Claim Missing Document
Check
Articles

AUTONOMOUS MOBILE ROBOT BERBASIS PLAYER/STAGE MENGGUNAKAN PARALLEL SELF-ORGANIZING FEATURE MAPS UNTUK PEMETAAN LINGKUNGAN GLOBAL YANG TIDAK DIKETAHUI Hariadi, Mochamad; Muhtadin, Muhtadin; Purnomo, Mauridhy Hery; Rivai, Muhammad
JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Vol 6, No 2 Juli 2007
Publisher : Department of Informatics, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.785 KB) | DOI: 10.12962/j24068535.v6i2.a189

Abstract

Autonomous mobile robot adalah salah satu jenis robot yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengendalikan dirinya sendiri walaupun dalam lingkungan yang tidak diketahui. Untuk dapat melakukan pengendalian secara mandiri, bisa dilakukan dengan melalui proses pembelajaran secara mandiri tanpa supervisi (unsupervised) dengan mempertimbangkan input dari sensor-sensor yang dipakai. Pada saat robot melakukan pengenalan terhadap lingkungannya, diperlukan perosesan komputasi yang berat dengan waktu yang lama. Penelitian ini akan membahas tentang penggunaan Kohonen Self-Organizing Feature Maps (SOFM) atau (SOM)  sebagai metode pembelajaran Autonomous mobile robot dalam mengenali lingkungannya. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan parallel processing menggunakan LAM-MPI, Simulasi dilakukan dengan menggunakan software simulasi Player/ Stage. Hasil simulasi menunjukkan bahwa SOM menampilkan performa yang baik dalam memetakan lingkungan yang tidak diketahui tanpa supervisi. Hasil pemrosesan dengan menggunakan parallel processing juga menunjukkan dicapainya kecepatan yang signifikan dalam proses pembelajaran robot untuk mengenali lingkungannya. Planning dengan menggunakan A* mampu untuk memberikan jalur yang efektif bagi robot dalam mencapai titik tujuan. Kata Kunci: autonomous, pemetaan, path-planning, komputasi parallel,  parallel SOM
KOMUNIKASI ISLAM PENTINGNYA DALAM DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 5, No 20 (2007)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KOMUNIKASI ISLAM PENTINGNYA  DALAM DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
KAJIAN KOMUNIKASI ISLAM YASINAN DAN TABLILAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 9, No 4 (2010)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Communication   in Islam  is a religious proselytizing   (da wa) to invite people  to believe  and practice  Islamic faith (aqidah)  and  law  (Shari, a). Yasinan  means reciting  the verse  of Yasin together  either  in Friday  night  or certain nights  in mosques,  praying rooms,  or in any  hoeses  that  need  it. Tahlil means reciting the verse  of  "laa ilaaha illallaah  ",  Tahlilan  means  collectively  pray for  other people  such  as family.   relatives  or frends, etc.  Who have died  in order to gain the acceptance   of their deeds  and to receive Allah s forgiveness for  their faults and sins. In  writers  perspective,    the  Yasinan and  Tahlilan  are still debatable  in society.  Therefore  the writer  aims at analyz­ ing the argumentations   (dalil) or foundations   used by those who are pro  and con. In tum, society  hopefally  could understand  them. Additionally,   this study  hopefully  could give benefit for Islamic Umma in general  and the writer as well.
