I Gusti Agung Gede Putra Pemayun
Laboratorium Bedah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Laporan Kasus: Pyometra Pada Anjing Golden Retriever Adigunawan, I Wayan Widya; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (1) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.982 KB) | DOI: 10.19087/imv.2019.8.1.45

Abstract

Pyometra adalah akumulasi nanah dalam lumen uterus anjing betina yang umumnya menyerang anjing betina dewasa. Seekor anjing Golden Retriever berjenis kelamin betina bernama Elis, umur 8 tahun dengan bobot badan 35,4 kg, beralamat di Jalan Ahmad Yani Gang Bina Marga 90Y, Denpasar dengan keluhan mengeluarkan leleran kental berwarna kemerahan dari alat kelamin selama seminggu. Pemilik melaporkan anjing sudah pernah dikawinkan dua bulan yang lalu namun tidak terjadi kebuntingan. Secara fisik anjing terlihat lesu dengan napsu makan menurun dan minum masih baik, urinasi normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan darah lengkap yang dilakukan di Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana, anjing didiagnosa menderita pyometra. Anjing ditangani dengan melakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium dan uterus (ovaryohysterectomy) dan dilanjutkan pemberian antibiotika dan analgesik. Pada hari ke-14 pasca operasi luka bekas insisi sudah mengering, kulit menyatu dengan baik, dan sudah tidak lagi mengeluarkan leleran dari alat kelamin.
Fluktuasi Bedah Sterilisasi pada Anjing Di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Tahun 2008-2012 Arya, Putu Oka; Pemayun, I Gusti Agung Gede Putra; Gede Jaya, Anak Agung Gede Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (1) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.819 KB)

Abstract

Penelitian tentang fluktuasi bedah sterilisasi pada anjing di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana tahun 2008-2012 telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi dalam setiap tahunnya jumlah anjing jantan dan betina yang dilakukan sterilisasi dari tahun 2008 s/d tahun 2012. Di samping itu juga dilakukan pengambilan data untuk mengetahui bedah sterilisasi pada anjing di RSH Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana setiap bulannya dalam satu tahun mulai dari tahun 2008-2012 disajikan dalam bentuk grafik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, data diambil dari buku catatan harian pasien di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Berdasarkan catatan buku harian pasien sterilisasi dapat diketahui jenis sterilisasi yaitu kastrasi dan ovariohysterectomy dalam setiap tahunnya selama 5 tahun disajikan dalam bentuk persentase dan dinyatakan dalam tabel. Hasil penelitian menunjukkan adanya fluktuasi bedah sterilisasi pada anjing di RSH Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana selama 5 tahun terakhir dari 2008-2012, juga jumlah kastrasi pada anjing selama 2008-2012 lebih banyak dibanding dengan ovariohysterectomy di samping itu terlihat adanya kecenderungan terjadi penurunan jumlah sterilisasi pada anjing dari tahun 2009 sampai tahun 2012.  
Laporan Kasus: Hemangioma pada Anjing Golden Retriever Marliani, Ni Kadek; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Sudisma, I Gusti Ngurah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (6) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.318 KB)

Abstract

Hemangioma adalah tumor jinak sel-sel endotel pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada kulit, yaitu pada bagian dermis atau lapisan subkutan sebagai akibat dari sel endotel pembuluh darah yang bermutasi. Hemangioma dapat terjadi karena paparan sinar matahari dan sering terjadi pada anjing dengan usia di atas lima tahun. Seekor anjing ras Golden Retriever berumur delapan tahun, bobot badan 35,4 kg dan berjenis kelamin betina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan adanya benjolan pada pangkal ekor. Secara klinis, anjing sehat dengan nafsu makan, minum, defekasi dan urinasi normal. Menurut hasil pemeriksaan histopatologi yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, dimana terlihat adanya banyak peluasan dan hemoragi pembuluh darah, anjing didiagnosis menderita hemangioma dengan prognosis fausta. Tumor ditangani dengan melakukan pembedahan (eksisi). Sebelum dilakukan tindakan operasi, hewan diberikan premedikasi berupa atropine sulfate melalui injeksi subkutan, lima belas menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian xylazine dan ketamine secara injeksi intramuskular. Insisi dilakukan pada bagian tengah tumor kemudian dilakukan preparasi untuk membuka bagian kulit dan eksisi jaringan tumor secara menyeluruh. Bekas insisi pada subkutan dijahit dengan pola jahitan continous suture dan pada kulit dengan pola jahitan interrupted suture. Anjing diberi antibiotik amoxicillin trihydrate 500 mg (Amoxan®) peroral dengan dosis pemberian tiga kali sehari satu tablet selama lima hari dan mefenamic acid 500 mg (Bernofarm®) peroral dosis pemberian dua kali sehari satu tablet selama tiga hari. Hari kedelapan pascaoperasi anjing dinyatakan sembuh dengan luka yang sudah mengering dan menyatu dengan baik.
Studi Kasus: Miasis pada Anjing Ras Shih-Tzu Wulandari, Alfitri; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (2) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.371 KB)

