Hariyadi Hariyadi
Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedharto SH. Tembalang, Semarang.

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Natuna Off-Shelf Current (NOC) Vertical Variability and Its Relation to ENSO in the North Natuna Sea Hariyadi Hariyadi; Johannes Hutabarat; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Faiq Marwa Noercholis; Niken Dwi Prasetyarini; Widodo S. Pranowo; Kunarso Kunarso; Parichat Wetchayount; Anindya Wirasatriya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.2.63-70

Abstract

During the northwest monsoon (NWM), southerly flow off the Natuna Islands appeared as the extension of the turning Vietnam coastal jet, known as Natuna off-shelf current (NOC). NOC is generated by the interaction of wind stress and the North Natuna Sea’s bottom topography. The purposes of the present study is to investigate the vertical variability of NOC and its relation to El Niňo Southern Oscillation (ENSO) using Marine Copernicus reanalysis data. The vertical variability refers to the spatial distribution of NOC pattern at the surface layer, thermocline layer, and deep/bottom layer.  in 2014 as representative of normal ENSO condition. To investigate the effect of ENSO, the spatial distribution of NOC in 2011 and 2016 were compared which represent the La Niňa and El Niňo conditions, respectively. The results show that NOC starts to generate at the southeast monsoon season to the transition I season and peaks in the northwest monsoon season. The occurrence of NOC is identified at all depth layers with the weakened NOC at the deep layer. Related to the ENSO effect, La Niňa tends to strengthen NOC while El Niňo tends to weaken NOC. These are releted with the strengthening and weakening northerly wind speed during La Niňa and El Niňo, Respectively. During La Niňa events, the NOC occurs more frequently than during El Niňo. Thus, beside affecting the magnitude of NOC, ENSO also influence the frequency occurrence of NOC.
Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa (Seagrass Community Structure of Kumbang Waters-Karimunjawa Islands) Retno Hartati; Ali Junaedi; Hariyadi Hariyadi; Mujiyanto Mujiyanto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 17, No 4 (2012): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.631 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.17.4.217-225

Abstract

Lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting dalam kehidupan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun di Perairan Pulau Kumbang Karimunjawa. Pengamatan lamun di lapangan meliputi identifikasi jenis-jenis lamun, menghitung jumlah individu/tegakan, presentase penutupan dari masing-masing jenis/spesies pada transek. Persen penutupan lamun diamati dengan menggunakan transek kuadrat ukuran 1 x 1 m pada hamparan lamun. Transek ini dibagi menjadi 25 buah kisi ukuran 20 cm2. Satu tegakan lamun merupakan suatu kumpulan dari beberapa daun yang pangkalnya menyatu. Jumlah tegakan diamati langsung dengan visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunitas lamun di perairan kawasan Pulau Parang, Karimunjawa, tergolong komunitas campuran (mixed community) yang terdiri dari 1–5 jenis lamun. Telah ditemukan 6 jenis lamun, yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, Halodule uninervis dan Halophila ovali di perairan Pulau Kumbang, C. serrulata hanya ditemukan pada saat sampling ke dua bulan September 2012. Pada sampling pendahuluan (Juni 2012), jumlah kerapatan jenis lamun (Tegakan/m²) T. hemprichii merupakan yang tertinggi (77.11) sedangkan yang terendah adalah H. pinifolia (0.56). pada sampling kedua, H. uninervis lebih tinggi dari pada T. hemprichii. Frekuensi jenis lamun pada sampling bulan Juni dan september 2012 yang menunjukkan nilai 0-15,67 dan 0-16 dengan T. hemprichii ditemukan lebih sering dari pada jenis lamun yang lain pada kedua waktu sampling. Penutupan spesies lamun (%/m2) pada sampling bulan Juni dan September 2012 menunjukkan nilai 0,11–15.67 dan 0-29.29. Thalassia hemprichii dan Halodule uninervis mempunyai rata-rata penutupan yang tertinggi masing-masing pada sampling September dan Juni 2012.Kata kunci: lamun, jenis, kerapatan penutupan, Pulau Kumbang, KarimunjawaSeagrass is found in shallow waters that have an important role in marine life and is one of the most productive marine ecosystems. This study aims to determine the structure of seagrass communities in Kumbang Island, Karimunjawa. Data collected during observations in the field include species identification, number of individual/stand, percent cover of each species. Percent cover of seagrass was observed by using square transect with size of 1x1 m. Transect was divided into 25 pieces of smaller size i.e. 20 cm2. The stands of seagrass is a collection of several fused leaf base. The number of stands were directly counted. Sampling were done twice i.e. June and September 2012. The results showed that the seagrass community in the waters of Kumbang island, Karimunjawa, can be classified as mixed community consisting of 1-5 types of seagrass. In total, six species of seagrass were found in the area i.e. Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, Halodule ovali and Halophila uninervis. C. serrulata was only discovered during second sampling in September 2012. In the first sampling (June 2012), the density of seagrass (stand/m²) T. hemprichii was the highest (77.11), while the lowest was H. pinifolia (0.56). The results of second sampling showed that H. uninervis was found to be higher than T. hemprichii. Frequency of seagrass types in June and September 2012 showed the value from 0 to 15.67 and 0-16 with T. hemprichii was found more frequently than other types of seagrass during both sampling time. Percent coverage of seagrass species (%/m2) during June and September 2012 showed the value of 0,11-15.67 and 0-29.29, respectively. T. hemprichii and H. uninervis have the highest average percent cover in September and June 2012 sampling.Key words: seagrass, type, density, Kumbang Island, Karimunjawa
Kombinasi Data Altimetri Satelit Jason-1 & Envisat Untuk Memantau Perubahan Permukaan Laut Di Indonesia Hariyadi Hariyadi; Jarot Marwoto; Eko Yulihandoko
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.151 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i1.15738

