Bambang Sulardiono
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto,SH Tembalang, Semarang

Published : 71 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PREFERENSI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKAN TERIPANG (Holothuroidae) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KARIMUNJAWA, JEPARA (Preference Habitat and Food Habbit of Sea Cucumber (Holothuroidea) In Menjangan Kecil Island, Karimunjawa, Jepara) Setiawan, Bagus Putro; Suryanti, Suryanti; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.42 KB)

Abstract

Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit berduri, hidup pada dasar substrat pasir, pasir berlumpur maupun dalam lingkungan terumbu, dan sering tertangkap di perairan Indonesia. Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa merupakan perairan yang banyak menghasilkan teripang, tetapi akhir – akhir ini menurun jumlahnya sehingga dapat terancam punah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa, Jepara. Identifikasi kebiasaan makan teripang dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi habitat teripang dan kebiasaan makanan teripang di Perairan Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa, Jepara. Teknik sampling teripang yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode random sampling. Analisis Data yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan perhitungan Index of Preponderance. Nilai Index of Preponderance diketahui dengan cara mengamati makanan yang terdapat pada usus Teripang. Hasil penelitian didapatkan, saat sampling di lapangan diperoleh empat spesies teripang yaitu Holothuria atra, Synapta maculata, Holothuria impatiens, dan Pearsonothuria graeffei. Preferensi habitat hasil pengamatan, menunjukan bahwa teripang menyukai substrat dengan kandungan bahan organik tinggi. Makanan utama dari ke empat jenis teripang yang di temukan adalah jenis Nitzchia dengan nilai Index of Preponderance masing-masing jenis sebesar Holothuria atra 25.2%, Synapta maculata 35.6%, Holothuria impatiens 28.2% dan Pearsonothuria graeffei 31.9%. Sea cucumbers are among the members of thorny animals, living on the base of sand substrate, muddy sand or in the reef environment, and often caught in Indonesian waters. The waters of Menjangan Kecil Island, Karimunjawa are the waters that produce a lot of sea cucumbers, but recently decreased in number so it can be threatened with extinction. This research was conducted in May 2017, in Menjangan Kecil Island Waters, Karimunjawa, Jepara. Identification of feeding habits of sea cucumbers performed in the Laboratory of Hydrobiology, Faculty of Fisheries and Marine Science Diponegoro University. This study aims to determine the preference habitat of sea cucumbers and food habits of sea cucumbers in the waters of Menjangan Kecil Island, Karimunjawa, Jepara. The sampling technique of sea cucumber used in this research is random sampling method. Data analysis used in this study, using the calculation of Index of Preponderance. Index of Preponderance value is known by observing the food contained in the intestine Sea cucumber. The results obtained, when sampling in the field obtained four species of sea cucumbers are Holothuria atra, Synapta maculata, Holothuria impatiens, and Pearsonothuria graeffei. Observation habitat preference, indicating that sea cucumbers prefer substrates with high organic content. The main foods of the four types of sea cucumber found were Nitzchia species with Index of Preponderance values of each type of Holothuria at 25.2%, Synapta maculata 35.6%, Holothuria impatiens 28.2% and Pearsonothuria graeffei 31.9%.
HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU Rizqina, Cahya; Sulardiono, Bambang; Djunaedi, Ali
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 1 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.67 KB)

