p-Index From 2020 - 2025
9.923
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Theologia Jurnal Jaffray Wawasan : Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Kurios Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia Pusaka : Jurnal Khazanah Keagamaan Jurnal Teologi Berita Hidup VISIO DEI: JURNAL TEOLOGI KRISTEN Integritas: Jurnal Teologi Meteor STIP Marunda JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat AL-ADABIYA: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Jurnal Abdi: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Sport Science: Jurnal Sain Olahraga dan Pendidikan Jasmani QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies SANCTUM DOMINE: Jurnal Teologi JURNAL TERUNA BHAKTI Luxnos : Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Studia Philosophica et Theologica Areopagus : Jurnal Pendidikan dan Teologi Kristen Jurnal Teologi Cultivation Didache: Journal of Christian Education Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan Mahabbah: Journal of Religion and Education IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0 Journal of Religious and Socio-Cultural Didache : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Jurnal Salvation PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi/Kependetaan DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan JURNAL MISIONER Millah: Journal of Religious Studies Servire: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Rerum: Journal of Biblical Practice Indonesian Journal of Religious EDUKASI SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen MODERATE: Journal of Religious, Education, and Social
Claim Missing Document
Check
Articles

REVIVAL OF LOCAL RELIGION: A Challange for Church and National Life in Indonesia Ebenhaezer I. Nuban Timo; Edim Bahabol; Bobby Kurnia Putrawan
MAHABBAH: Journal of Religion and Education Vol 1, No 2 (2020): MAHABBAH: Journal of Religion and Education, Vol.1, No.1/2 (July 2020)
Publisher : Scriptura Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47135/mahabbah.v1i1.9

Abstract

The decision of the Constitutional Meaning of Indonesia that extends the Almighty God Believers to include their identity on the Identity Card is a challenge as well as new opportunities for living together with religions, including for political and religious life. This article reviews the problem in four points. First, regarding the impact of the revival of local religions on the church's understanding of itself and also the task of its witness. Second, how this new reality is responded to by theological schools. Third, the impact of the revival for the life of the nation The fourth point examines how the government should behave towards the phenomenon of religious radicalism and also the response of civil society to the phenomenon.
Penerapan Nilai Karakter Bagi Kaum Proletar Usia Remaja di Yayasan Kemah Kasih Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan; Christiani Hutabarat; Susanti Embong Bulan
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 3 No 2 (2021): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v3i2.123

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai karakter kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun) di Yayasan Kemah Kasih agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat diterima masyarakat dengan baik. Penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah memberikan pendampingan dan pemahaman tentang penerapan nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun). Model penyuluhan ini menggunakan penerapan nilai-nilai karakter. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan adanya penyuluhan yang dilakukan secara efektif dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun) perihal nilai-nilai dalam pendidikan karakter seperti menghargai keberagaman, memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, menunjukkan sikap percaya diri, kemandirian, mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku di lingkungan dan menanamkan nila-nilai moral dapat mereka terapkan dalam hidup bermasyarakat.
Piety in Thoughts of John Wesley And Friedrich Schleiermacher Bobby Kurnia Putrawan; Ludwig Beethoven Jones Noya
Jurnal Jaffray Vol 18, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj.v18i1.426