Abstract

Dinamika lautan di Indonesia merupakan salah satu kunci variasi iklim di kawasan Asia. Variasi iklim ini terkait dengan fenomena El Nino dan La Nina. Salah satu indikator fenomena tersebut adalah dengan adanya perubahan permukaan laut (Sea Level Anomaly). Satelit altimetri yang dapat menyediakan data secara menerus dan berkelanjutan dapat digunakan untuk mengamati dinamika lautan. Penggabungan data satelit Jason-1 dan Envisat ditujukan untuk mengatasi resolusi spasial dari tracking tiap satelit. Pengabungan dan prosesing data Jason-1 dan Envisat digunakan untuk menentukan perubahan Sea Level Anomaly (SLA) pada titik-titik pengamatan di Laut Bangka, Laut Banda, Lautan Pasifik dan Laut Timor. Titik-titik tersebut mewakili dari Arus Monsoon Indonesia dan Arus Lintas Indonesia. Hasilnya terjadi perubahan nilai SLA yang dapat dikaitkan dengan fenomena El Nino. The dynamics of the oceans in Indonesia is one of the key climate variations in Asia. These climate variations are related to the phenomenon of El Nino and La Nina. One indicator of the phenomenon is with the change of sea level (Sea Level Anomaly). The existence of altimetry satellites that can provide continuous and continuous data can be used to observe the dynamics of the oceans. Jason-1 and Envisat satellite data aggregation is intended to address the spatial resolution of tracking of each satellite. Jason-1 and Envisat data consolidation and processing are used to determine the Sea Level Anomaly (SLA) changes at observation points in the Bangka Sea, Banda Sea, Pacific Ocean and Timor Sea. These points represent from the Indonesian Monsoon Flow and the Indonesian Cross Flow. The result is a change in the value of SLA that can be attributed to the El Nino phenomenon.
Pemantauan Kerentanan Fisik di Pesisir Kabupaten Demak (Studi Kasus Perubahan Garis Pantai) Theresa Pinkan Gustya Primasti; Hariyadi Hariyadi; Baskoro Rochaddi; Sugeng Widada; rikha widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 1 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.749 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i1.9997

