Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MERANCANG MEDIA HANDS ON ACTIVITY SERTA LEMBAR KERJA EKSPLORATIF PENDAMPING Indhira Asih Vivi Yandari; Hepsi Nindiasari; Etika Khaerunnisa; Aan Subhan Pamungkas
JPPM (Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika) Vol 11, No 1 (2018): JPPM (Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Matematika) Volume 11 Nomor 1 Februari
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.529 KB) | DOI: 10.30870/jppm.v11i1.2983

Abstract

ABSTRACTThis research is motivated by the lack of ability of student teachers of mathematics FKIP University of Sultan Ageng Tirtayasa in developing worksheets and media exploratory hands on activity. Based on observations in the course clump of learning (planning, strategies and evaluation) and the implementation of microteaching done by the students, obtained the fact that students in developing a worksheet is a collection of questions and do not require the capability of understanding the concept of the student. In addition, student teachers are still rarely use the media in learning, due to difficulties in designing and creating instructional media. Hence the need for teaching material that can be used as guides student teachers to develop explorative and media worksheet hands on activity. Thus the formulation of the problem and the purpose of this study is how to develop teaching material based worksheets and media exploratory hands on activity. The method used in this research is the development method includes preliminary studies, draft development, testing and development of the final product.The results of this research is a module consisting of four units, units of learning theory, the difference unit worksheets and job sheets, media unit hands on activity and worksheet exploratory unit. In each unit consists of several sub-units that correspond to the unit. Based on the results of expert testing and limited trials showed that the worksheet-based development modules exploratory and hands on activity worthy of media used. Keywords: Teaching Material, Worksheet Explorative, Media Hands on Activuty
ANALISIS KEMAMPUAN NUMERASI SISWA BERKESADARAN METAKOGNISI TINGGI DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI Ida Rosita; Syamsuri Syamsuri; Hepsi Nindiasari; Sukirwan Sukirwan
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education Vol. 6 No. 2 (2021): Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Publisher : Mathematics Education Study Program, FKIP, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.961 KB) | DOI: 10.23969/symmetry.v6i2.4705

Abstract

This study aims to analyze the metacognitive skills of students with reflective-impulsive cognitive style in solving geometry problems. This type of research uses descriptive qualitative methods. Data collection techniques used instruments in the form of a Metacognitive Awareness Inventory (MAI) questionnaire, a written test in the form of geometry questions in the form of a validated essay and interviews were conducted to obtain in-depth data. Subjects were selected using a purposive sampling technique based on the results of the MAI questionnaire filling test. The results showed that students who have high metacognitive awareness are able to perform the stages of metacognition skills in problem solving and tend to have a reflective-impulsive cognitive style. Students with reflective cognitive style are able to and through all stages of metacognitive skill processes in problem solving from the planning, monitoring and evaluating stages more thoroughly and in detail, requiring a long time to solve problems but the results obtained tend to be true or accurate and can perform and regulate cognitive activities and be aware of the metacognitive activities carried out. Meanwhile, students with an impulsive cognitive style perform the problem-solving stages of the planning, monitoring and evaluating stages, which seem rushed and tend to be less thorough. Students who have an impulsive cognitive style can perform the stages of metacognitive skills in problem solving but have not been able to manage all cognitive activities and are not aware of the metacognitive activities carried out. Keywords: reflective-impulsive cognitive style, metacognitive awareness, problem solving
Analisis Kemandirian Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IX SMPN 7 Kota Serang Ditinjau Berdasarkan Gender Ari Saprizal; Hepsi Nindiasari; Syamsuri Syamsuri
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 3, No 1 (2021): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v3i1.8954

