Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Chemoreaction Drying of Saccharomyces cerevisiae Culture with CaO and the Influence of Moisture Sorption Upon Stress and Death of the Dried Culture Novelina .; Soewarno T Soekarto; Betty Sri Laksmi Jenie; Susono Saono; Maggy T Suhartono
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 16 No. 1 (2005): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.664 KB)

Abstract

The aim of the research was to study chemoreaction drying of Saccharomyces cerevisiae culture and to a analyze the influence of moisture sorption on pattern of viability, stress and mortality of the dried starter culture. The cell culture of S. cerevisiae was produced in glucose media with aerobic process in a fermentor at 30C. The cell obtained was dried in a using chemoreaction process. Drying was conducted by coating with various thickness of coating and various ratio of CaO and calcium oxide ratio used in drying. Dry culture of S. cerevisiae and protective agent of CMC and jelly were added to the dry culture. The mixtrure then was stored at in decicators at R H 11 up to 97% until water equilibrium was achieved. Later the patterns of stress from each sample of dry culture at various conditions of moisture was analyzed. The result of the research showed that the best drying method was using coat thickness of 1.3 mm and calcium oxide 10 times the weight of dried sample. The condition of dry culture at low minimal water from 5 % were mostly in dormant state, the highest viability was at the rate of moisture of 5 % - 8 %, but a lot portion of the cells were inactive, and at the moisture higher than 8%, dead cells were observed. Addition 2% jelly of 2% CMC did not protect cells from stress. Key words: Saccharomyces cerevisiae, chemoreaction drying, moisture sorption, dry stresses
RASIO PATI SINGKONG DAN ASAM AKRILAT TERHADAP KAPASITAS ABSORBSI PADA SINTESIS KOMPOSIT POLIMER SUPERABSORBAN Weni Fika; Anwar Kasim; Novelina Novelina; Athanasia Amanda Septevani
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 20 No. 2 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.327 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v20i2.193.2019

Abstract

This study aimed to synthesize a superabsorbent polymer composite based on a natural polymer that has been made by grafting method using cassava starch as a backbone (main framework), Acrylic acid (AA) as a monomer, Ammonium persulfate (APS) as an initiator and N,N Methylene bisacrylamide (MBA) as a crosslinker. The effect of the ratio of cassava starch and acrylic acid (25 : 75; 50 : 50 and 75 : 25% weight total) has been studied based on absorption capacity. The chemical structure that occurs is analyzed using Fourier Transform Infra-red (FTIR) spectroscopy. The results of the FTIR spectrum showed that the grafting of acrylic acid to starch occurred. In the ratio of starch to acrylic acid 25 : 75% of the weight total obtained the maximum water absorption ability (absorption capacity) 224 g/g in aquades and 25 g/g in 0,9% NaCl solution. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis komposit polimer superabsorban berbasis polimer alam yang telah dibuat dengan metode grafting (pencangkokan) yang menggunakan pati singkong sebagai backbone (kerangka utama), asam akrilat (AA) sebagai monomer, Ammonium persulfat (APS) sebagai inisiator dan N,N Metilen bisakrilamida (MBA) sebagai crosslinker. Pengaruh rasio pati singkong dan asam akrilat (25 : 75; 50 : 50 dan 75 : 25% berat total) telah dipelajari berdasarkan kapasitas absorbsi. Struktur kimia yang terjadi dianalisa menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra-red (FTIR). Hasil dari spektrum FTIR memperlihatkan bahwa terjadinya grafting asam akrilat terhadap pati. Pada rasio pati dengan asam akrilat 25 : 75% berat total diperoleh kemampuan menyerap air (kapasitas absorbsi) maksimum 224 g/g dalam aquades dan 25 g/g dalam larutan NaCl 0,9%.
Isolasi dan Identifikasi Mikroflora Indigenous dalam Budu Yusra Yusra; Fauzan Azima; Novelina Novelina; Periadnadi Periadnadi
agriTECH Vol 34, No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.951 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9460