Abstract

It is a misconception to identify modernity with secularization. When modernity simply creates the potential platform for secularization. On the one hand, modernity lessens the influence of piety to a minimum, and on the other hand, it restores piety and even modernizes piety without secularization. This essay focuses on telling the story of modernity in attempting to build a knowledge of God through the lens of piety. It centers on the work of two modern theologians: John Wesley and Friedrich Schleiermacher. The juxtaposition of Wesley and Schleiermacher is not without reason. Both of them are strongly influenced by the Moravian Brethren, which heavily emphasized a pietistic element in their community. This essay, however, will not explain the teaching of Moravian Brethren other than presenting their pietistic emphasis that was retained in Wesley and Schleiermacher's works. This essay argues that Schleiermacher's notion of a feeling of absolute dependence’ fills the rational gap of Wesleyan pietistic concept. It also discusses how the ‘Evangelical Revival/First Great Awakening’ and ‘Romanticism’ shaped Wesley and Schleiermacher, respectively, as they formulated their concept of piety. This essay is structured as follows. First, it presents the Evangelical Revival/First Great Awakening as the historical backdrop of Wesley's thought and continues with exhibiting Wesley’s concept of piety. Then, the essay describes the Romantic era and Schleiermacher's idea of piety.Adalah sebuah miskonsepsi untuk mengidentifikasi modernitas dengan sekularisasi, ketika modernitas hanya sekedar menciptakan panggung yang potensial untuk sekularisasi. Di satu sisi, modernitas mengurangi pengaruh kesalehan hingga taraf minimal, namun di sisi lain, modernitas memulihkan kesalehan. Makalah ini berfokus dalam menceritakan ulang kisah modernitas dalam upaya membangun pengetahuan akan Allah melalui lensa kesalehan. Makalah ini memusatkan diri pada karya dua teologi modern: John Wesley dan Friedrich Schleiermacher. Penjajaran Wesley dan Schleiermacher bukan tanpa alasan. Keduanya sangat dipengaruhi oleh Persaudaran Moravianyang sangat menekankan pada elemen kesalehan dalam komunitas mereka. Makalah ini, bagaimanapun, tidak menjelaskan pengajaran Persaudaraan Moravian selain menyajikan penekanan kesalehan yang dipertahankan dalam karya Wesley dan Schleiermacher. Makalah ini berupaya untuk menunjukkan bahwa gagasan Schleiermacher tentang perasaan akan ketergantungan absolut mengisi celah rasional dari konsep kesalehan John Wesley. Makalah ini juga membahas bagaimana Evangelical Revival/First Great Awakening dan Romantisisme membentuk Wesley dan Schleiermacher kala mereka merumuskan konsep kesalehan mereka masing-masing. Untuk mendukung argumen ini, makalah ini disusun sebagai berikut. Pertama, makalah ini menyajikan Evangelical Revival/First Great Awakening sebagai latar sejarah dari pemikiran Wesley dan dilanjutkan dengan menyajikan konsep kesalehan Wesley. Kemudian, makalah ini menjelaskan era Romantis dan konsep kesalehan Schleiermacher.
MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA: Kajian Tentang Toleransi Dan Pluralitas Di Indonesia Juli Santoso; Timotius Bakti Sarono; Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.167

Abstract

The reality of progress which is the wealth of the nation has been misinterpreted by religious groups that divide the nation. The reality today is that religion has become a commodity that exploits "bottenless" substandard morality like barbarians who are as violent as early humans. Spiritual leaders should not use the congregation as a commodity for self-popularity and hedonism, on the contrary, church leaders should make God's people truly have an attachment to God and not this world. Religious moderation is to minimize violence against different beliefs. This article aims to offer religious moderation that builds tolerance and plurality in Indonesia. Realitas kemajukan yang merupakan kekayaan bangsa sudah disalahartikan oleh kelompok agamis yang memecah belah bangsa. Realitas saat ini agama menjadi komoditas yang mengeksplotasi moralitas yang “bottenless” dibawah standar bagaikan bar-bar yang beringas seperti manusia purba. Para pemimpin rohani seharusnya tidak memanfaatkan jemaat sebagai komoditas popularitas diri dan hidup hedon sebaliknya pemimpin gereja harus membuat umat Tuhan sungguh-sungguh memiliki kemelekatan dengan Tuhan bukan dunia ini. Moderasi agama adalah meminimalis akan kekerasan terhadap kepercayaan yang berbeda. Artikel ini bertujuan menawarkan moderasi beragama yang membangun toleransi dan pluralitas di Indonesia.
PENGANTAR TEOLOGI PENTAKOSTA (INTRODUCTION TO PENTECOSTAL THEOLOGY) Bobby Kurnia Putrawan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 1 No 1 (2019): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1239.144 KB) | DOI: 10.46362/quaerens.v1i1.2