Abstract

Wilayah pesisir Kabupaten Demak yang berada di bagian pantai utara Jawa merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana. Kabupaten Demak yang awalnya memiliki sektor pertanian yang maju kini berubah menjadi kawasan industri, pemukiman dan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menentukan tingkat kerentanan fisik wilayah pesisir di Kabupaten Demak yang meliputi parameter geomorfologi, elevasi, perubahan garis pantai, pasang surut, kenaikan muka air laut dan gelombang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan indeks kerentanan pesisir Kabupaten Demak yang difokuskan pada analisa dan evaluasi perubahan garis pantai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Coastal Vulnerability Index (CVI) yang diadaptasi oleh United States Geological Suveys (USGS) yang dibagi menjadi lima kategori kerentanan pesisir. Wiayah Pesisir Kabupaten Demak terbagi menjadi 2 kategori kerentanan yaitu Rentan yang berada di Kecamatan Bonang, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Sayung. Sedangkan untuk kategori Sedang berada di Kecamatan Wedung. Hasil perhitungan variable fisik yakni geomorfologi, elevasi, perubahan garis pantai, pasang surut, kenaikan muka air laut dan gelombang menunjukkan bahwa parameter yang berpengaruh besar terhadap kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Demak adalah perubahan garis pantai. Kecenderungan perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten Demak yaitu erosi pantai dibandingkan akresi. Setiap desa di sepanjang Pesisir Kabupaten Demak mengalami tren kenaikan perubahan garis pantai baik abrasi maupun akresi.
Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research) Intrusi Air Laut di Desa Sriwulan, Demak, Indonesia Edy Trihatmoko; Husein Sadewa Wiguna; Tjaturahono Budi Sanjoto; Juhadi Juhadi; Hariyadi Hariyadi; Sugeng Widada; David Milliano Josanova; Abd Basith Mukhlas; Muhammad Taqy
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 4 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2450.471 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i4.9304

Abstract

Intrusi air asin adalah suatu peristiwa penyusupan air asin ke dalam akuifer di mana air asin menggantikan atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam akuifer. Permasalahan yang timbul dengan adanya intrusi air asin adalah rusaknya air tanah akibat kontaminasi mineral garam laut. karakteristik geomorfologi wilayah Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang cenderung datar dan sifat materialnya yang didominasi oleh sedimen alluvial membuat daya resapan air laut semakin tinggi. Penggunaan air tanah yang telah mengalami intrusi untuk dikonsumsi maupun kegiatan lain untuk keperluan domestik, dapat mengganggu kesehatan, karena air ini telah mengandung senyawa garam yang tinggi dan dapat mengganggu metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi intrusi air asin. Pengukuran geolistrik dilakukan pada tanggal 24 – 25 April 2020. Pengukuran intrusi air asin sendiri diolah dengan menggunakan software Progress untuk mendapatkan interpretasi bawah permukaan menggunaan metode geolistrik resistivitas. Berdasarkan Hasil interpretasi penampang litologi, intrusi air asin terjadi pada kedalaman 0 – 30 m yang memiliki litologi lempung dan lanau pada seluruh lokasi pengukuran di Desa Sriwulan
Analisis Penjalaran Run-Up Gelombang Tsunami Menggunakan Pemodelan Numerik 2D di Pesisir Kota Bengkulu Geby Ayunda; Aris Ismanto; Hariyadi Hariyadi; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Helmi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 3 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.906 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i3.8572