Abstract

ABSTRAKKeberadaan fitoplankton dapat memberikan informasi mengenai kondisi suatu perairan, sedangkan nitrat dan fosfat mempengaruhi keberadaan fitoplankton untuk pertumbuhan dan transfer energi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton, mengetahui kandungan nitrat dan fosfat di perairan, serta hubungannya dengan kelimpahan fitoplankton dan mengetahui nilai indeks saprobitas perairan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2016. Materi penelitian adalah sampel fitoplankton dan sampel air untuk uji nitrat dan fosfat. Metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampling dilakukan sebanyak tiga kali pada 3 stasiun. Pengambilan sampel fitoplankton menggunakan jaring plankton dengan metode sampling aktif. Sampel fitoplankton diawetkan menggunakan lugol iodine 2-3 tetes sebelum diidentifikasi di laboratorium. Uji kandungan nitrat dan fosfat dilakukan dengan skala laboratorium. Analisa data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian menunjukkan kandungan nitrat di Pulau Pari berkisar antara 0,069 – 0,088 mg/l. Kandungan nitrat tergolong cukup optimal bagi pertumbuhan fitoplankton. Kandungan fosfat berkisar antara 0,004 – 0,006 mg/l. Kandungan fosfat tergolong rendah namun masih dapat ditolerir oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1774 – 3657 ind/l. Koefisien korelasi (r) sebesar 0,98 dan 0,905 artinya antara kandungan nitrat maupun fosfat dengan kelimpahan fitoplankton memiliki hubungan yang kuat. Nilai SI berkisar 1,28 – 1,43 dan nilai TSI berkisar 1,64 – 2,66 hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan Pulau Pari, dikategorikan dalam tingkat saprobitas oligosaprobik yaitu tercemar ringan sampai belum tercemar Kata kunci: Nitrat dan Fosfat, Kelimpahan Fitoplankton, Indeks Saprobitas, Pulau Pari, Kepulauan Seribu                                                                                           ABSTRACTThe existence of phytoplankton in the waters can provide information about water quality, while nitrates and phosphates affecting the availability of phytoplankton for growth and energy transfer. This research aims to know phytoplankton abundance and kinds of phytoplankton, find out the levels of nitrates and phosphates in the water and its connection with the abundance of phytoplankton, and find out saprobics index water. The research was conducted in May – June 2016. Material used in research was sample of phytoplankton and water samples. Methods used field survey with purposive technique sampling. The activity of sampling done in three times in 3 different stasions. Collection of phytoplankton sample using plankton net and active sampling method.  Phytoplankton samples preserved using 2-3 drops lugol's iodine before identified in the laboratory. Water samples to be tested it is nitrate and phosphate contents in laboratory scale. Data analysis research was done using Microsoft Excel 2013. This research shows the content of nitrate is about 0.069 to 0.088 mg/l. Nitrate content is optimal for growth of phytoplankton and phosphate is about 0.004 to 0.006 mg/l. Classified quite high but still can be tolerated by the phytoplankton. Phytoplankton abundance ranges from 1774 - 3657 ind/l. The correlation coefficient (r) between nitrate and phytoplankton abundance is 0,98 then between phosphate and phytoplankton abundance is 0,902. The result means both of them have a strong correlation. SI values from 1,28 to 1,43, and TSI value from 1,64 to 2,66 this show that water quality in Pari Island Thousand Island is categorized into oligosaprobic which is lightly polluted to uncontaminated.                                                                            Keywords: Nitrate and Phosphate, Phytoplankton abundance, Saprobic Index, Pari Island, Thousand Island  
PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI MAROON MANGROVE EDU PARK (MMEP) SEMARANG, JAWA TENGAH Management Of Mangrove Ecosystem As Ecotourism Area In Maroon Mangrove Edu Park (MMEP) Semarang, Central Java Sari, Desy Melinda; Suryanti, Suryanti; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 1 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.151 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i1.24224

