Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perlindungan Hukum Terhadap Indikasi Geografis Papua Di Desa Maribu Kapubaten Jayapura Pelupessy, Sella Petrix; Pelupessy, Berd Elkiopas; Pelupessy, Eddy; Reba, William H.; Sawen, Kristina; Kaplele, Farida; Palit, Silvester Magnus Loogman; Ketaren, Dahliana; Palenewen, James Yoseph; Tanati, Daniel; Ringgi, Deppa; Wulandari S, Lestari; Krey, Thresia Hilda M.Y.
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 4, No 10 (2025): Januari
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This service is carried out with the title Legal Protection of Geographical Indications of Papua in Maribu Village, Jayapura Regency, an activity carried out for partners with the aim that the community can know and understand the existence of legal protection for Geographical Indications of Papua in Jayapura Regency. The output of this service is to provide an understanding to partners about efforts to map geographical indications carried out to determine the limits of cases of violation of geographical indications so that holders of geographical indication rights can file lawsuits against users of geographical indications without rights, in the form of compensation payments and termination. Use and destruction of geographical indication labels used without rights through registration and publication. Geographical indications are protected as long as the reputation, quality and characteristics that are the basis for granting geographical indication protection to an item are maintained. And protection will be removed if these provisions are not met, and/or are contrary to state ideology, legislation, morality, religion, decency and public order. Therefore, Geographical indication mapping must be arranged in a geographical indication document that can be proven to be true. The procedure for submitting geographical indications and the procedure for registering geographical indications have been identified. Legal protection for geographical indications can be carried out in preventive and repressive forms. Preventive means preventive measures through refusal of registration and repressive payment of compensation.
Perlindungan Hukum Terhadap Indikasi Geografis Papua Di Desa Maribu Kapubaten Jayapura Pelupessy, Sella Petrix; Pelupessy, Berd Elkiopas; Pelupessy, Eddy; Reba, William H.; Sawen, Kristina; Kaplele, Farida; Palit, Silvester Magnus Loogman; Ketaren, Dahliana; Palenewen, James Yoseph; Tanati, Daniel; Ringgi, Deppa; Wulandari S, Lestari; Krey, Thresia Hilda M.Y.
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 4, No 10 (2025): Januari
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This service is carried out with the title Legal Protection of Geographical Indications of Papua in Maribu Village, Jayapura Regency, an activity carried out for partners with the aim that the community can know and understand the existence of legal protection for Geographical Indications of Papua in Jayapura Regency. The output of this service is to provide an understanding to partners about efforts to map geographical indications carried out to determine the limits of cases of violation of geographical indications so that holders of geographical indication rights can file lawsuits against users of geographical indications without rights, in the form of compensation payments and termination. Use and destruction of geographical indication labels used without rights through registration and publication. Geographical indications are protected as long as the reputation, quality and characteristics that are the basis for granting geographical indication protection to an item are maintained. And protection will be removed if these provisions are not met, and/or are contrary to state ideology, legislation, morality, religion, decency and public order. Therefore, Geographical indication mapping must be arranged in a geographical indication document that can be proven to be true. The procedure for submitting geographical indications and the procedure for registering geographical indications have been identified. Legal protection for geographical indications can be carried out in preventive and repressive forms. Preventive means preventive measures through refusal of registration and repressive payment of compensation.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEREMPUAN DI DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH Taher, Abdul Halid; RINGGI, DEPPA
JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora Vol 8, No 1 (2025): JUSTITIA Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/justitia.v8i1.400-407

Abstract

Perlindungan hokum terhadap hak perempuan di Kabupaten Halmahera Tengah merupakan isu yang penting mengingat masih adanya ketimpangan gender dan kekerasan terhadap perempuan di berbagai sector kehidupan. Artikel ini membahas tentang upaya - upaya yang dilakukan untuk melindungi hak – hak perempuan di wilayah tersebut, baik dalam konteks hukum formal maupun budaya lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mengkaji peraturan perundang - undangan yang berlaku, kebijakan pemerintah daerah, serta praktik – praktik sosial yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada sejumlah kebijakan perlindungan perempuan, implementasi di lapangan masih menghadapi banyak tantangan, termasuk keterbatasan sumberdaya, rendahnya kesadaran hukum, dan pengaruh budaya patriarki yang kuat. Penelitian ini menyarankan perlunya peningkatan kapasitas aparat penegak hukum dan pendidikan masyarakat untuk mendukung tercapainya kesetaraan gender dan perlindungan hak – hak perempuan di Kabupaten Halmahera Tengah. Kata Kunci: Perlindungan hukum, hak perempuan, Halmahera Tengah.
EVALUASI PENERAPAN ASAS PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PROSES HUKUM PIDANA: STUDI KASUS TERHADAP KASUS PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN OLEH APARAT PENEGAK HUKUM DI INDONESIA RINGGI, DEPPA; Saputra, Ricky Dedi
JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora Vol 8, No 1 (2025): JUSTITIA Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/justitia.v8i1.418-425

