Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

MENGEMBANGKAN FITRAH ANAK MELALUI PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas Pemikiran Hamka) Mohamad Salik
El-QUDWAH El-Qudwah (04-2014)
Publisher : lp2m-uin malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.068 KB)

Abstract

Oleh: Mohamad Salik UIN Sunan Ampel Surabaya Email: salik_mohamad@yahoo.com   Abstract Hamka was one of Muslim intellectuals who played a significant role in modernization of Islamic education. Among of his thoughts are:  According to Hamka, Developing human fitrah is the main purpose of Islamic education. In this way, he emphasizes the important of moral education and the need of developing intellect in teaching learning process. There are some principles that must be considered to achieve this goal: a) The curriculum must be able to develop social-emotion and lead students to be more obedient to God. b) The approach used must be able to encourage students to implement their knowledge and actualize their belief and obedience in their daily life. b) The method must be able to encourage students to have critical minded. In this way, parents and teachers need to give room of freedom for the students to think and determine their own way of life based on their fitrah and talents. To achieve this goal,the involvement teachers, parents, and society are absolutely important. Hamka was not only the thinker of Islamic education, but also directly involved in establishing and developing education institutions. Among of them were Tabligh School in Minangkabau and Islamic Education Institution Al-Azhar Jakarta.    
CONSERVING MODERATE ISLAM IN INDONESIA: An Analysis of Muwafiq's Speech on Online Media Mohamad Salik
JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : State Islamic University (UIN) of Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.97 KB) | DOI: 10.15642/JIIS.2019.13.2.373-394

Abstract

PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DAN RELEVANSINYA DENGAN ERA DISRUPSI Masluhah Masluhah; Kiki Rizkiatul Afifah; Mohamad Salik
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 2 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/taalum.2021.9.2.317-338

Abstract

Abstract: Muhammad Iqbal is a Philosopher and education’s figure. His saveral ideas are about character education and education of creativity. Disruption era brings a complex problem, especially in moral and character development. The deterioration of student’s moral value will be a trigger to make attitude and behavior that doesn’t suit with spiritual value or the oble values of Indonesian nation. Therefore, character development in disruption era be a very important discussion. This research aims to analyze Muhammad Iqbal’s views of character education that relevance to disruption era. The research’s method is library research with data collection techniques from any references such as books, journals, newspaper, and others articles. This research used descriptive analysis technique. The results is according to Muhammad Iqbal’s thoughts that character education is an effort to prevent the moral crisis phenomenon on students that relevant at disruption era. Impementation of the character education is with modelling of positive character and behavior, development self-awareness about human essence as insan kamil, and developement the tolerance.
Pesantren dan Upaya Menangkal Tumbuhnya Radikalisme: Analisis Gagasan KH. Marzuki Mustamar Mohamad Salik; Ali Mas'ud
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) Vol. 8 No. 1 (2020): July 2020
Publisher : UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (950.983 KB) | DOI: 10.15642/jpai.2020.8.1.1-20

Abstract

This study aims to examine the ideas of one prominent Nahdlatul Ulama (NU) figure, the leader of Pesantren Sabilurrosyad Malang named KH Marzuki Mustamar, about efforts to counteract the growth of radicalism in pesantren. Through the analysis of the interview, this study found that the most important thing in preventing the growth of radicalism in pesantren is the ability of the teacher or Kyai to contextualize the values ​​of Islamic teachings with the real context of life in the learning process. Through this ability, the students will know and understand that Islamic teachings are truly relevant to life and are able to bring benefits to all mankind. In this case, the teacher or Kyai can do in several ways: First, selecting materials or books that have moderate views based on ahlussunnah school, and reinterpreting the materials or books that are not in accordance with the Indonesian context. Second, instilling the values ​​of monotheism and human values ​​in the students in a balanced manner. Third, providing examples oftolerant behavior in society. Fourth, accustoming the students to be tolerant through direct practice to live in the community.
Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Mencegah Kemunduran Moralitas Pemuda (Telaah Pemikiran Sir Muhammad Iqbal) khairul Walid; Mohamad Salik
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v5i1.36375