Abstract

Abstract The Pentecostal Church was originally thought to be a movement. It is said to be a movement, because at first the Pentecostal church emphasized life experiences. Seeing this, the theologians say that the Pentecostal church does not have a theology which is, how theology is christian, logical, and systematic. In later developments, the Pentecostal church was accepted among denominations of Christian churches in general and standardized the doctrines of the Pentecostal church in the form of Pentecostal theology. So that Pentecostal theology can be taught and studied by Pentecostal people and denominations of non-Pentecostal churches. In this article, the author brings up some of the core thoughts of Pentecostal theology, namely the Bible, the living and true God, salvation, baptism, tongues, holy communion, holiness of life and holistic behavior, divine healing, eschatology, church, and worship and liturgy. Keyword: introduction, teologi, pantekosta Abstrak Gereja Pantekosta pada awalnya dianggap adalah suatu gerakan. Dikatakan gerakan, karena pada awalnya gereja Pantekosta menekankan pada pengalaman hidup. Melihat hal ini, sebagai teolog mengatakan bahwa gereja Pantekosta tidak memiliki teologi yang yang, bagaimana teologi itu kristis, logis, dan tersistematis. Dalam perkembangan kemudian, gereja Pantekosta diterima di kalangan denominasi gereja-gereja Kristen pada umumnya dan membakukan doktrin-doktrin gereja Pantekosta dalam bentuk teologi Pantekosta. Sehingga teologi Pantekosta dapat diajarkan dan dipelajari oleh kalangan umat Pantekosta dan denominasi gereja-gereja non-Pantekosta. Dalam artikel ini, penulis mengangkat beberapa pemikiran inti dari teologi Pantekosta, yaitu Alkitab, Allah yang hidup dan benar, keselamatan, baptisan, bahasa lidah, perjamuan kudus, kesucian hidup dan perilaku yang menyeluruh, kesembuhan ilahi, eskatologis, gereja, serta ibadah dan liturgi. Kata kunci: pengantar, teologi, pantekosta
PENGANTAR LATAR BELAKANG KITAB KISAH PARA RASUL (INTRODUCTION TO ACTS BACKGROUND) Bobby Kurnia Putrawan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 1 No 2 (2019): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1624.167 KB) | DOI: 10.46362/quaerens.v1i2.8

Abstract

The Book of Acts is an important book in building Christian theology. Biblical experts debate the background to the existence of the book of Acts. Where some biblical experts put this book in an unfavorable position and some maintain in a good position. This article discusses the background of the book of Acts from an evangelical perspective which includes the name of the book, author and year of writing, Sources Used by Luke, the purpose and contents of the book. The result of this writing is that this book was written by Luke around 63 CE and is believed to have the authority of God's word to teach Christians. Kitab Kisah Para Rasul merupakan kitab yang penting dalam membangun teologi Kristen. Para ahli biblika memperdebatkan latar belakang keberadaan kitab Kisah Para Rasul. Dimana sebagian para ahli biblika menempatkan kitab ini pada posisi yang kurang baik dan sebagian mempertahankan dengan posisi yang baik. Artikel ini membahas latar belakang kitab Kisah Para Rasul dari perspektif injili yang mencakup nama kitab, penulis dan tahun penulisan, Sumber-Sumber Yang Dipergunakan Lukas, tujuan dan isi kitab. Hasil penulisan adalah kitab ini ditulis oleh Lukas sekitar tahun 63 M dan dipercayai memiliki otoritas firman Tuhan untuk mengajar umat Kristen.
THE BIBLE IN CONTEXTUAL THEOLOGICAL WORK IN INDONESIA Ebenhaizer I Nuban Timo; Bobby Kurnia Putrawan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 3 No 1 (2021): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/quaerens.v3i1.24

Abstract

This article describes the problem of how the Bible as the word of God is interpreted contextually for theology in Indonesia. The method used in this article is to explore contextual theological models and to have a reciprocal, constructive and dialectical dialogue between the Bible and dogma (the universal tradition) as well as the actual beliefs of the community (local traditions). The result of this research is that the meaning of God in the Bible will have a liberating and humanizing power if the meaning of God is not applied directly but in dialogue with the actual beliefs of the community where the Bible is read and preached.
Penyuluhan Metode Pembelajaran yang Efektif Bagi Guru-Guru PAUD Lasmaria Nami Simanungkalit; Bobby Kurnia Putrawan
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 4 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : STKIP Andi Matappa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31100/matappa.v4i1.784