Abstract

Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan hidup hewan maupun manusia. Infestasi larva miasis tidak menimbulkan tanda klinis yang spesifik dan sangat bervariasi tergantung pada lokasi luka. Miasis bisa menyerang semua ras anjing baik jantan maupun betina, berumur tua atau muda. Seekor anjing ras Shih-Tzu berumur 4 tahun, bobot badan 3,50 kg dan berjenis kelamin betina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan adanya luka terbuka disertai adanya belatung pada daerah kepala dekat dengan mata kiri. Secara klinis anjing nampak lesu dengan nafsu makan dan minum menurun, namun defekasi dan urinasi masih normal. Hasil pemeriksaan fisik anjing didiagnosis menderita miasis dengan prognosis fausta. Anjing ditangani dengan melakukan pembersihan luka dan mengambil belatung setiap hari menggunakan larutan NaCl 0.9%. Anjing diobati dengan antibiotika amoksisilin (R/Betamox) dan amoksisilin sirup. Deksametason, asam mefenamat diberikan sebagai anti radang dan analgesik, disamping itu juga diberikan ivermectin untuk pengobatan belatungnya jika masih ada yang tertinggal. Hari kelima setelah pengobatan luka sudah menutup dan pada hari kesepuluh luka sudah sembuh dan menutup dengan baik.
Dinamika Leukosit Akibat Xilazin pada Anjing Lokal yang Dianestesi Ketamin secara Subkutan Adiari, Komang Sri; Ardana, Ida Bagus Komang; Pemayun, I Gusti Agung Gede Putra; Anggreni, Luh Dewi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (3) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.127 KB)

Abstract

Dinamika leukosit dapat diketahui dari pemberian xilazin dengan berbagai dosis pada anjing yang dianestesi ketamin secara subkutan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Split In Time dengan empat perlakuan yaitu X2K10 sebagai kontrol (xilazin dosis 2 mg/kg IM, ketamin dosis 10 mg/kg IM), X4K10 (xilazin dosis 4 mg/kg SC, ketamin dosis 10 mg/kg SC), X6K10 (xilazin dosis 6 mg/kg SC, ketamin dosis 10 mg/kg SC), dan X8K10 (xilazin dosis 8 mg/kg SC, ketamin dosis 10 mg/kg SC). Tiap perlakuan menggunakan 6 ekor anjing lokal sehingga jumlah yang digunakan sebanyak 24 ekor. Pengambilan sampel darah dilakukan selama anestesi dengan selang waktu 20 menit sampai menit ke-100 untuk pemeriksaan total leukosit dan diferensial leukosit. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata total leukosit dan fluktuasi diferensial leukosit, namun peningkatannya berada pada rentang normal anjing lokal. Disimpulkan bahwa dosis xilazin tidak memberikan efek yang nyata (P>0,05) terhadap total dan diferensial leukosit, namun waktu pemeriksaan sampel darah menunjukkan efek sangat nyata (P0,05) terhadap basofil dan monosit.
Waktu Induksi, Durasi dan Pemulihan Anestesi Ketamin dengan Berbagai Dosis Premedikasi Xilazin secara Subkutan pada Anjing Lokal Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Sindhu, I Gusti Agung Winata; Wardhita, Anak Agung Gde Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (6) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.696 KB)