STUDI KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS TUKANG KANTONG DI KAMPUNG KRAMAT, JAKARTA-TIMUR Sofyan, Sofyan; Syaifullah, Muhammad; Yuwarti, Harti; Muhtadin, Muhtadin; Priyadi, Catur
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 10, No 3 (2011)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

STUDI KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS TUKANG KANTONGDI KAMPUNG KRAMAT, JAKARTA-TIMUR
KAJIAN KOMUNIKASI ISLAM KOMPARASI METODOLOGI QURAIS SHIHAB DAN RASYID RIDHO TENTANG RIBA Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 10, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KAJIAN KOMUNIKASI ISLAM KOMPARASI METODOLOGI QURAIS SHIHAB DAN RASYID RIDHO TENTANG RIBA
KOMUNIKASI DALAM ISLAM AGAMA SEBAGAI RAHMAT UNTUK SEMUA MAKHLUK Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 5, No 21 (2007)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara  umum   komunikasi    mempunyai   penqerfion  sebagai   usaha mempengarauhi,  mengajak sekaligus memindahkan pemikiran, idiologi, pengetahuan,    perilaku     don    perbuatan     agar    dapat    mengikuti     idiologi, pengetahuan,  pengertian   serta  perbuatan   kita Komunikasi    Islam   ialah   mengajak  otou   memindahkan   sekaligus   untukberbuat   dari  pemikiran-pemikiran,    perbuatan-perbuatan   yang  dilarang   Allah SWT  kepada   perbuatan  yang   diridhai   Allah   SWT.  Jodi  komunikasi    dalam Islam  merupakan  ddwah   sebagai   ajakan  untuk  meyakini  .don   merigamalkan aqidah   don  syorioh  yang telah  diyakininya
KOMUNKASI ISlAM QURBAN DAN PENSVARlATANNYA Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 7, No 23 (2008)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Generally speaking,  communcation  can be  defined   as an effort   to  intluence.  invite  and tranfer thought, ideology,  knowledge   and acts to others so that  they  want to observe  our thought,   ideology,  knowledge   or acts.  Meanwhile,  communication   of Islam is to invite  or to  tranfer   or  to  impeiemnt   Islamic  ideas,  or  to  persuade   others   to  give   up   what  is forbidden  by god  and to what is commanded by him.A.Hasyami   says that  communication    in Islam is a call for believing   in and  impiementinq Islamic Sharia.  Sim!larly,   Prof   Tone  Yahya Umar,   MA maintains   that  communication    of Islam   a   religious   call   through    persuasion     education,    or   teechinq.     Thus,    Islamic communication as a religious call has a broad and  complex  meaning.In Islam,  sacrifice is slaughtenng  sacrificial animals  (camel,  cow and sheep)  in 10,   11, 12, or 13  of Dzulh!Jjah  intended   to get  closer to  God   Islam commands its followers to  do  the sacrifice as one of religious rites. However,  based  on Ouren and  hadits, Mus/tin scholars have two  different  opinions  on  the status  of sacrifice in Islam :1.     Wajib,  for those able  to sacrifice2.     Sunat muakkad,  for able to sacrificeMeanwhile,   for those  who has passed  aways,  Muslim scholars state  state  that the  sacrifice is allowed  with the following  conditions:1.     it involves those stilt alive2.     the sacrifice is carried out forparticular  will of the death3.       the sacrifice for the death  is categorized  as sadaqa (religious alms)Neverheless,  this kind of sacrifice (for the death)  has never been  practiced  by the  Prophet Muhammad,   Peace be upon  him. 
KOMUNIKASI HUKUM-HUKUM WARIS DALAM ISLAM Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 5, No 17 (2006)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses ketaatan  terhadap  hukum secara ilmu komunikasi  melalui beberapatahap :    :alPertama Kedua Ketiga:     Menyadari adanya hukum (awareness) :    Memahami materi hukum (kognitif) :     Meyakini manfaatnya (afektif)          ;al    js.Keempat    :    Melaksanakannya (psikomotorik) ·    Islam menetapkan  bahwa apabila ada seseorang yang meninggal dunia dan ia mempunyai  harta kekayaan yang ditinggalkannya, maka harta tersebut disebut harta pusaka/warisanPembagian   harta  pusaka/warisan kepada   ahli  waris  si  mayat sudah ditentukan  oleh Allah dan Rasul-Nya. Ahli waris yang akan menerima bagian harta pusaka/warisan ada tiga macam. yaitu :Dzawil  furudh.  yaitu  ahli  waris  yang  akan  menerima  bagian  harta pusaka yang telah ditetapkan oleh syariat Islam Ashabah,  yaitu  ahli  waris  yang  menerima  sisa  atau  seluruh  harta warisanDzawil arham, yaitu, ahli waris yang tidak termasuk dzawil furudh atau ashabah