Abstract

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan prinsip fundamental yang harus dilindungi dan dihormati dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam proses hukum pidana. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik di lapangan ada pelanggaran HAM oleh aparat penegak hukum, seperti penyiksaan, penangkapan sewenang- wenang, dan kriminalisasi yang merugikan tersangka.Faktor-faktor  yang  menyebabkan  penyalahgunaan  kewenangan  oleh aparat  termasuk lemahnya pengawasan, rendahnya integritas aparat, serta adanya tekanan eksternal. Dampak dari pelanggaran HAM ini mencakup hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem hukum, yang mengarah pada krisis legitimasi negara. Untuk itu, lembaga pengawas seperti Komnas HAM dan Ombudsman memiliki peran penting dalam mengawasi, menyelidiki, dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki sistem hukum. Penelitian ini menyarankan perlunya penguatan pengawasan, reformasi sistem hukum, peningkatan pendidikan HAM bagi aparat dan masyarakat, serta peran aktif lembaga pengawas dalam melindungi HAM dan mencegah penyalahgunaan kewenangan.
The Essence of the Teaching of Causality in Revealing Deaths Due to Premeditated Murder Budiyanto, Budiyanto; Pamolango, Valentino; Ringgi, Deppa
SASI Volume 30 Issue 2, June 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47268/sasi.v30i2.1904

Abstract

Introduction: This article analyzes the contribution of the doctrine of causality in uncovering deaths resulting from premeditated murder. The doctrine of causality is essentially very important and needed to determine a person's guilt for actions that cause consequences. It is appropriate for the defendant to be processed, prosecuted and sentenced to life imprisonment according to the level of guilt.Purposes of the Research: The aim of this research is to examine more specifically the importance of the doctrine of causality in uncovering someone's death as a result of premeditated murder in Jayapura City and the obstacles.Methods of the Research: The method chosen is normative legal research with an emphasis on secondary data. The statutory approach and case approach were chosen to study the application of the doctrine of causality. So that it can be known with certainty the determination of guilt and criminal responsibility. Primary legal materials and secondary legal materials are sources of data collection. Analysis of research results is carried out by providing criticism, support, comments, then a conclusion is made using a literature review.Results of the Research: The research results prove that in uncovering the case of the death of a victim of premeditated murder in Jayapura City, law enforcement officers chose a generalizing theory. In an effort to search for and find the relationship between the defendants' actions, the combined balance theory becomes the starting point for determining the defendant's guilt. The combined balance theory has the advantage that it can be used to calculate carefully and precisely. Both defendants were sentenced to life imprisonment for the crimes they committed. The obstacle is the difficulty of finding witnesses, evidence and other evidence.
Pemberian Remisi Bagi Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Ringgi, Deppa
Tamilis Synex: Multidimensional Collaboration innovation in the digital era
Publisher : CV Edujavare Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70610/tls.v2i01.378

Abstract

Setiap anak yang berkonflik dengan hukum menjalani masa pidanya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan berhak mendapatkan haknya berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Undang- Undang mengatur bahwa anak yang berkonflik dengan hukum atau anak binaan pemasyarakatan berhak mendapatkan pendidikan, perlindungan, pelayanan kesehatan dan hak untuk mendapatkan pengurangan masa pidana atau remisi. Remisi memilki banyak dampak baik untuk narapidana anak, untuk mengurangi dampak buruk yang terjadi pada anak akibat masa pidana yang harus dijalankan dan mengurangi beban psikologis anak yang sedang tumbuh berkembangPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemberian hak pengurangan masa pidana bagi anak, baik itu persyaratan untuk mendapatkan pengurangan masa pidana, jenis-jenis pengurangan masa pidana serta prosedur dalam memberikan pengurangan masa pidana bagi anak binaan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dimana data primer pada penelitian ini adalah berupa Undang-Undang dan peraturan yang relevan dengan penelitian mengenai pemberian hak remisi bagi anak binaan. Data sekunder dalam penelitian ini adakah buku-buku, penelitian berupa jurnal publikasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa LPKA sebagai lembaga tempat pembinaan anak binaan wajib memenuhi hak anak binaan untuk mendapatkan pengurangan masa hukuman berdasarkan ketentuan Undang-undang . Kata Kunci : Anak Binaan, LPKA, Remisi
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEREMPUAN DI DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH Taher, Abdul Halid; Ringgi, Deppa
JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora Vol 8, No 2 (2025): 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/justitia.v8i1.356-363