Abstract

Pemberian kombinasi xilazin dan ketamin umumnya diinjeksikan secara intramuskuler, namun durasi anestesi yang ditimbulkan relatif singkat. Untuk itu dilakukan penelitian bila premedikasi xilazin diberikan secara subkutan dengan dosis yang lebih tinggi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu induksi, durasi dan pemulihan anestesi ketamin dengan berbagai dosis premedikasi xilazin yang diberikan secara subkutan dengan dosis yang melebihi dari pemberian secara intramuskuler, di samping itu untuk mengetahui dosis yang aman dan efektif. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yaitu X2K10 (xilazin dosis 2 mg/kg secara intramuskuler dan ketamin dosis 10 mg/kg secara intramuskuler sebagai kontrol), X4K10 (xilazin dosis 4 mg/kg secara subkutan dan ketamin dosis 10 mg/kg intramuskuler), X6K10 (xilazin dosis 6 kg/mg subkutan dan ketamin dosis 10 mg/kg intramuskuler), X8K10 (xilazin dosis 8 mg/kg subkutan dan ketamin dosis 10 mg/kg intramuskuler). Setiap perlakuan menggunakan enam ekor anjing jantan sebagai ulangan, sehingga anjing yang digunakan sebanyak 24 ekor. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan. Rataan waktu induksi anetesi untuk perlakuan X2K10, X6K10, X8K10 berturut-turut adalah 6,33 menit, 10,8 menit, 9,33 menit, dan secara statistika tidak berbeda nyata (P>0,05). Pemberian xilazin dengan dosis 4 mg/kg secara subkutan dan ketamin dengan dosis 10 mg/kg intamuskuler tidak menghasilkan efek anestesi yang sempurna, beberapa anjing masih mampu berdiri walaupun sempoyongan dan beberapa terimmobilisasi namun refleks masih ada dan mampu merasakan rasa nyeri. Rataan durasi anestesi untuk perlakuan X2K10, X6K10, X8K10 berturut-turut adalah 50,8 menit, 85,1 menit, dan 104 menit. Rataan waktu pemulihan anestesi untuk masing-masing perlakuan adalah 61,6 menit, 90,8 menit, dan 145,8 menit. Analisis statistika menunjukkan bahwa peningkatan dosis premedikasi xilazin yang diberikan secara subkutan tidak berpengaruh terhadap waktu induksi, namun berpengaruh sangat nyata terhadap durasi dan pemulihan anestesi xilazin-ketamin. Semakin tinggi dosis premedikasi xilazin yang diberikan secara subkutan semakin durasi anestesi demikian juga semakin lama waktu pemulihan anestesinya.
Laporan Kasus: Ehrlichiosis Pada Anjing Kintamani Bali Erawan, I Gusti Made Krisna; Sumardika, I Wayan; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Ardana, Ida Bagus Komang
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (1) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.08 KB)