Abstract

ABSTRAK Ekosistem mangrove sangat berpotensi dijadikan kawasan ekowisata. Maroon Mangrove Edu Park (MMEP) Semarang  telah  dikembangkan sebagai ekowisata  berbasis  edukasi.  Penelitian  ini dilakukan pada  bulan Mei 2018, dengan tujuan mengetahui kondisi pengelolaan dan potensi daya tarik, persepsi pengunjung, dan mengetahui strategi pengelolaan ekowisata edukatif di MMEP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi untuk melakukan pengamatan terhadap lokasi kawasan,   kegiatan dan pelakunya melalui responden terhadap pengunjung dan pengelola. Teknik pengambilan sampel  pengunjung dengan accidential sampling, untuk pengelola dengan purposive sampling. Data dianalisis menggunakan  analisis SWOT. Hasil yang  diperoleh  menunjukan  potensi  daya  tarik  wisata  meliputi :  keragaman  mangrove  yang   terdiri dari Avicennia marina, Rhizopora mucronate, Bruguiera gymnorrhiza dan Ceriops sp, keanekaragaman burung,  fasilitas yang tersedia meliputi  tracking,  gardu  pandang,  gazebo,  aula.  Persepsi  pengunjung  terhadap  fasilitas  dan   aksesbilitas tergolong kurang  baik,  persepsi  terhadap  manfaat  edukasi  tergolong  kurang  baik.  Strategi  pengelolaan   ekosistem  mangrove sebagai ekowisata edukatif meliputi mengoptimalkan program edukasi dengan berkoordinasi  terhadap instansi sekolah untuk melakukan kunjungan lingkungan di MMEP, menguatkan kerjasama dengan pihak   lain untuk pengadaan atraksi wisata serta mengoptimalkan sarana prasarana,  meningkatkan pengetahuan dan  ketrampilan metal dengan melalukan studi banding dan mangajukan kerjasama dengan dinas terkait seperti pengadaan   penyuluhan, Mengoptimalkan ketersediaan  media  informasi  berupa  pengetahuan  mengenai  mangrove,  papan   peringatan  bagi  pengunjung  dan melakukan promosi.ABSTRACT Mangrove  ecosystems  have  the  potential  as  ecotourism  areas.  Maroon  Mangrove  Edu  Park  (MMEP) Semarang has developing as ecotourism based on education. This research occurred during May 2018, the aim is to understand  the  condition  of  management  and  potential  attractiveness,  visitor  perceptions,  and  understand  the educational ecotourism management strategies at MMEP. The research method used was survey method. The data collected by interview and observation on the location, activities and subject by interview to visitors and managers.  The sampling technique for visitors is accidential sampling, and for managers with purposive sampling. The data analyzed by SWOT analysis. The results showed that the potentials of tourist attraction include: mangrove diversityi.e. : Avicennia marina, Rhizopora mucronate, Bruguiera gymnorrhiza and Ceriops sp, bird diversity, facilities that available are tracking, guardhouse view, gazebo, hall. The visitor perceptions about facilities and accessibility were considered not good, and the perception of the benefits of education was not good enough too. Mangrove ecosystem management strategies as educational ecotourism are optimizing educational programs by coordinatinate with school institutions to visit environmental in MMEP, improving cooperation with other parties to procure tourist attractions  and optimizing infrastructure, increase managers (METAL) knowledge and skills by conducting comparative studies   and promoting  cooperation  with  the  related  official  for  the  provision  of  counseling,  optimizing  the  availability  of information media in the form of knowledge about mangroves, warning boards for visitors and conducts promotions.  
ANALISIS FOOD HABIT TERIPANG HITAM (Holothuria atra) DI PERAIRAN PANTAI ALANG-ALANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Analysis Food Habit of Black Sea Cucumber (Holothuria atra) in The Coastal Waters of Alang-Alang Karimunjawa National Park Anjani, Putri Dewi; Sulardiono, Bambang; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 4 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.764 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i4.26484

