Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RADIO MALABAR: DUNIA RADIO TERSEMBUNYI DI LEMBAH PEGUNUNGAN MALABAR, BANDUNG, 1916-1946 Sakinah, Adiyba Humaira; Ulya, Syafaatul; Azizah, Sartika Yulandari; Arifin, Faizal
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan Vol 3 No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51190/jazirah.v3i2.69

Abstract

Artikel ini mengkaji perkembangan salah satu stasiun radio tertua di Bandung yakni Stasiun Radio Malabar. Radio memiliki peranan penting bagi masyarakat pada masa Kolonialisme Belanda karena keterbatasan jangkauan media komunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, dengan menggunakan sumber arsip berupa koran dan dokumen pada masa Kolonialisme Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun Radio Malabar merupakan stasiun radio terbesar di Asia Tenggara yang menciptakan sistem pemancar tanpa kabel (nirkabel) yang mampu menghubungkan komunikasinya dengan lintas negara. Malabar juga menjadi salah satu statsiun dengan teknologi yang canggih pada masanya, mengingat letak geografis stasiun radio tersebut yang berada di lembah Gunung Puntang (Malabar), Bandung, namun efektif menyebarluaskan informasi kepada publik. Artikel ini mengkaji kondisi Stasiun Radio Malabar di era Kolonialisme Belanda, baik dalam aspek sosial, geografis, maupun sejarah. Penelitian ini menunjukkan pentingnya upaya pelestarian peninggalan Kolonial yaitu stasiun Malabar yang berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah di Jawa Barat.
Pengaruh Kolonialisme: Kebiasaan Mandi Menggunakan Sabun Masyarakat Hindia Belanda Halizah, Adinda Nur; Azizah, Sartika Yulandari; Maemunah, Maemunah
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 2, No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v2i2.39916

Abstract

This article discusses the influence of colonialism on the habit of bathing using soap in the Dutch East Indies.  In colonial times, ideas of European superiority brought by the British and Dutch influenced many aspects of daily life, including bathing.  Bathing using water alone became the culture of the people of the Dutch East Indies.  The bathing habits of European society, which were initially considered unnecessary and even dangerous to health, were introduced to the Dutch East Indies through interactions with colonials.  Europeans and mulatto people living in the Dutch East Indies usually bathed in closed rooms using soap, while indigenous people bathed in open rivers without soap.  Over time, the habit of using soap began to spread among the people of the Dutch East Indies, especially after the establishment of the Unilever soap factory in 1930. This article explores how colonialism influenced the daily practices of the people of the Dutch East Indies.
PENGARUH KOLONIALISME: KEBIASAAN MANDI MENGGUNAKAN SABUN MASYARAKAT HINDIA BELANDA Maemunah, Maemunah; Halizah, Adinda Nur; Azizah, Sartika Yulandari
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol. 2 No. 2 (2023): Vol. 2, No. 2, Desember 2023
Publisher : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/6krj7q50

Abstract

Artikel ini membahas mengenai pengaruh kolonialisme terhadap kebiasaan mandi menggunakan sabun masyarakat Hindia Belanda. Pada masa kolonial, gagasan superioritas Eropa yang dibawa oleh Inggris dan Belanda mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari, termasuk mandi. Mandi menggunakan air saja menjadi budaya masyarakat Hindia Belanda. Kebiasaan mandi masyarakat Eropa yang awalnya dianggap tidak perlu dan bahkan berbahaya bagi kesehatan, mulai diperkenalkan di Hindia Belanda melalui interaksi dengan para kolonial. Orang Eropa dan blasteran yang tinggal di Hindia Belanda biasanya mandi di ruang tertutup dengan menggunakan sabun, sementara masyarakat pribumi mandi di sungai terbuka tanpa sabun. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menggunakan sabun mulai menyebar dikalangan masyarakat Hindia Belanda, terutama setelah didirikannya pabrik sabun unilever pada tahun 1930. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana pengaruh kolonialisme terhadap praktik keseharian masayarakat Hindia Belanda.