Abstract

Pemuda sebagai agen perubahan dan aktor masa depan memilik andil untuk menuntaskan konflik yang terjadi baik secara subversif maupun persuasif melalui kajian keagamaan. Kondisi sosial masyarakat sangat menuntut peran serta dan andil dari pemuda sehingga keberadaan pemuda menjadi penentu perubahan sosial yang lebih progresif menuju ke arah perubahan kehidupan yang lebih baik. Dengan perkembangan zaman yang sangat cepat banyak masalah yang dihadapi pemuda sebagai agen perubahan, banyak peran pemuda yang terhambat karena berkembangnya zaman dan teknologi, keadan ini memaksa pemuda berubah mulai dari sikap, gaya hidup sampai hubungan sosial. Penelitian ini merupakan kajian teori konseptual dan menelaah hasil pemikiran Muhammad Iqbal yang dikenal sebagai salah satu pembaharu pendidikan islam, dengan menggunakan metode kualitatif diskriptif terhadap hasil karya Muhammad Iqbal tentang rekonstruksi pendidikan islam. “Dari penelitian ini disimpulkan bahwa bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan nyaris berhenti, karena Umat Islam telah berhenti mengambil inspirasi dari Al-Quran. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini adalah dengan jalan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga sumber, yaitu serapan indrawi, rasio, dan intuisi. Apabila Umat Islam mampu melakukan berpikir semacam ini, revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi secara mengagumkan dan persoalan- persoalan yang timbul dari dampak westernisasi dan dekansi moral remaja yang terjadi bisa atasi.
Relevansi Pemikiran Pendidikan KH. Imam Zarkasyi Dalam Pembentukan Intrapersonal Intelegensi Robiatul Adawiyah; Ryan Eka Rahmawati; Mohamad Salik
Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan Vol 7 No 1 (2021): EDUGAMA: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : PASCASARJANA IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/edugama.v7i1.1663

Abstract

This article discusses about the relevance of KH Imam Zarkasi thoughts of education in developing intrapersonal intelligence. It is a kind of library research using descriptive-qualitative method. The resutt of this research shows that KH. Imam Zarkasi`s thoughts are still very relevant to be implemented in developing students` intrapersonal intelligence. Among of his thoughts are; 1) developing intrapersonal intelligence can be through two ways; intentionally, that is through education in formal institutions, and unintentionally that is through interaction with the surrounding community and the nature. 2) The method of learning to develop intrapersonal intelligence is through individual training; by entrusting children to carry out their own duties with full responsibility, giving children the opportunity to make their own decisions and be responsible for their decisions, and other similar activities. These thoughts have been applied by KH Imam Zarkasi through the institution he developed, namely Pondok Pesantren Gontor. Among of his renewal efforts are; The implementation learning using classical system, the use of learning methods that provide opportunities for children to develop their thinking power critically, independently and responsibly, and provide extracurricular activities as a forum for students to develop themselves. Education Thoughts, KH. Imam Zarkasyi, Intrapersonal Intelligence
Relevansi Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut M. Quraish Shihab dengan Pola Asuh Anak pada Pembelajaran di Masa Pandemi Lau Han Sein; Mohamad Salik
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diklus.v6i1.46753

Abstract

Abstrak: Peran orang tua dalam mendidik anak di rumah selama pembelajaran pada masa pandemi ini sangat penting, karena pada pembelajaran di masa pandemi seperti ini orang tua menggantikan peran guru sebagai pendidik di lembaga sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah pemikiran M. Quraish Shihab tentang pendidikan anak dalam keluarga, dan mencari relevansinya dengan pola asuh anak selama pembelajaran di masa pandemi. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan anak dalam keluarga menurut M. Quraish Shihab di antaranya yaitu: pertama, pendidikan ketauhidan kepada anak. Kedua,  orang tua mengajarkan kepada anak pendidikan untuk berbakti kepada orang tua, ketiga, orang tua mengajarkan anak untuk selalu melakukan amar ma’ruf dan menjauhi kemungkaran, keempat, orang tua mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab dan kelima, orang tua mengajarkan anaknya tentang pendidikan berakhlak mulia. Dari pemikiran M. Quraish Shihab tersebut ternyata memiliki relevansi dengan pola asuh authoritative selama masa pandemi dalam hal interaksi dan tujuanya. Dalam pola asuh ini, orang tua akan menjaga interaksi bersama anak dengan selalu memberikan stimulus untuk membentuk prilaku maupun kepribadian anak menjadi lebih baik dan berakhlakul karimah. Stimulus-stimulus kepada anak bisa diberikan melalui nasihat-nasihat yang dijelaskan oleh M. Quraish Shihab mulai dari nasihat tentang ketauhidan, berbakti kepada orang tua, bertanggung jawab, dan berakhlakul karimah, yang semuanya itu diberikan kepada anak dengan tujuan membentuk kepribadian dan karakter anak menjadi lebih baik dan bertanggung jawab. Adapupun implikasi penelitian ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada orang tua untuk lebih bertanggung jawab dan memperhatikan anak selama pembelajaran dimasa pandemi ini dengan cara menerapkan metode-metode dalam memberikan pendidikan dan pola asuh yang baik kepada anak. The Relevance of Children's Education in Families According to M. Quraish Shihab with Child Parenting Patterns in Learning in a Pandemic PeriodAbstract: The role of parents in educating children at home during this pandemic is very important, because in learning during this pandemic like this, parents replace the role of teachers as educators in school institutions. The purpose of this study is to examine the thoughts of M. Quraish Shihab about children's education in the family, and to find its relevance to parenting patterns during learning during the pandemic. This research is a library research using descriptive analysis method. The results of this study indicate that the education of children in the family according to M. Quraish Shihab include: first, monotheism education for children. Second, parents teach children education to be devoted to parents, third, parents teach children to always do amar ma'ruf and stay away from evil, fourth, parents teach children to be independent and responsible individuals and fifth, parents teach their children about moral education. From the thoughts of M. Quraish Shihab, it turns out that it has relevance to authoritative parenting during the pandemic in terms of interactions and goals. In this parenting pattern, parents will maintain interaction with their children by always providing a stimulus to form, the behavior and personality of the child to be better and have good character. The Stimulus can be given to children through the advice described by M. Quraish Shihab ranging from advice on monotheism, filial piety to parents, responsibility, and good character, all of which are given to children with the aim of shaping the child's personality and character to become a child. better and more responsible.
Strategi Pendidikan Akhlak pada Abad 21 dalam Perspektif Filsafat al-Ghazali Yafie Al Muhlasin; Mohamad Salik
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol 9 No 1 (2022): (April 2022)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v9i1.323