Abstract

Teripang merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang melimpah di perairan Indonesia. Teripang merupakan komponen penting di perairan pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic level) dalam rantai makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui food habit teripang hitam (Holothuria atra) dan bahan organik sedimen pada ekosistem lamun di Perairan Pantai Alang-Alang Taman Nasional Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Pengambilan data menggunakan metode systematic random sampling. Penelitian ini dilakukan pada tiga titik pengamatan pada ekosistem lamun. Hasil pengamatan kelimpahan teripang sebanyak 25 ekor teripang hitam (Holothuria atra) ditemukan dengan nilai kelimpahan relatif (KR) di titik sampling 1 sebesar 32%, titik sampling 2 sebesar 48% dan di titik sampling 3 sebesar 20%. Nilai IP (Index of Preponderance) tertinggi sebesar 40,08% pada jenis makanan Rhizosolenia spp dan nilai IP terendah sebesar 0,21% pada jenis makanan Iasis spp dan Triceratium spp. Kandungan bahan organik sedimen di titik sampling 1 sebesar 5,426%, titik sampling 2 sebesar 19,917% dan di titik sampling 3 sebesar 14,584%. Hubungan kelimpahan teripang hitam (Holothuria atra) dengan bahan organik sedimen menunjukkan hubungan yang positif dengan persamaan regresi y = 0,2104x + 5,5327. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,439 dengan kategori cukup atau sedang dan nilai koefisien determinasi (R2) 0,1929 dengan kategori buruk. ABSTRACT  Sea cucumber is one of the abundant coastal resources in Indonesian waters. Sea cucumber is an important component in the water at various trophic levels in the food chain. The purpose of this research is to find out the black sea cucumber (Holothuria atra) food habit and sedimentary organic material in seagrass ecosystem in the coastal waters of Alang-Alang Karimunjawa National Park. The method used in the research is descriptive method. The sampling method used is systematic random sampling technique. This research is conduct at three observation locations in seagrass ecosystem. The result of observations of the abundance of sea cucumber were found 25 sea cucumbers with a relative abundace value at the first observation location of 32%, second observation location of 48% and third observation location of 20 The highest IP value (Index of Preponderance) at 40,08% is Rhizosolenia spp and the lowest IP value at 0,21% is Iasis spp and Triceratium spp.Sedimentary organic material content at the first observation location of 5,426%, second observation location of 19,917% and third observation location of 14,584%. The relation between abundance of black sea cucumber (Holothuria atra) with sedimentary organic material shows positive relation which is regression equation y = 0,2104x + 5,5327. The correlation of coefficient value is 0,439 in moderate category and determination of coefficient value (R²) is 0,1929 in bad category.
KELIMPAHAN LARVA IKAN BERDASARKAN FASE BULAN DI PADANG LAMUN PANTAI PRAWEAN, JEPARA Hidayaturrohmah, Fitriana; Sulardiono, Bambang; Taufani, Wiwiet Teguh
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 4 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.306 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i4.22666

Abstract

Perairan Prawean Jepara, merupakan salah satu wilayah pantai dengan garis pantai terluas di pesisir Jepara. Kondisi morfologi yang terdapat pada pantai ini memiliki komunitas padang lamun yang relatif subur yang mempengaruhi kelimpahan larva ikan. Larva ikan merupakan tahap awal dari pertumbuhan ikan. Larva juga dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan bagi kelulushidupannya. Fase bulan yang berhubungan dengan pasang surut akan mempengaruhi hasil dari kelimpahan larva ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan larva ikan pada kerapatan lamun di fase bulan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2018. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penentuan titik sampling menggunakan metode purposive sampling di 3 stasiun baik pada saat pasang dan surut di fase bulan berbeda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah larva ikan yang tertangkap sebanyak 1382 ind/900m3 terdiri dari 8 famili yakni: Apogonidae (7), Blennidae (415), Engraulidae (34), Gobiidae (521), Lutjanidae (218), Mugillidae (60), Mullidae (25) dan Nemipteridae (102). Larva famili yang tertangkap secara keseluruhan, Gobbidae (larva yang paling banyak tertangkap) dan Apogonidae (jumlah paling sedikit). Nilai korelasi antara kelimpahan larva ikan dengan kerapatan lamun yaitu sebesar r = 0,546; 0,628; 0,784 dan 0,791. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kelimpahan dan komposisi famili larva ikan dengan kerapatan lamun.  Prawean Jepara waters are one of the coastal areas with the widest coastline on the coast of Jepara. The morphological conditions found on this beach relatively has fertile seagrass communities that affect the abundance of fish larvae. Fish larvae is the initial stage of fish growth. Larvae is also influenced by many environmental factors for their life. The phases of the moon associated with tides will affect the results of the abundance of fish larvae. This study aims to determine the type and abundance of fish larvae in seagrass density in different moon phases. The study was conducted in March - April 2018. The method used was a survey method with the determination of sampling points using purposive sampling method at 3 stations both at high tide and low tide in different moon phases. The results obtained showed that the number of fish larvae caught was 1382 ind/900m3 consisting of 8 families: Apogonidae (7), Blennidae (415), Engraulidae (34), Gobiidae (521), Lutjanidae (218), Mugillidae (60) , Mullidae (25) and Nemipteridae (102). The family find overall larvae, Gobbidae (the most caught larvae) and Apogonidae (is the least caught larvae). The correlation value between the abundance of fish larvae with seagrass density is equal to r = 0.546; 0.628; 0.784 and 0.791. Based on this, it can be concluded that there is a close relationship between abundance and composition of fish larvae families with seagrass density.
KAJIAN TENTANG LAJU PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskall) PADA TAMBAK SISTEM SILVOFISHERY DAN NON SILVOFISHERY DI DESA PESANTREN KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG Susanti, Rina; Sulardiono, Bambang; -, Supriharyono
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.345 KB)