Abstract

Budu from is a fermented fi sh product mainly found in the coastal areas such a Pariaman, Tiku and Pasaman, West Sumatera. Budu is normally made from bigger sized marine fi sh such as Spanish mackerel (Scomberomorus guttatus). The aims of this research were to determine the type of indigenous microfl ora contained in budu. The material used in this study was budu derived from small scale domestic factory in West Sumatera (Sirah river and Gasan district Padang Pariaman and Sasak district Pasaman). Experimental method was used and was descriptively analyzed. Identification was conducted on the morphological and biochemical characteristics of bacteria. It was found 138 bacteria colonies as morphologically and biochemichal grouped into two genus namely Bacillus and Micrococcus (Bacillus sphaericus, Bacillus polymyxa, Bacillus cereus, Bacillus pantothenticus and Micrococcus lactis).ABSTRAKBudu merupakan produk fermentasi ikan yang diproduksi di daerah pesisir Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Pasaman. Budu biasanya terbuat dari ikan pelagis yang berukuran besar dan memiliki daging putih, seperti ikan Tenggiri (Scomberomorus guttatus). Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis mikrofl ora indigenous yang terdapat pada budu. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan budu yang berasal dari tiga pengolah yakni Sungai Sirah dan Gasan Gadang yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman dan dari daerah Sasak Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Identifi kasi yang dilakukan meliputi karakteristik morfologi dan biokimia bakteri. Ditemukan sebanyak 138 koloni bakteri yang secara morfologi dan biokimia dikelompokkan  ke dalam dua genus yakni Bacillus dan Micrococcus (Bacillus sphaericus, Bacillus polymyxa, Bacillus cereus, Bacillus pantothenticus dan Micrococcus lactis).
Pengaruh pencampuran bengkuang (Pachyrhizus erosus L) dengan terung belanda (Cyphomandra betacea Sendtn) terhadap karakteristik velva dihasilkan Diana Sylvi; N. Novelina; Anisa Kurniati
Jurnal Litbang Industri Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v10i1.5542.23-31

Abstract

Velva adalah  jenis makanan penutup atau pencuci mulut yang dihidangkan dalam bentuk beku. Penelitian bertujuan menentukan pengaruh pencampuran bengkuang dan terung belanda terhadap karakteristik velva yang dihasilkan, untuk mendapatkan perbandingan velva terbaik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, 3 ulangan (perbandingan bengkuang dan terung belanda 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%, 80%:20%, dan 90%:10%). Hasil menunjukkan perbandingan bengkuang dan terung belanda memberikan pengaruh nyata terhadap overrun, waktu pelelehan, padatan terlarut, kadar air, total gula, total asam, vitamin C, aktivitas antioksidan, warna, dan aroma. Namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar abu, rasa dan tekstur. Berdasarkan sifat fisik, kimia dan sensori velva terbaik yaitu pada perlakuan A (50% bengkuang: 50% terung belanda). Karakteristik dari perlakuan A overrun 12,12%, waktu pelelehan 16,69 menit, padatan terlarut 27,07oBrix, kadar air 71,50%, kadar abu 1,22%, total gula 29,80%, total asam 0,41%, kadar vitamin C 41,99mg/100g, aktivitas antioksidan 22,44%, angka lempeng total 2,3x103CFU/g, kadar inulin 0,63%, serat pangan 4,10% dan rata-rata uji organoleptik yaitu warna 4,96 (sangat suka), aroma 3,76 (suka), rasa 3,88 (suka)  dan tekstur 4,04 (suka).
Karakterisasi busa kaku (rigid foam) yang dihasilkan dari bubuk gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan bubuk albumin E Efrina; Anwar Kasim; Tuty Anggraini; N Novelina; Alfi Asben
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v9i2.5382.127-133