KOMUNIKASI ISLAM-QURBAN DAN PENSYARI’ATANNYA Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 10, No 3 (2011)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara umu Komunikasi mempunyai pengertian sebagai usaha mempengaruhi, mengajak sekaligus memindahkan pemikiran, idiologi, pengetahuan, perilaku dan perbuatan agar dapat mengikuti idiologi, pengetahuan, pengertian serta perbuatan kita. Sedangkan komunikasi Islam adalah mengajak atau memindahkan sekaligus untuk berbuat dari pemikiran-pemikiran dan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah kepada perbuatan yang diridhai Allah SWT. A. Hasymi menyatakan bahwa komunikasi dalam Islam merupakan dakwah sebagai ajakan untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariah Islam yang terlebih dahulu harus diyakini. Sedangkan menurut Prof. Toha Yahya Umar, MA. Menjelaskan bahwa komunikasi Islah adalah suatu dakwah melalui penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi serta propaganda. Jadi Komunikasi Islam sebagai suatu dakwah mempunyai arti yang sangat luas serta kompleks.  Qurban ialah penyembelihan binatang qurban (unta, sapi atau kambing) pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan Islam telah mensyariatkan sembelihan qurban kepada kaum muslimin dan menjadikannya sebagai salah satu ibadah. Paraulama dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits dapat disimpulkan bahwa hukum qurban itu ada dua pendapat yaitu Wajib bagi orang yang mampu dan Sunat Muakkad bagi yang mampu. Adapun hukum qurban untuk orang yang meninggal, ulama menyatakan boleh dengan syarat sebagai berikut: Orang yang masih hidup harus disertakan, Penyembelihan qurban karena wasiat, dan Penyembelihan qurban untuk orang yang meninggal sebagai shadaqah. Akan tetapi korban untuk orang yang sudah meninggal ini secara khusus belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
KAJIAN KOMUNIKASI ALLAH TENTANG TAQWA, DZIKIR, DAN FALAH DALAM MAKNA SEMANTIK Muhtadin, Muhtadin
WACANA, Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Vol 13, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara harfiyah kata “takwa” berasal dari kata “waqaa-yaqii-wiqaayah” yang berarti memelihara, menjaga, danlain sebagainya. Takwa juga berarti menghindar, dalam arti ini mencakup tiga aspek yaitu : Mmenghindar darisikap kufur dengan jalan beriman kepada Allah SWT; Berupaya melaksanakan perintah Allah dan menjahui larangan-larangan-Nya dengan seoptimal mungkin; dan Menghundar dari segala aktifitas yang menjauhkan pikirandari Allah .SWT.Kata “dzikir” secara harfiyah berasal dari kata “dzakara-yadzkuru-dzikran”. menurut M. Quraish Shihab bisa dikaitkandengan akal pikiran dalam arti mengingat atau dalam arti sesuatu yang mengantar akal untuk meraih apayang belum diraihnya. Inilah dzikir yang bermakna “peringatan”. Dzikir juga bisa diartikan dengan menghadirkanke dalam benak terhadap apa yang tadinya terlupakan dan inilah dzikir yang bermakna “mengingat”. Kata ddzikirjuga dapat dipahami dalam arti “kemulian”. Maksudnya adalah “Al-Qur’an”.Makna dasar “falah” adalah keberuntungan. Kata falah ketika dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an adalahkeberuntungan, keselamatan, dan langgeng dalam kenikmatan dan kebaikan. Hal ini tercermin dalam surat Ali‘Imran ayat 130, tentang pelarangan riba. Dalam ayat ini yang diakhiri dengan peringatan Allah , supaya bertakwakepada-Nya agar orang mendapat keberuntungan. Orang yang menghalalkan riba diancam dengan api neraka.Konsep Al-Qur’an tentang takwa, dzikir, dan falah adalah setali tiga uang, dimana ketiga konsep ini mempunyaipencapaian hidup melangit dan hidup membumi. Pencapaian hidup melangit diapresiasikan oleh takwa dalambentuk keshalihan individu, sedangkan oleh dzikir dalam bentuk moralitas ilahiyyah yang berujung pada keberuntunganatau keberuntungan dari Allah yang akan diterima di hari kelak.