Abstract

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Sistem Tambak Silvofishery merupakan suatu kegiatan budidaya perikanan yang dikombinasikan dengan pengelolaan hutan mangrove. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan setiap satu minggu sekali selama 4 minggu dengan mencatat laju pertumbuhan ikan bandeng yaitu dengan mengukur panjang dan berat ikan bandeng. Populasi yang dimaksud adalah ikan Bandeng yang diambil 50 sampel  dari jumlah ikan yang ada di tambak silvofishery dan non silvofishery. Padat penebaran ikan bandeng 2000 ekor/ 0,5 Ha, dengan media tambak silvofishery dan non silvofishery. Serta dilakukan pula pengukuran parameter pendukung seperti suhu, salinitas, pH, kecerahan, oksigen terlarut, nitrat, dan fosfat. Hasil analisis uji-t dengan Two-Sample Assuming Equal Variances bobot Specific Growth Rate (SGR) ikan bandeng pada tambak sistem silvofishery dengan bobot SGR ikan bandeng pada tambak non silvofishery menunjukkan nilai T hitung sebesar 0,186 dan T tabel sebesar 0,859. Berdasarkan data statistik tersebut maka T hitung < dari T tabel yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata bobot SGR ikan bandeng pada tambak silvofishery dengan bobot SGR ikan bandeng pada tambak non  silvofishery.
HUBUNGAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DENGAN KELIMPAHAN INFAUNA PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PANTAI BANDENGAN JEPARA Sofiana, Ucik Ramita; Sulardiono, Bambang; Nitisupardjo, Mustofa
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.88 KB)

Abstract

ABTRAK Pantai Bandengan kabupaten Jepara merupakan salah satu habitat bagi lamun. Tegakan daun lamun yang rapat berperan penting untuk mengurangi energi gelombang sehingga dapat mengendapkan partikel organik dan nutrien yang menjadi sumber makanan dari biota infauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 di Pantai Bandengan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik sedimen dengan kelimpahan infauna pada kerapatan lamun yang berbeda di pantai Bandengan Jepara. Metode yang digunakan yaitu metode Purposive Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila sampel yang akan diambil memiliki pertimbangan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan  yaitu Thalassia sp dengan kerapatan masing – masing stasiun 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Kandungan bahan organik sedimen pada kerapatan padat, sedang dan jarang berturut – turut adalah 9.81%, 8.00%, 5.71%. Kelimpahan infauna di kerapatan lamun  padat, sedang dan jarang di Pantai Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3, 18304 ind/m3. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh persamaan y = 984.52x - 288.5, menunjukkan bahwa hubungan bersifat positif, artinya setiap kenaikan kerapatan lamun diikuti oleh kenaikan kandungan bahan organik tetapi tidak diikuti oleh kelimpahan infauna. Nilai R² = 0.164206, dan nilai r = 0.405224 menunjukkan bahwa hubungan kandungan bahan organik dengan kelimpahan infauna memiliki keeratan  sedang, karena nilai keeratannya 40.52%. Kata Kunci: Bahan Organik, Kelimpahan Infauna, Kerapatan Lamun , Pantai Bandengan  ABSTRACT The Coastal Bandengan was one of habitat for seagrass. Density seagrass lived could redocing wave energy, so that caould precipitate particles and organic nutrients into the food source of the biota infauna. Research conducted in March 2016 at the Coastal Bandengan this experiment knowed the relationship of the content of organic of sediment  matter with infauna abundance on the density of different at Coastal seagrass Bandengan Jepara. The method used Purposive Random Sampling methods i.e., the sampling technique when a sample taken has certain considerations. The results showed 1 type of seagrass found at Coastal Bandengan i.e. Thalassia sp with the density of each station 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Organic matter of sediment in solid density, medium rare and successive – co-designer were 9.81%, 8.00%, 5.71%. The abundance of infauna in the dense seagrass density, medium rare in the coastal Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3 18304/m3. The results of the regression test obtained the equations y = 984.52 x-288.5, that relations are positive, meaning that increased the density of the seagrass were following by the increasing organic matter, but didn’t follow by an abundance of infauna. The value of R² = 0.164206, and the value of r = 0.405224, that the relationship of the content of organic materials with the abundance of infauna had medium, because the value of the correlation of 40.52%. Keywords: Organic Materials; Epifauna Abundance; Seagrass Density Bandengan Beach
KELIMPAHAN JENIS TERIPANG DI PERAIRAN TERBUKA DAN PERAIRAN TERTUTUP PULAU PANJANG JEPARA, JAWA TENGAH Satria, Guliano Gema Adi; Sulardiono, Bambang; Purwanti, Frida
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.291 KB)