Abstract

Salah satu kandungan yang terdapat pada Gambir adalah tanin, tanin memiliki gugus hidroksil dan dapat membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan protein. Sifat fenolik dari tanin dapat digunakan sebagai bahan polimer seperti pada pembuatan busa. Busa dapat digunakan sebagai adsorpsi ion logam dan bahan isolasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui interaksi antara perbedaan konsentrasi bubuk gambir dengan dua macam bubuk albumin yang digunakan pada pembuatan busa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor A adalah jumlah penggunaan bubuk gambir pada pembuatan busa yaitu  16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) untuk setiap perlakuan. Faktor B adalah cara persiapan (preparasi) bubuk albumin yaitu dengan cara pengeringan lapis tipis (B1) dan dengan cara pengembangan busa (B2). Hasil penelitian menunjukkan nilai terbaik untuk kerapatan busa diperoleh pada perlakuan A4B1 yaitu 0.09 g/cm3, kekuatan tekan pada perlakuan A4B2 yaitu 4.68 kg/cm2, derajat pengembangan pada perlakuan A4B1 yaitu 53.61%, derajat keasaman pada perlakuan A4B1 yaitu pH 7.04, porositas pada perlakuan A3B2 yaitu 62.03% dan untuk pengamatan dengan menggunakan alat SEM, keseluruhan struktur mikroskopik busa yang dihasilkan adalah mulai dari berpori, agak rapat-sampai sangat rapat, memiliki diameter yang kecil-sangat besar sehingga busa dapat dikategorikan sebagai busa dengan sel tertutup atau busa kaku.ABSTRACTOne of the ingredients contained in Gambier is tannins, tannins have a hydroxyl group and can form strong complex compounds with proteins. The phenolic properties of tannins can be used as polymer materials as in foam making. Foam can be used as an adsorption of metal ions and insulating materials. This study aims to  determined the interaction between different concentration of gambier powder and two kinds of albumin powder to be used in making of foam. This study used Factorial Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors and 3 replications. Factor A was the amount of gambier powder which was used in the manufacture of foam, there were 16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) for each of treatment. Factor B was the preparation method of albumin, with pan drying (B1) and by foaming drying (B2). The results showed the best value for bulk density is A4B1 (0.09 g/cm3), compressive strength in treatment A4B2 (4.68 kg/cm3), swelling degree in treatment A4B1 (53,61%), acidity (pH) in treatment A4B1 (7.04), porocity in treatment A3B2 (62.03%) and for SEM observations the entire microscopic structure of the foam produced is starting from porous, rather dense to very tight, having a small diameter until large, so that foam can be categorized as foam with rigid foam (closed cells).
IbDM PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PRODUK “ATUN” SEBAGAI OLAHAN KHAS NAGARI LUBUK BESAR, KABUPATEN DHARMASRAYA Cesar Welya Refdi; Novelina Novelina; Ismed Ismed; Daimon Syukri; Felga Zulfia Rasdiana; Wellyalina Wellyalina
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.066 KB) | DOI: 10.25077/logista.3.2.199-205.2019

Abstract

Kabupaten Dharmasraya yang terdapat hampir disepanjang jalan lintas Sumatera belum dikenal makanan khasnya. Makanan yang biasa dijadikan oleh-oleh hanya keripik tempe. Di Nagari Lubuk Besar terdapat produk olahan khas yang biasa disajikan pada acara-acara adat dan pernikahan, yaitu Atun. Sebagian ibu-ibu dari masyarakat Nagari Lubuk Besar hanya mampu menjual produk ini sesekali pada ‘hari pasa’ (jadwal pasar tradisional), karena permasalahan umur simpan produk yang singkat yaitu 1-2 hari. Hal ini juga yang menjadi kendala Atun dijadikan sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Dharmasraya. Teknologi pengemasan vakum adalah sistem pengemasan hampa udara sehingga memperpanjang umur simpan, sehingga produk akan lebih bertahan 2-3 kali lebih lama daripada produk yang yang disimpan dengan nonvakum.Selain itu, pembuatan produk Atun Instan dapat bertahan lebih lama dan menjadi inovasi agar Atun dapat dikonsumsi oleh konsumen yang lebih jauh. Tujuan dari kegiatan IbDM ini secara umum adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan semangat berwirausaha bagi anggota kelompok Wanita “Lubuk Besar Bersinar” yang tergabung dalam Kelompok PKK Nagari Lubuk Besar dengan aplikasi teknologi. Dalam pengembangan produk atun ini dilakukan transfer teknologi dalam bentuk pelatihan teknologi pengemasan hampa dan penyimpanan, pembuatan atun instan, serta penyuluhan pemasaran dan manajemen bisnis Atun dalam mengembangkan produk Atun sebagai oleh-oleh khas Nagari Lubuk Kabupaten Dharmasraya. Kata Kunci: Atun, Atun Instan, Pengemasan Vakum, Makanan Tradisional ABSTRACT Dharmasraya District, located almost along the trans-Sumatra road, is not yet known for its traditional food. Food that is used as gifts is only tempeh chips. At Lubuk Besar Village, a village of Dharmasraya, there are typically snack usually served at traditional events and weddings, namely Atun. Some woman from the community of Nagari Lubuk Besar are only able to occasionally sell this product on 'Pasa Day' (traditional market schedule) because of the short shelf life of the product, which is 1-2 days. It also became Atun's obstacle as a souvenir of the Dharmasraya District. Vacuum packaging technology is a packaging system without oxygen that extends shelf life so that products will last 2-3 times longer than non-vacuum stored products. Additionally, Instant Atun products' production can last longer and become an innovation so that more distant consumers can consume Atun. This IbDM program aims to increase knowledge, skills, independence, and an entrepreneurial spirit for members of the "Lubuk Besar Bersinar" Women group and the Lubuk Besar PKK Group with the application of technology. In developing Atun product, technology transfer is carried out in the form of training on vacuum packaging and storage technology, making instant Atun, and counseling on Atun's marketing and business management in developing Atun products as souvenirs from Dharmasraya District.ogy, making instant Atun, and counseling on Atun's marketing and business management in developing Atun products as souv Keywords: Atun, Instan Atun, Vacuum Packaging, Traditional Food
PELATIHAN PRODUKSI KOMPOS DAN BIOGAS DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN KOTA PADANG Sahadi Didi Ismanto; Anwar Kasim; Fauzan Azima; Kesuma Sayuti; Novelina Novelina; Rini Rini; Surini Siswarjono; Novizar Novizar; Tuty Anggraini; Hasbullah Hasbullah; Netty Sri Indeswari
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.169 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.2.95-105.2017