Abstract

Perkembangan peradaban pada abad 21 menuntut manusia untuk berperilaku serba instan. Perilaku itu dapat membawa ke arah kejahatan jika tidak dibentengi dengan pemupukan akhlak yang kuat pada saat mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pendidikan akhlak yang sesuai untuk diajarkan pada lembaga pendidikan, baik formal, in-formal, maupun non-formal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research) dengan kitab Ihya ‘Ulumuddin sebagai sumber primernya. Pendidikan akhlak abad 21 yang diterapkan di lembaga pendidikan berbeda dengan abad sebelumnya. Pendidikan akhlak pada abad 21 lebih menekankan pada aspek penguatan jiwa dan akal anak didik. Menurut Imam al-Ghazali, setidaknya ada empat kriteria yang harus kuat dan dimiliki anak didik setelah selesai dari sekolahnya, yaitu kekuatan ilmu (pengalaman akal), dan kekuatan emosi, nafsu, adil (pengalaman jiwa). Menurutnya, sekolah harus membuat budaya-budaya baru dalam rangka memberikan penguatan akal dan jiwa anak didik. Seperti menambahkan berbagai macam ibadah disela-sela waktu pembelajaran anak didik dan memberikan sanksi dan reward kepada anak didik terhadap apa yang dilakukannya. Selain sekolah, orang tua juga berperan dalam pembentukan akhlak anak. Tuntutan berbakti kepada orang tua dapat mempengaruhi kekuatan jiwa anak didik, karena membiasakannya untuk melakukan hal-hal yang cenderung tidak disukai anak didik.
Sharpen the Students' Motivation through Reward toward English Learning Mohamad Salik; Muhimatul Murtafi’ah; Ahadya Racmania; Sayyidatul Maghfiroh; Farhan Farhan
Edulitics (Education, Literature, and Linguistics) Journal Vol 5 No 1 (2020): June, 2020
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan*

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.225 KB) | DOI: 10.52166/edulitics.v5i1.2059

Abstract

A reward is an amusing and positive thing, it turns out that reward is very influential in increasing one's learning motivation, one's motivation is an unstable thing especially motivation to learn, sometimes strong but sometimes weak. In this study, researchers perceived students of 11th grade at MAN 1 Pasuruan, this observation carried out in 2 weeks and focusing on seeing the impact caused by giving rewards to students’ motivation, to make the data stronger, at the end of the teaching session, researcher conductedinterview session with 34 students related to the impact of providing rewards in increasing student motivation. For the result, almost all students in 11th grade at MAN 1 Pasuruan XI IIS 3 Classagree that rewards can increase learning motivation, and for the details, it will be explained in the following article.
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM HARUN NASUTION DAN RELEVANSINYA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ERA SOCIETY 5.0 Wahidah Ma'rifatunnisa'; Muhammad Ilham Rusydi; Mohamad Salik
Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam Vol 8, No 1 (2022): Juli 2022
Publisher : IAIN Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/zjpi.v8i1.3487

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemikiran Harun Nasution tentang pembaharuan pendidikan islam dan menunjukkan relevansi dari hasil pemikiran tersebut dengan konsep pendidikan islam era society 5.0. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi atau (content analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inti dari pembaharuan pendidikan islam menurut Harun Nasution adalah mengubah sistem pendidikan islam yang konvensional menuju pendidikan islam yang terbuka, mengedepankan pendidikan moral serta potensi akal untuk berpikir kritis. Adapun relevansi pemikiran Harun Nasution dengan pendidikan islam era society 5.0 adalah pertama, pendidikan islam yang maju dan berkembang sesuai perubahan zaman harus mengembangkan pola berpikir kritis. Kedua, pendidikan moral sangat diperlukan untuk membentengi diri dari pengaruh negatif era society 5.0. Ketiga, kurikulum harus berlandaskan pada moral, spiritual dan intelektual sesuai perkembangan zaman. Keempat, metode pendidikan islam yang digunakan harus mampu meningkatkan kualitas moral dan berpikir kritis peserta didik. Kelima, pendidik islam harus mampu memberi contoh yang baik dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, dan peserta didik harus berusaha untuk berupaya meningkatkan kualitas berpikirnya dengan memanfaatkan akal sebaik-baiknya serta moralnya agar mampu menghadapi perubahan zaman seperti era society 5.0.