Abstract

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng India-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia. Dari aktifitas lempeng-lempeng tersebut menjadikan Indonesia rawan akan gempa bumi. Salah satu wilayah yang rentan terhadap bencana gempa bumi adalah provinsi Bengkulu. Wilayah pesisir barat Bengkulu berbentuk teluk dan pantai yang landai, apabila terjadi gempa bumi besar maka wilayah tersebut berpotensi dilanda gelombang tsunami dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah memperkirakan waktu tempuh tsunami, menentukan tinggi (run-up) dan sebaran jangkauan tsunami di pesisir Pantai Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan data batimetri, titik tinggi, parameter gempa, topografi daratan dan peramalan pasang surut wilayah perairan kota Bengkulu. Pemodelan tsunami menggunakan software COMCOT versi 1.7. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa waktu tempuh gelombang dari pusat pembangkit tsunami sampai dengan pantai berkisar 36 menit dengan ketinggian run-up mencapai 2,59 meter. Gelombang tsunami tertinggi terjadi di titik pengukuran 5 karena terdapat pengaruh kondisi topografi yang landai sehingga energi gelombang yang dibawa tinggi. Wilayah jangkauan gelombang tsunami terluas berada pada ketinggian run-up 0,1 – 3,4 m dengan luas 40,101 km2, ketinggian run-up 3,4 – 6,8 seluas 1,601 km2, dan ketinggian run-up 6,8 – 10,2  seluas 0,494 km2. Berdasarkan hasil validasi dengan menggunakan nilai RSR diperoleh sebesar 0,17 yang masuk dalam kriteria sangat baik.Indonesia is located at the confluence of three main plates namely the India-Australia plate, the Pacific plate and the Eurasian plate. The activity of these plates, makes Indonesia prone to earthquakes. One area that is vulnerable to earthquake disasters is Bengkulu province. The west coast of Bengkulu is in the form of gulfs and gently sloping beaches. In the event of a large earthquake, the area is potentially to be hit by a tsunami wave with a high level of damage. The purpose of this study is to estimate the tsunami travel time, determine the height (run-up) and the distribution of tsunami coverage on the coast of Bengkulu Beach. The research method used is quantitative by using bathymetry data, high points, earthquake parameters, land topography and tidal forecasts of Bengkulu city waters. Tsunami modeling using COMCOT software version 1.7. Based on data processing, it is known that the travel time of waves from the tsunami generating center to the coast is around 36 minutes with a run-up height of 2.59 meters. The highest tsunami wave occurs at measurement point 5 because there is an influence of the sloping topographic conditions so that the wave energy carried is high. The widest range of tsunami waves is at the run-up height of 0.1 - 3.4 m with an area of 40.101 km2, the run-up height of 3.4 - 6.8 covering an area of 1.601 km2, and the run-up height of 6.8 - 10.2 covering an area of 0.494 km2. Based on the results of the validation using the RSR value obtained by 0.17 which is included in the criteria very well.
Analisis Batimetri Guna Perencenaan Pengerukan Kolam Pelabuhan I, Tanjung Priok, Jakarta Utara Yeremia Sudibyo; Agus Anugroho Dwi Suryoputro; Hariyadi Hariyadi; Petrus Subardjo; Rikha Widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 2 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.849 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i2.10954

Abstract

Kolam Pelabuhan I Tanjung Priok, Jakarta merupakan pelabuhan yang digunakan untuk aktivitas pelayaran dan bongkar muat kapal. Informasi mengenai batimetri sangat diperlukan guna menunjang kegiatan dalam pelayaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu memetakan batimetri di area kolam pelabuhan dan mengetahui area pengerukan di Kolam Pelabuhan I Tanjung Priok, Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus sampai dengan 27 September 2018 di Kolam Pelabuhan I Tanjung Priok, Jakarta Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Singlebeam Echosounder Teledyne Odom Echotrack MKII untuk mengetahui kedalaman kolam pelabuhan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Hypack 15.0, ArcGIS 10.3 dan Surfer 14.0 untuk menghasilkan kontur kedalaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedalaman perairan Pelabuhan Tanjung Priok berkisar antara 6 hingga 15 meter. Kedalaman pelabuhan memiliki kontur yang semakin renggang apabila semakin masuk ke bagian dalam kolam pelabuhan.
Studi Perubahan Garis Pantai di Perairan Muara Sungai Kaliboyo, Batang Novi Henis Zadia; Hariyadi Hariyadi; Warsito Atmodjo; Muh Yusuf; Azis Rifai
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 2 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v2i2.7632