Abstract

ABSTRAK Permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani saat ini adalah terbatasnya pengetahuan, teknologi dan peralatan produksi untuk menghasilkan kompos yang berkualitas, dengan demikian mutu kompos yang dihasilkan juga relatif masih rendah, sementara potensi yang bisa dihasilkan cukup besar. Kotoran sapi yang ada selama ini juga belum dimanfaatkan sebagai sumber biogas, karena belum adanya teknologi tepat guna pembuatan biogas yang dikuasai kelompok tani. Penyelesaian masalah ditawarkan untuk dengan cara: (1) Memberikan pelatihan cara pembuatan kompos dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran ayam broiler, sisa hijauan makanan ternak dan limbah pertanian yang dihasilkan, (2) Memberikan pelatihan pembuatan starter mikroba lokal untuk mempercepat terjadinya pengomposan, (3) Memberikan pelatihan serta peragaan pembuatan biogas dari kotoran sapi, (4) Pembuatan model digester untuk produksi biogas pada skala rumah tangga dan (5) Memberikan pelatihan penguatan kelembagaan kelompok tani untuk menuju kelompok tani yang profesional. Sesuai dengan rencana kegiatan maka dapat dijelaskan target luaran adalah (a) Bahan baku kompos dan Starter yang bisa digunakan, (b) Teknik pembuatan kompos untuk menghasilkan kualitas kompos yang baik, (c) Isu pertanian berkelanjutan dan pentingnya pupuk organik, (d) Teknik mempersiapkan kompos untuk dipasarkan dan teknik memasarkan produk kompos dan (e) Peragaan pembuatan digseter untuk pembuatan biogas berbahan baku kotoran sapi untuk skala rumah tangga. Kata kunci: Pelatihan, Produksi kompos, Biogas
Program Pendampingan Pengurusan Legalitas Produk bagi KWT Bengke Sakato Pengolah Kelapa di Kabupaten Padang Pariaman Wenny Surya Murtius; Neswati Neswati; Gunarif Taib; Sahadi Didi Ismanto; Novelina Novelina; Vioni Derosya; Purnama Dini Hari
Warta Pengabdian Andalas Vol 26 No 3 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

These activity partners are members of the women farmer (KWT) group whose activities are centered on processing coconut fruit into a variety of coconut-derived products. Among the coconut derivative products produced by KWT are VCO, coconut oil and nata de coco. Product legality is a standard that has become a reference for consumers in buying a product. Producers who want their products to be known and have more value in the eyes of consumers must meet these standards. Among the legality of products that become consumers' reference are P-IRT, Halal, BPOM, SNI and so on. The activity was carried out using the andragogy method (counseling and hands-on practice). This activity involved several parties who were directly related to this program. The results of the activity showed that KWT was very enthusiastic and immediately made improvements to several things suggested by the licensing agency, including the use of equipment and production layouts. It was concluded that this KWT will immediately obtain BPOM licensing so as to increase the selling value and the amount of VCO product sales.
METODE PENETAPAN TITIK KERITIS, DAYA SIMPAN DAN KEMASAN PRODUK INSTAN FUNGSIONAL Retti Ninsix; Fauzan Azima; Novelina Novelina; Novizar Nazir
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jtp.v7i1.112