Abstract

Perairan terbuka adalah suatu daerah perairan yang menghadap ke arah laut lepas tanpa adanya penghalang baik itu pulau maupun daratan di depannya sehingga perairan terbuka sangat dipengaruhi oleh ombak dan gelombang. Perairan tertutup adalah suatu perairan yang terhalang oleh daratan atau pulau di depannya atau berupa teluk, sehingga kekuatan arus dan gelombang akan berkurang ketika sampai di pantai. Teripang merupakan salah satu spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dilakukan penangkapan terhadap teripang yang menyebabkan menurunnya populasi teripang pada suatu perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan teripang pada perairan terbuka dan perairan tertutup Pulau Panjang, Jepara. Metode yang digunakan adalah metode kuadran transek berukuran 2x2 meter, yang diletakkan pada line transek sepanjang 100 meter. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap titik pengamatan, dengan jarak antara setiap line 10 meter. Jenis teripang yang ditemukan pada perairan terbuka dan tertutup pulau Panjang adalah Holothuria atra, H.leucospilota, dan H.scabra. Dimana kelimpahan teripang pada perairan terbuka pulau panjang adalah 72 individu/1200m2 pada jenis H.atra, 36 individu/1200m2 pada jenis H.Leucospilota, 1 individu/1200m2 pada jenis H.scabra. Sedangkan kelimpahan jenis teripang pada perairan tertutup pulau Panjang adalah 37 individu/1200m2 pada jenis H.atra dan 22 individu/1200m2 pada jenis H.Leucospilota.
HUBUNGAN KELIMPAHAN EPIFAUNA DENGAN TINGKAT KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PERAIRAN BANDENGAN JEPARA Wulan, Sonia; Rudiyanti, Siti; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.262 KB)