Abstract

Perairan Muara Sungai Kaliboyo kawasan yang dinamis dan cepat mengalami perubahan garis pantai dan terbentuk spit di mulut sungai. Sedimen di daerah tersebut sering menutup muara sungai, sehingga mengganggu alur layar nelayan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi perubahan garis pantai serta hubungan antara perubahan garis pantai dengan arus sejajar pantai di lokasi penelitian. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, untuk pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, metode SMB untuk peramalan gelombang dan perhitungan menggunakan rumus empiris untuk validasi pasang surut, arus sejajar pantai dan parameter akresi-erosi.  Hasil penelitian menunjukkan Perairan Muara Sungai Kaliboyo mengalami akresi, hal ini dapat diketahui dari nilai parameter akresi-erosi di tiga penampang. Penampang 1 dengan nilai Go sebesar 0,62, penampang 2 dengan nilai Go sebesar 0,39 dan penampang 3 dengan nilai Go sebesar 0,56. Nilai Go di atas 0,111 menunjukkan adanya akresi. Gelombang datang dari arah Timur Laut menuju Barat Daya menimbulkan gelombang pecah dengan tinggi 0,28 meter pada kedalaman 0,90 meter sehingga membentuk sudut gelombang pecah (αb) sebesar 9,51°. Gelombang pecah tersebut menimbulkan arus sejajar pantai dari Timur ke Barat dengan kecepatan 0,42 m/dt yang mengangkut sedimen sejajar pantai, sehingga membentuk spit di muara sungai dari arah Timur memanjang ke Barat.   Kaliboyo River Estuary is a dynamic and rapidly changing area of the coastline and spits are formed at the river mouth. Sediment in this area often closes river mouths, disrupting the flow of fishermen's screens and clogging up river flow which sometimes causes floods around the river mouth. The purpose of this study is to find out indications of shoreline changes and the relationship between shoreline changes with longshore currents at the study site. The research method uses descriptive method, for sampling using purposive sampling method, SMB method for wave forecasting and calculations using empirical formulas. The research method uses descriptive method, for sampling using purposive sampling method, SMB method for wave forecasting and calculations using empirical formulas for tide validation, longshore currents and erosion-accretion parameters. The results showed that Kaliboyo River Estuary had accretion, this can be seen from the value of the erosion-accretion parameter in three cross sections. The first cross section with a Go value of 0,62, second cross section with a Go value of 0,39 and third cross section with a Go value of 0,56. Go values above 0,111 indicate accretion. Waves coming from the Northeast to the Southwest cause a breaking wave with a height of 0,28 meters at 0,90 meters depth to form an angle of breaking wave (αb) of 9.51°. The breaking wave caused a longshore current from East to West with a speed of 0,42 m /sec which transported sediment along the coast, thus forming a spit at the river mouth from the east extending to the west. 
Small Islands Landscape Use Mapping and Its Patches Spatial Structure Analysis at Parang Islands, Karimunjawa National Park, Indonesia Muhammad Helmi; Nurfatin Adibah; Rikha Widiaratih; Hariyadi Hariyadi; Ibnu Pratikto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.614 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7300

Abstract

The results of small islands landscape ecology analyses within remote sensing science are not widely discovered on the inferential capabilities of such research. This issue presents a series of papers on the use of landscape ecology techniques to explore the landscape use and its patches spatial structure patterns. The aim of this research are to map the landscape use patches based on GeoeEye-1 high resolution satellite image and to assess its patches spatial structure. This prototype research was conducted at Parang Islands, Karimunjawa National Park that was inhabitant and used for complex anthropogenic activities long time before the national park status establish. Significant accuracy for landscape use map has done using overall accuracy, producer and user accuracy, and Kappa index methods. The analyses focus on the variation and composition of landscape use and the value of its patch spatial structure to dealing with national park policy and management.  
Studi Pergerakan Gelombang Kelvin Berdasarkan Analisis SLA (Sea Level Anomaly) di Samudra Hindia Louis Jannahtuna'im Koes Miranda; Muhammad Helmi; Hariyadi Hariyadi; Anindya Wirasatriya; Purwanto Purwanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.957 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.11225

Abstract

Gelombang Kelvin merupakan fenomena gelombang di laut yang dipengaruhi gaya gravitasi bumi dan terperangkap di daerah ekuator. Pada Ekuator Samudera Hindia terjadi awal kebangkitan Gelombang Kelvin yang kemudian bergerak ke arah timur yaitu masuk ke Perairan Indonesia diantaranya Perairan Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa dan Bali, dan Perairan Selatan Nusa Tenggara. Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji variabilitas SLA (Sea Level Anomaly) serta mengkaji hubungan keduanya terhadap Gelombang Kelvin di perairan Selatan Jawa dengan menggunakan data perekaman harian tahun 2014 – 2019 untuk masing-masing parameter. Penelitian dilakukan dengan analisis sebaran spasial dan temporal untuk diagram Hovmöller. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi Gelombang Kelvin di Perairan Selatan Jawa terdapat 3 sinyal yang tertangkap berdasarkan variabilitas SLA. Selain itu, terdapat keterkaitan yang searah antara Gelombang Kelvin dengan pergerakan SLA positif. Rata-rata nilai SLA positif berkisar pada 0,1 – 0,3 m dengan kecepatan sebesar 1m/s.