Abstract

Informasi umur simpan merupakan salah satu informasi yang wajib dicantumkan oleh produsen pada kemasan produk pangan, Kewajiban produsen untuk mencantumkan informasi umur simpan ini telah diatur oleh pemerintah dalam UU Pangan tahun 1996 serta PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan kadaluarsa (umur simpan) pada setiap kemasan produk pangan. Hal ini terkait dengan keamanan produk pangan tersebut dan untuk menghindari pengkonsumsian pada saat kondisi produk sudah tidak layak dikonsumsi. Untuk itu perlu ditelaah mengenai regulasi titik kritis, umur simpan dan kemasan, dalam upaya memperpanjang umur simpan produk pangan khususnya produk instan fungsional. Pengolahan untuk memperpanjang umur simpan produk pangan perlu mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan mutu. Penentuan umur simpan juga perlu mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomis berkaitan dengan upaya distribusi produk yang di dalamnya mencakup keputusan manajemen yang bertanggung jawab.
Penentuan waktu ekstraksi pigmen angkak dari substrat ampas sagu menggunakan ultrasonic bath Dian Pramana Putra; Alfi Asben; N Novelina
Jurnal Litbang Industri Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.829 KB) | DOI: 10.24960/jli.v8i2.4094.83-88

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu ekstraksi pigmen angkak dari ampas sagu menggunakan ultrasonic bath. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu A (ekstraksi 10 menit), B (ekstraksi 20 menit), C (ekstraksi 30 menit), D (ekstraksi 40 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk pigmen hasil proses ekstraksi angkak ampas sagu selama 40 menit (perlakuan D) merupakan perlakuan terbaik, dimana intensitas pigmen tertinggi untuk λ 400 nm (kuning),  λ 470 nm (orange) dan λ 500 nm (merah ) yaitu 7,63 ; 6,91 dan 5,95. Karakteristik bubuk pigmen angkak (perlakuan D) memiliki nilai aktivias antioksidan 44,52% pada konsentrasi 1000 ppm, kandungan lovastatin 68,60 ppm, kadar air 4,83%, nilai pH 4,03 dan derajat kecerahan 26,76 oHue (merah keunguan).  AbstractThis study was aimed to determine the duration of angkak pigment extraction from sago waste  using ultrasonic bath. The study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 repetitions, A (extraction 10 minutes), B (extraction 20 minutes), C (extraction 30 minutes), D (extraction 40 minutes). The results showed that the powder pigment results of the extraction process angkak sago waste  for 40 minutes (treatment D) was the best treatment, where the highest intensity of the pigment for λ 400 nm (yellow), λ 470 nm (orange) and λ 500 nm (red) were 7.63; 6.91; and 5.95 respectively. Characteristic of angkak pigment powder (treatment D) had value of antioxidant activity 44.52% at concentration 1000 ppm, lovastatin content 68.60 ppm, water content 4.83%, pH value 4.03, and degree of brightness 26.76 oHue (red purple). 
Co-Authors Abdullah Haekal Marzie Fansukri Adhitya Jessica Aidila Fitria, Eddwina Alfi Asben Amaliyah Tarumiyo, Aurelia Anisa Kurniati Anjela, Novi Anwar Kasim Arifatulhuda Rifka Athanasia Amanda Septevani Aurelia Amaliyah Tarumiyo Azzahra, Yasmin Bahar, Rini Betty Sri Laksmi Jenie Daimon Syukri Deden Dermawan Derosya, Vioni Desniorita Desniorita Dian Pramana Putra, Dian Pramana Diana Sylvi Dini Hari, Purnama E Efrina Emriadi - Fansukri, Abdullah Haekal Marzie Faramida, Shella Fauzan Azima Felga Zulfia Rasdiana Firdausni Firdausni Firdausni Firdausni Gunarif Taib Gusmita, Rezy Gustiarini Rika Putri Hanifah Andryani Hasbullah Hasbullah Ismed Ismed Jeany Ristia Jessica, Adhitya Kusumaningsih, Indriati Lailita Nurrahmi Putri Linda Wati Linda Wati Maggy T Suhartono Maryam, Maryam Meuthia Fiana, Risa Mislaini Mislaini Nayli Husni Neswati Neswati Netty Sri Indeswari Novizar Nazir Novizar Nazir Novizar Novizar Nurlindawati Nurlindawati Periadnadi Periadnadi Purnama Dini Hari Putri, Lailita Nurrahmi Qurrata A'yun Ratni Kumala Sari Reni Koja Retti Ninsix Rifka, Arifatulhuda Rifma Eliyasmi Rina Yenrina Rini Rini Rini Rini Risa Meuthia Fiana Risa Meutia Fiana Rudi Alfiansyah S.A. Rahma Sahadi Didi Ismanto Sari, Ratni Kumala Sayuti, Kesuma Shella Faramida Siska Ariani Soewarno T Soekarto Surini Siswarjono Susono Saono Tuty Anggraini Wellyalina, Wellyalina Welya Refdi, Cesar Weni Fika Wenny Surya Murtius Wiwit Juita Sari Yasmin Azzahra YUSRA YUSRA Yusra Yusra Zaadah Zaadah Zaadah, Zaadah