Abstract

ABSTRAK Ekosistem padang lamun di Perairan Bandengan Jepara penting bagi biota akuatik khususnya epifauna. Kerapatan lamunakan mempengaruhi bahan organik yang digunakan oleh epifauna, selain itu kerapatan lamun juga dapat mengendapkan bahan organik yang akan mempengaruhi kelimpahan epifauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 di Perairan Bandengan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan epifauna dengan kerapatan lamun yang berbeda di Perairan Bandengan Jepara serta hubungan antara kandungan bahan organik dengan tingkat kerapatan lamun di Perairan Bandengan Jepara. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan survei dengan metode sampling yaitu Purposive Random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan  yaitu Thalassia sp. dengan kerapatan pada stasiun jarang (A) 178 ind/m2, stasiun padat (B) 368 ind/m2. Kelimpahan epifauna di kerapatan jarang dan padat di Perairan bandengan 140 ind/3m2, dan 91 ind/3m2. Rerata kandungan bahan organik sedimen pada kerapatan jarang, dan padat berturut-turut adalah 12.86% dan 76.85%.Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan antara kelimpahan epifauna dengan tingkat kerapatan lamun menunjukkan hubungan tidak searah, setiap kenaikkan kerapatan lamun tidak diikuti oleh kenaikkan kelimpahan epifauna, serta tingkat kerapatan lamun dengan bahan organik terdapat korelasi yang kuat, semakin tinggi tingkat kerapatan lamun akan diikuti oleh bahan organik.  Kata Kunci; Perairan Bandengan; Kerapatan Lamun; Kelimpahan Epifauna; Bahan Organik.  ABSTRACT Seagrass ecosystem in Bandengan coastal Jepara is important for epifauna. Different seagrass density will affect levels of organic matter used epifauna, in addition the density of seagrass can also precipitate organic particles which affect the abundance of epifauna. This research was conducted on March 2016. The aimed of this research was to determine the relationship of epifauna’s abundance to density seagrass and the relationship of organic matter to the density of seagrass. This research used survey method and random sampling technique. Samples were taken from three different station there are (A) sparse density, and (B) dense density. Sample epifauna were taken once a week for three time. The results showed only 1 type of seagrass found in Bandengan coastal Jepara that is Thalassia sp. With density on sparse station (A) 178ind/m2, dense station 368 ind/m2. The abundance of epifauna on station sparse (A) 140 ind/3m2, dense station (B) 91 ind/3m2, The highest abundance Sconsia sp 52 ind/m2 dan 28 ind/m2 and Cerithium sp 34 ind/m2 dan 19 ind/m2Organic material content of sedimen on density was sparse and dense was 5.71%, 9.81%. Based on the result of the correlation show that between the abundance of epifauna with seagrass density level there is a relation undirectional, density of seagrass will not increase accordingly to the abundance of epifauna, as well as to the content of organic matter. There is a close correlation that higher of density of seagrass will be followed by organic matter. Key Word; Coastal of Bandengan; Seagrass Beds Density; Abundance of Epifauna; Organic matter
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HUTAN MANGROVE BERBASIS KEGIATAN KONSERVASI DI DESA KARTIKA JAYA KABUPATEN KENDAL Mangrove Forest Development Strategy Based On Conservation Activities in Kartika Jaya Village, Kendal District Sulaiman, Muhammad; Sulardiono, Bambang; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 2 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.234 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i2.24226

