Badminton merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh seluruh kalangan usia. Namun, manajemen dalam pemilihan waktu dalam berolahraga merupakan salah satu hal krusial karena dapat berdampak pada perubahan kadar Creatin Kinase (CK) sebagai biomarker penanda kerusakan otot. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerusakan otot pada atlet badminton yang berlatih pagi dan malam hari. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa respons individu terhadap olahraga malam dan pagi dapat bervariasi. Faktor-faktor seperti jenis olahraga, intensitas, dan kondisi fisik individu juga berperan penting. Menurut beberapa literatur, olahraga dengan intensitas tinggi pada malam hari dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan otot karena pengaruh ritme sirkadian, diantaranya, hormon kortisol yang berperan dalam regulasi inflamasi dan perbaikan jaringan juga cenderung lebih rendah di malam hari. Namun, reaksi adaptasi yang baik pada atlet terhadap biomarker penanda kerusakan otot dihubungkan dengan usia biologis, durasi latihan, distribusi serat otot, kapasitas daya tahan serta faktor lingkungan yang turut berperan penting dalam kelelahan dan kerusakan otot. Reaksi adaptasi terhadap latihan malam juga dapat mengurangi risiko kerusakan otot seiring waktu. Pemanasan yang tepat, intensitas latihan yang sesuai, waktu recovery yang cukup, nutrisi dan hidrasi yang baik juga mempengaruhi respon individu terhadap biomarker penanda kerusakan otot.