Abstract

Perlindungan hukum terhadap hak perempuan di Kabupaten Halmahera Tengah merupakan isu yang penting mengingat masih adanya ketimpangan gender dan kekerasan terhadap perempuan di berbagai sector kehidupan. Artikel ini membahas tentang upaya - upaya yang dilakukan untuk melindungi hak – hak perempuan di wilayah tersebut, baik dalam konteks hukum formal maupun budaya lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan mengkaji peraturan perundang - undangan yang berlaku, kebijakan pemerintah daerah, serta praktik – praktik sosial yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada sejumlah kebijakan perlindungan perempuan, implementasi di lapangan masih menghadapi banyak tantangan, termasuk keterbatasan sumberdaya, rendahnya kesadaran hukum, dan pengaruh budaya patriarki yang kuat. Penelitian ini menyarankan perlunya peningkatan kapasitas aparat penegak hukum dan pendidikan masyarakat untuk mendukung tercapainya kesetaraan gender dan perlindungan hak – hak perempuan di Kabupaten Halmahera Tengah.
EVALUASI PENERAPAN ASAS PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PROSES HUKUM PIDANA: STUDI KASUS TERHADAP KASUS PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN OLEH APARAT PENEGAK HUKUM DI INDONESIA Ringgi, Deppa; Saputra, Ricky Dedi
JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora Vol 8, No 2 (2025): 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/justitia.v8i1.418-425

Abstract

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan prinsip fundamental yang harus dilindungi dan dihormati dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam proses hukum pidana. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik di lapangan ada pelanggaran HAM oleh aparat penegak hukum, seperti penyiksaan, penangkapan sewenang- wenang, dan kriminalisasi yang merugikan tersangka.Faktor-faktor  yang  menyebabkan  penyalahgunaan  kewenangan  oleh  aparat  termasuk lemahnya pengawasan, rendahnya integritas aparat, serta adanya tekanan eksternal. Dampak dari pelanggaran HAM ini mencakup hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem hukum, yang mengarah pada krisis legitimasi negara. Untuk itu, lembaga pengawas seperti Komnas HAM dan Ombudsman memiliki peran penting dalam mengawasi, menyelidiki, dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki sistem hukum. Penelitian ini menyarankan perlunya penguatan pengawasan, reformasi sistem hukum, peningkatan pendidikan HAM bagi aparat dan masyarakat, serta peran aktif lembaga pengawas dalam melindungi HAM dan mencegah penyalahgunaan kewenangan.
Empirical Analysis of Rehabilitation Programs for Children in Conflict with the Law at Jayapura Class II Juvenile Correctional Facility Ringgi, Deppa; Amir, Muh. Anugrah Kurniawan
SIGn Journal of Social Science Vol 6 No 1: Juni - November 2025
Publisher : CV. Social Politic Genius (SIGn)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37276/sjss.v6i1.495

Abstract

Amid the paradox between the idealism of humanistic child protection regulations and high recidivism rates, this study examines the effectiveness of rehabilitation programs for children in conflict with the law. This study aims to analyze in-depth how the rehabilitation program at the Jayapura Class II JCF operates as a mechanism to reconstruct social bonds. This process is analyzed using Hirschi’s Social Control Theory as a framework. Applying an empirical legal method with a case study approach, primary data were collected through semi-structured interviews with officers and juvenile residents as well as participatory observation, and were subsequently analyzed qualitatively. The results indicate that the three main programs—physical and spiritual development, social development, and education—work synergistically as an architecture of social engineering to mend and reinforce the four elements of the social bond. Attachment is built through communal structures. Commitment is instilled through investment in orderliness and the development of future skills. Involvement is ensured through a densely structured schedule. Belief is reconstructed through consistent moral education. A crucial finding reveals that although formal education faces structural constraints, the non-formal skills program is more effective in building commitment. It is concluded that the key to successful rehabilitation lies not in the luxury of facilities, but in an institution’s ability to systematically re-weave torn social bonds, which serves as the foundation for the successful rehabilitation and social reintegration of children.