Abstract

ABSTRAK Kawasan konservasi mangrove di Desa Kartika Jaya merupakan kawasan yang pengelolaan dan pemanfaatan dilindungi. Kegiatan konservasi mangrove yang dilakukan Kelompok Mangrove Desa Kartika Jaya sebatas melakukan penanaman mangrove, dan menjaga ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor mempengaruhi kegiatan konservasi mangrove dan memperoleh alternatif strategi yang tepat untuk mengembangkan wisata hutan mangrove yang berbasis kegiatan konservasi di Desa Kartika Jaya. Penelitian ini dilakukan bulan agustus 2018 di Desa Kartika Jaya, Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat). Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan konservasi mangrove di Desa Kartika Jaya adalah faktor internal meliputi status hutan mangrove, luas kawasan, pengalaman bekerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta, partisispasi masyarakat, kekompakan anggota, legalitas, fasilitas, mobilitas, status lahan, dan pengawasan. Faktor eksternal meliputi, potensi ekowisata, potensi pembuatan produk olahan mangrove, potensi sebagai objek penelitian, dan partisipasi perguruan tinggi. Prioritas alternatif strategi yang terpilih adalah meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta untuk menguatkan sumber pendanaan setiap kegiatan, memperluas lahan mangrove, meningkatkan fasilitas pendukung operasional setiap kegiatan, dan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan.ABSTRACT The mangrove conservation area in Kartika Jaya Village is a protected and managed area. Mangrove conservation activities carried out by Mangrove Group in Kartika Jaya Village are limited to planting mangroves, and maintaining mangrove ecosystems. This study aims to determine the factors that influence mangrove conservation activities and obtain appropriate alternative strategies for developing mangrove forest tourism based on conservation activities in Kartika Jaya Village. This research was conducted in August 2018 in Kartika Jaya Village, Kendal Regency using descriptive methods with case studies. Data collection done through interviews, and observations. The data obtained were analyzed using SWOT analysis (Strenght Weakness Opportunity Threat). The results of the analysis the factors that influence the development of mangrove conservation activities in Kartika Jaya Village are internal factors including the status of mangrove forests, area size, experience of working with government and private institutions, community participation, member cohesiveness, legality, facilities, mobility, land status, and supervision. External factors include the potential of ecotourism, the potential for making mangrove processed products, the potential as an object of research, and college participation. The chosen alternative strategic priority is to increase collaboration with government and private institutions to strengthen funding sources for each activity, expand mangrove land, improve operational support facilities for each activity, and involve the community in every activity. 
Co-Authors - Herfina - Ruswahyuni Abhibawa, Ario Adi, Micael Tri Anggoro Agus Hartoko Ali Djunaedi Anhar Solichin Anjani, Putri Dewi Arif Darmawan Arif Rahman Asriningpuri, Degrita Herdianti Azzam, Faudzi Ath Tho Bani Setyawan Boedi Hendrarto Chrysalina Indrastuti Churun Ain Dewinta, Raisa Dian Ayu Sapta Nur Utami Djoko Suprapto Dyah Pertiwi Jaya Wardhani, Dyah Pertiwi Jaya Egar Dwi Prayudha Elrin Meivian Mongi, Elrin Meivian Erna Agustin Nurcahyani, Erna Agustin Fatima, Shintia Nurul Fauzi, Reyhan Fathullah Frida Purwanti Guliano Gema Adi Satria Haeruddin . Haeruddin Haeruddin Harahap, Malasari Hayu Asmawati Helmi Ardi, Helmi Herda Mustika Sari, Herda Mustika Hidayaturrohmah, Fitriana Huda, Hasdin Nur Hutami, Ganjar Hesti Ika Novalia Sihombing, Ika Novalia Indah Abrianti S, Indah Abrianti S Khasani, Andro Laksana, Mahalani Jati Liana, Tri Budi Maulina Septia Prahastuti Mauludi, Fadhil Max Rudolf Muskananfola Muhammad Sulaiman Muhammad Yusuf Muhar Azhari Mustofa Nitisupardjo Mutmainah, Ana Niniek Widyorini Nisa, Amida Urfah Khoirun Noky Rizky Samudra, Noky Rizky Norma Afiati Nugroho, Adhi Nurfaiza, Salma nurul latifah Nurwinda Hikmawati Nyayu Sandra Aprianti, Nyayu Sandra Oktavianto Eko Jati Pahingguan, Prayogi Panuluh, Citraningrum Mawa Prasasti, Lingga Dewi Prijadi Soedarsono Pujiono W. Purnomo Pujiono Wahyu Purnomo Puspitaningtyas, Indrie Hapsari Raden Ario Rahmatuloh, Irzani Hamzah Setya Raidie Bakhtiar Ramadhan, Mochammad Rizqy Ramanda, Okky Aditya Renni Yuniati Rina Susanti Ristina, Mafi Rizky, Fadhila Novita Rizqina, Cahya Ryanditama Ardiannanto Sahala Hutabarat Sari, Desy Melinda Setiawan, Bagus Putro Siahaan, Sahala Bonardo Sihotang, Silvyani Putri Silitonga, Yohana T. E. Siti Rudiyanti Sofiyani, Risna Gina Sonia Wulan, Sonia Sri Wahyuni Supriharyono - Supriharyono Supriharyono Suradi Wijaya Saputra Suryanti Sutrisno Anggoro Taufani, Wiwiet Teguh Ucik Ramita Sofiana, Ucik Ramita Yaya Fitriyah, Yaya