;
Rochgiyanti Rochgiyanti;
Mustika Wati
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2020): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31571/gervasi.v4i1.1619
Soal IPA yang digunakan oleh guru dalam evaluasi pembelajaran masih ada yang belum berkategori high order thinking skills (HOTS). Oleh karena itu dilakukan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang pembuatan soal IPA berbasis HOTS. Selain itu juga untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan yang diberikan. Sasaran kegiatan ini ialah 44 guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA Kabupaten Batola. Kegiatan pelatihan dilaksanakan melalui metode ceramah, diskusi, dan praktik. Di akhir kegiatan pelatihan, para peserta diberikan angket untuk mengetahui respon peserta terhadap pelatihan. Diperoleh hasil bahwa para peserta memamai dengan baik materi yang disampaikan selama pelatihan berlangsung. Hal ini menunjukkan penyelenggaraan pelatihan pembuatan soal IPA berbasis HOTS di lingkungan lahan basah berjalan dengan baik.
Madam: Budaya Urang Banjar Merantau untuk Kehidupan Lebih Baik
Rochgiyanti;
Miftahuddin;
Heri Susanto;
Fathurrahman;
Meli Hadijah
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 3 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (347.569 KB)
|
DOI: 10.31004/jpdk.v4i3.4945
Urang Banjar terkenal sebagai orang yang suka merantau. Merantau dalam istilah Urang Banjar dikenal dengan sebutan madam. Madam dilakukan Urang Banjar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik. Madam sudah menjadi budaya bagi Urang Banjar, sehingga Urang Banjar mudah dijumpai diberbagai wilayah yang ada di Indonesia termasuk di Kelurahan Kuala Pembuang I. Urang Banjar berani melakukan madam tentu ada penyebabnya. Fenomena madam Urang Banjar ke Kelurahan Kuala Pembuang I menjadi topik yang sangat menarik untuk diteliti dan dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya madam dan bagaimana kehidupan sosial Urang Banjar di Kelurahan Kuala Pembuang I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian yaitu Urang Banjar dengan lokasi penelitian di Kelurahan Kuala Pembuang I, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara dan observasi. Kemudian analisis data menggunakan model Milles dan Huberman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang membuat Urang Banjar madam ke Kelurahan Kuala Pembuang I. Pertama, faktor pendorong dikarenakan berkurangnya sumber daya alam dan menyempitnya lapangan pekerjaan serta susahnya dalam mengembangkan karir di tempat asal. Kedua, faktor penarik dikarenakan banyaknya lowongan pekerjaan di perusahaan kayu saat itu dan adanya hubungan kekeluargaan. Kehidupan sosial Urang Banjar di Kelurahan Kuala Pembuang terjalin dengan baik dengan masyarakat sekitar, hal ini dikarenakan ketika ada acara dari suku lain Urang Banjar senantiasa membantu. Selain itu, Urang Banjar selama berada di Kelurahan Kuala Pembuang I mempunyai sikap toleransi yang besar terhadap sesama, terutama dalam hal agama.