Abstract

Ehrlichiosis merupakan penyakit penting pada anjing yang disebabkan oleh bakteri intraselular gram negatif dari genus Ehrlichia yang termasuk dalam famili Anaplasmataceae. Seekor anjing kintamani bali diperiksa di Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan; lemas, mimisan, nafsu makan dan minum menurun. Hasil pemeriksaan fisik; dari lubang hidung keluar darah encer dan membran mukosa mulut pucat. Pada kulit ditemukan infestasi capak Rhipicephalus. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan terjadi anemia mikrositik normokromik, trombositopenia, leukositosis, dan limfositosis. Pemeriksaan darah dengan test kit menunjukkan positif E. canis. Sehingga anjing kasus didiagnosis menderita ehrichiosis. Pengobatan dengan menggunakan doksisiklin memberikan hasil yang memuaskan.
Kejadian Pincang pada Sapi Bali Akibat Trauma Terkait Proses Transportasi Ke Pasar Hewan Beringkit ruroh, Mas; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Batan, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 4 (2) 2015
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.183 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian observasi kejadian pincang pada sapi bali akibat trauma terkait proses transportasi di Pasar Hewan Beringkit, Mengwi, Badung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada dan tidaknya kejadian pincang pada sapi bali yang dipasarkan di Pasar Hewan Beringkit dan untuk mengetahui bagian kaki sapi bali yang sering mengalami kepincangan. Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali pada setiap hari pasar (Rabu dan Minggu) dan hari Prapasar (Selasa dan Sabtu) tepat di depan dermaga dan di lanjutkan di delapan los Pasar Hewan Beringkit. Sapi bali yang mengalami kepincangan didata dan dokumentasikan, selanjutnya meminta informasi kepada peternak pemilik sapi bali tersebut terkait anamnesis dan kejadian pincang. Hasil penelitian menunjukan dari 6.881 ekor sapi bali terdapat empat kejadian pincang pada sapi bali yang dipasarkan di Pasar Hewan Beringkit, yang disebabkan karena proses transportasi. Dari kajian ini disimpulkan bahwa para peternak pada umumnya sudah mengetahui cara penanganan sapi untuk mencegah kejadian pincang akibat trauma terkait transportasi.
Gambaran Total Eritrosit, Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit Terhadap Xilazin-Ketamin pada Anjing Lokal secara Subkutan Marshanindya, Andra; Ardana, Ida Bagus Komang; Putra Pemayun, I Gusti Agung Gede
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (3) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.001 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian xilazin denganberbagai dosis dan ketamin secara subkutan terhadap gambaran total eritrosit, kadar hemoglobin, nilaihematokrit. Penelitian ini menggunakan 24 ekor anjing lokal dan pengambilan darah selama anestesidengan selang waktu 20 menit sampai menit ke-100, dilanjutkan dengan pemeriksaan total eritrosit,kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Ketamin diberikan secara IM pada kontrol/perlakuan 1 danSC pada perlakuan 2,3,4). Xilazin diberikan dengan dosis 2 mg/kg pada kontrol (IM), 4 mg/kg padaperlakuan 2 (SC), 6 mg/kg pada perlakuan 3 (SC) dan 8 mg/kg pada perlakuan 4 (SC). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan total eritrosit dan nilai hematokrit anjing selamamasa anestesi dan terjadi peningkatan selama masa pemulihan kesadaran namun masih berada padakisaran normal. Analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa dosis pemberian berpengaruhnyata (P<0,05) terhadap total eritrosit dan nilai hematokrit, sedangkan terhadap kadar hemoglobintidak berpengaruh nyata (P>0,05) namun waktu pemeriksaan bepengaruh sangat nyata (P<0,01)terhadap kadar hemoglobin dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap total eritrosit dan nilaihematokrit. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh terhadap totaleritrosit dan nilai hematokrit sedangkan terhadap kadar hemoglobin perbedaan dosis premedikasitidak berpengaruh. Namun perbedaan waktu pengamatan selama anjing teranestesi hanya berpengaruhterhadap kadar hemoglobin sedangkan pada total eritrosit dan nilai hematokrit tidak berpengaruh.
BASAL CELL EPITHELIOMA PADA ANJING PERSILANGAN Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Dewi, I Dewa Ayu Dian Sasmita; Erawan, I Gusti Made Krisna
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (4) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.463 KB) | DOI: 10.19087/imv.2018.7.4.451

Abstract

Basal cell epithelioma adalah tumor jinak pada membrana basalis sel epitel kulit, yang belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tumor ini bisa menyerang pada semua ras anjing baik jantan maupun betina dan umumnya ditemukan pada anjing yang berumur tua. Seekor anjing persilangan berumur tiga tahun, bobot badan 6,8 kg dan berjenis kelamin bertina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan adanya benjolan disertai tukak pada bagian bawah leher. Secara fisik anjing teramati seakan-akan sehat dengan napsu makan dan minum baik, defikasi dan urinasi normal. Hasil pemeriksaan histopatologis jaringan yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, terdapat bentukan seperti pita (garland) pada jaringan tumor tersebut, sehingga anjing didiagnosis menderita basal cell epithelioma dengan prognosis fausta. Anjing ditangani dengan melakukan pembedahan (eksisi) untuk mengangkat masa tumor pada bagian leher dan pemberian antibiotika cepotaxim dengan analgesik asam mefenamat. Satu minggu pascaoperasi anjing dinyatakan sembuh dengan luka operasi yang sudah kering dan menyatu.