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru PAUD se Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang  dalam hal metode pembelajaran, yaitu metode bermain, metode cerita, dan metode demonstrasi. Sedangkan jenis penyuluhan yang dilakukan adalah cara metode pembelajaran yang efektif bagi siswa PAUD. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pemahaman dan kemampuan guru-guru PAUD tentang metode pembelajaran yang efektif bagi siswa-siswa PAUD dapat ditingkatkan dengan dilakukan penyuluhan; pemahaman dan kemampuan guru dapat meningkatkan keberhasilan dalam mempelajari pokok-pokok bahasan. Selain itu, pemahaman kepada orangtua/wali siswa-siswi PAUD tentang bagaimana anak-anak mereka belajar dan mengerti setiap pemahaman orangtua/wali siswa-siswi PAUD meningkatkan bagaimana anak-anak mereka belajar, mengerti setiap pokok bahasan yang dijelaskan oleh guru-guru PAUD, dan tidak memaksakan anak mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah (PR) dengan benar.
Theological Meaning Don’t There Any Other God Before Me In The Exodus 20:3 Anjai Silalahi; Bobby Kurnia Putrawan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 1 No 1 (2020): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.1 No.1 (April 2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.414 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v1i1.41

Abstract

Basically, there are still many Christians who do not have a correct understanding of the monotheistic God and what it is related to the first Law of God. Because this lack of understanding often occurs among Christians who practice polytheism, syncritism and others who do not please God. Do not have other gods before Me (Ex. 20: 3), which is a very basic thing that must be understood well, in order to carry out true worship of the true God. This study aims to provide a concrete explanation of the importance of knowing the correct understanding of there should be no other God before Me (Ex. 20: 3). This study uses the (library research) method using books and other reading materials. The approach used is descriptive which focuses on the meaning of the phrase do not have another god before Me according to Exodus 20: 3. Pada dasarnya masih banyak orang Kristen yang belum memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan yang tauhid dan apa kaitannya dengan Hukum Tuhan yang pertama. Karena kurangnya pemahaman ini sering terjadi di antara orang-orang Kristen yang mempraktikkan politeisme, sinkritisme, dan orang-orang lain yang tidak menyenangkan Tuhan. Jangan ada tuhan lain di hadapan-Ku (Keluaran 20: 3), yang merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dipahami dengan baik, agar dapat melaksanakan penyembahan yang benar kepada Tuhan yang benar. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang konkrit tentang pentingnya mengetahui pemahaman yang benar bahwa tidak ada Tuhan yang lain di hadapan-Ku (Keluaran 20: 3). Penelitian ini menggunakan metode (studi pustaka) dengan menggunakan buku dan bahan bacaan lainnya. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif yang menitikberatkan pada makna kalimat tidak memiliki tuhan lain dihadapan-Ku menurut Keluaran 20: 3.
Kajian Latar Belakang Sejarah Dan Budaya Intan Anggreni; Bobby Kurnia Putrawan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 3 No 1 (2022): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.3 No.1 (April 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v3i1.57

Abstract

Beginning in the 4th century (319) because it teaches heresy in terms of the Trinity, this heresy was taught by Arius, a priest from Alexandria, he wanted to simplify the mystery of the Trinity, here is a summary of heresy arianism heresy: Christ the son of God was created with the free will of God the Father , Christ the Son is not equally eternal (beginning and without end) with the Father, but has a beginning, Christ the Son is not of the same essence as God the Father, God the Father is infinitely more glorious than Christ the Son, God is not a Trinity in a manner condrat . The meaning of the Holy Spirit in the Bible. The purpose of this paper is to describe the theological meaning of the Holy Spirit in the Bible. By analyzing the text according to the principles of exegesis, To get the meaning contained in the context of the meaning of the Holy Spirit in the Bible. The results of this analysis will provide knowledge about God so that every believer will receive the Holy Spirit and eternal life. The meaning of the Holy Spirit in the Bible, namely: first, the Holy Spirit accompanies His Word. The Bible explains that the Holy Spirit is the Spirit of truth who testifies about the Lord Jesus and accompanies His word, meaning that God's call is not a secret call, but the work of the Holy Spirit that encourages us to repent and accept Jesus as Lord. Second, the Role of the Holy Spirit. The Holy Spirit teaches the Truth and leads into all truth. Third, the work of the Holy Spirit. The same person played a role in inspiring and in revealing the secrets of the word. In other words, that the Holy Spirit actively supports the ministry of Jesus Christ in the work of salvation for sinful mankind. Diawal abad ke-4 (319) karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas, bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, ia ingin menyederhanakan misteri Trinitas, berikut adalah ringkasan ajaran sesat heresi arianism: Kristus putra Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa, Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal ( tak berawal dan tak berakhir) dengan Bapa, melainkan mempunyai sebuah awal, Kristus sang Putra tidak sehakekat dengan Allah Bapa, Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera, Tuhan bukan Trinitas secara kondratnya. Makna Roh Kudus dalam Alkitab. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan makna Roh Kudus dalam Alkitab secara teologis. Dengan analisis teks sesuai dengan prinsip-prinsip eksegesis, Untuk mendapatkan makna yang terkandung didalam konteks makna Roh Kudus dalam Alkiab. Hasil analisis ini akan memberi pengetahuan tentang Allah sehingga setiap orang yang percaya akan menerima Roh Kudus dan kehidupan kekal. Makna Roh Kudus dalam Alkitab yaitu: pertama, Roh Kudus Menyertai FirmanNya. Alkitab menjelaskan Roh Kudus adalah Roh kebenaran yang bersaksi tentang Tuhan Yesus dan menyertai firman-Nya artinya panggilan Tuhan bukanlah panggilan rahasia, melainkan kerja Roh Kudus yang mendorong kita kepada pertobatan dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Kedua, Peran Roh Kudus. Roh Kudus mengajarkan Kebenaran dan memimpin kedalam seluruh kebenaran. Ketiga, Karya Roh Kudus. Pribadi yang sama berperan juga dalam menginspirasikan dan menyingkapkan rahasia firman. Dengan kata lain, bahwa Roh Kudus turut menopang secara aktif pelayanan Yesus Kristus dalam karya keselamatan umat manusia yang berdosa.
Co-Authors Abraham Pontius Sitinjak Agus Santoso Agus Santoso Alisaid Prawiro Negara Alisaid Prawiro Negoro Amos Neolaka Amran Simangunsong Andreas Setiawan Anjai Silalahi Antonius Missa Arif Gulo Arif Yupiter Gulo Christiani Hutabarat Daryanto Daryanto Daryanto Daryanto Dian Paskarina Dian Paskarina Tindoilo Diana Tjoeng Dwi Meinanto Ebenhaezer I. Nuban Timo Ebenhaizer I. Nuban Timo Edi Sugianto Edim Bahabol Edward Everson Hanock Eunike, Pratiwi Gerald Laoh Gulo, Arifman Gumono, Abednego Tri Haisoo, Musa Halawa, Solingkari Hartawidjaja Hartawidjaja Hengki Wijaya Hermawan, Yoan Jessica Horas Manalu Ida Ayu Putu Sri Widnyani Imron Widjaja Intan Anggreni ISWAHYUDI ISWAHYUDI Iswahyudi Iswahyudi Iswahyudi Iswahyudi Jemmy Suhadi Jerry Sucipto Thauwrisan Juan Ananta Tan Juli Santoso Junita Purba Krisdiantoro, Andreas Bayu Lasmaria Nami Simanungkalit Mangala Batara Hutahean Maria Payer Marthin Steven Lumingkewas Missa, Antonius Mudakir Napitupulu, Pieter Anggiat Ndolu, Yopie Nelci Oktavianti Noya, Ludwig Beethoven Jones Oktavianus Rangga Peni Hestiningrum Pieter Anggiat Napitupulu Prihantoro, Yogi Pujiastuti Liza Sindoro Ramot Peter Robby Robert Repi Robert Agung Ruthnawaty Setiawan Samuel Tanasyah Setiawan Santoso * Sergi Fatu Sijabat, Panderaja Simanjuntak, Marudut Bernadtua Situmorang, Citra Pangalinan Solingkari Halawa Susanti Embong Bulan Susanti Embong Bulan Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno, Sutrisno tanasyah, yusak Timotius Bakti Sarono Timotius Timotius Timotius, Timotius Widjaja Sugiri Yan Kristianus Kadang Yerlin Vinni Sutri Yusak Tanasyah Yusak Tanasyah yusak tanasyah