Abstract

Situasi kehidupan saat ini sudah semakin mengarah pada kehidupan dunia global. Kehidupan yang mengarah pada arus dunia global ini banyak membawa dampak negatif pada masyarakat yang belum siap menerimanya. Oleh karena itu, saat ini masyarakat perlu membentengi dirinya dengan memiliki sikap kemandirian. Seseorang yang mempunyai sikap kemandirian berarti orang tersebut mampu mengontrol dirinya sendiri, bertanggung jawab pada dirinya sendiri tanpa tergantung orang lain. Selain itu seseorang yang memiliki sikap kemandirian juga terlihat dari tindakan yang dilakukannya berdasarkan inisiatifnya sendiri karena dilandasi rasa kepercayaan diri yang dimilikinya. Sikap kemandirian ini sangat penting dimiliki oleh seseorang khususnya para remaja, hal ini dikarenakan para remaja merupakan kelompok yang paling rentan terbawa arus dunia global. Para remaja yang merupakan kelompok paling rentan terbawa arus dunia global, hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa pencarian jati diri, oleh karena itu kemandirian seseorang sangat penting dibangun pada masa-masa ini.Kemandirian belajar merupakan salah satu unsur yang penting dalam pembelajaran. Kemandirian menekankan pada aktivitas siswa dalam belajar yang penuh tanggung jawab atas keberhasilan dalam belajar. Siswa yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka siswa juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya. Mohammad Takdir Ilahi (2012 : 188), sikap mandiri akan membawa anak didik pada sebuah kesuksesan selama menempuh jenjang pendidikan. Di lembaga sekolah, mereka dilatih dan dibina secara mental dan fisik agar menjadi pribadi yang siap berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) pada masa depan dan tentunya diimbangi dengan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diandalkan untuk membuktikan bahwa anak didik tersebut memiliki potensi.Menurut Sugandi (2013) kemandirian belajar siswa merupakan hal yang turut menentukan berhasilnya pengimplementasian pembelajaran dan turut menentukan pencapaian hasil belajar, hal ini cukup beralasan karena pembelajaran yang menciptakan situasi pemecahan masalah sangat diperlukan kemandirian siswa dalam belajar. Ditambahkan pula menurut Isnaini, dkk (2018) kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar siswa yang mandiri tidak tergantung pada orang lain. Dengan kemandirian belajar siswa dapat menilai kemampuan diri sendiri akan memahami, menalar, dan mengerjakan suatu soal atau masalahPentingnya kemandirian belajar didukung oleh pendapat beberapa pengamat dan praktisi pendidikan. Kemandirian merupakan kemampuan seseorang yang meliputi mengolah informasi, memecahkan masalah, memotivasi dan membuat keputusan (Boekaerts, R. Pintrich, & Zeidner, 2000). Menurut Tandiling menyatakan bahwa kemandirian belajar siswa ikut menentukan keberhasilan belajar matematika siswa. Selain itu, menurut Tahar (2006) juga mengungkapkan bahwa kemandirian merupakan sikap yang mendorong siswa belajar dengan motivasi sendiri, kemampuan mengatur diri sendiri untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggung-jawabkan hasil keputusannya. Sedangkan menurut  Yunita, Kohar, & Refnida (2007) kemandirian belajar dapat diasah dengan terlebih dahulu memahami pengetahuan tentang dirinya, subjek yang dipelajari, tugas, strategi belajar, dan penerapan subjek yang dipelajari. Kemandirian belajar yang baik mampu mempengaruhi hasil belajar ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya karena dorongan belajar berasal dari diri siswa.Menurut Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan.Kemandirian belajar juga merupakan tugas pendidikan sebagaimana telah dijelaskan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk manusia Indonesia yang bermartabat dalam rangka 3 mencerdasakan kehidupan bangsa. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, menjadi warga Negara yang demokratis, bertangung jawab serta mandiri. Penjabaran fungsi pendidikan di atas menyatakan bahwa kemandirian siswa menjadi hal yang penting dan perlu dicapai dalam sebah proses pendidikan, aspek kemandirian yang menjadi tujuan pendidikan tentunya bukan saja kemandirian secara umum, namun juga kemandirian dalam belajar yang merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri.Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada seseorang menurut Masrun yaitu: usia, jenis kelamin, konsep diri, pendidikan, keluarga, interaksi sosial. Bila ditinjau dari jenis kelamin, tentunya akan ditemukan perbedaan kemandirian antara laki-laki dan perempuan dilihat dari pandangan masyarakat laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Perbedaan tersebut karena orang tua dalam meperlakukan anak laki-laki dalam kehidupan sehari-hari, lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar terhadap anak perempuan daripada laki-laki, hal inilah yang menyebabkan timbulnya anggapan masyarakat bahwa anak laki-laki lebih mandiri daripada perempuan.Ciri-ciri yang mendasar pada laki-laki dan perempuan menurut Hurlock dalam Windi secara fisik perempuan dan lakilaki berbeda dalam beberapa segi diantaranya dalam segi biologis perempuan memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan anak, memiliki tulang pinggul yang lebih besar dan kadar kandungan lemak yang lebih tinggi daripada laki-laki sedangkan laki-laki memiliki tubuh yang lebih kekar dan dada yang bidang, tenaga yang kuat dan otot-otot yang lebih menonjol, Anak perempuan lebih dulu berkembang tetapi setelah menginjak masa remaja, laju pertumbuhan fisik tidak sebesar laki-laki. Laki -laki dan perempuan mempengaruhi perilaku sikap dan peranan yang berbeda di masyarakat seperti laki-laki lebih mandiri, kuat, agresif, dan mampu berkompetisi, tegas dan dominan sedangkan perempuan lebih bergantung, sensitif, keibuan serta bisa menekan dorongan agresif dan seksual kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terlihat bahwa orang tua maupun masyarakat memperlakukan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Perbedaan kemandirian remaja perempuan dan laki-laki tidak hanya didapatkan saat berada di sekolah, namun kemandirian juga bisa di latih di luar sekolah. Kemandirian disekolah berkaitan dengan peraturan yang ada di sekolah serta sistem pengajaran yang ada dapat memberikan perkembangan kemandirian kepada siswa.Menurut informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan guru matematika kelas IX SMPN 7 Kota Serang siswa masih memiliki kemandirian belajar cukup rendah. Dijelaskan lebih lanjut siswa cenderung kurang inisiatif dalam belajar ketika menghadapi tugas-tugas baru yang ditugaskan oleh guru matematik. Tidak semua siswa bisa menuntaskan tugas yang diberikan, apalagi disaat kondisi pandemic ini belajar secara online  siswa dituntut untuk mandiri belajar dirumah. Adapun tugas-tugas yang dikerjakan belum diselesaikan dengan baik, beberapa tugas tidak terselesaikan pada umumnya, meskipun sudah ada panduan pengerjaan tugas yang berikan agar mudah dipahami. Dalam pembelajaran online seperti ini dalam pengumpulan tugas hanya 60% yang mengerjakan tepat waktu. Begitu juga saat pembelajaran online dengan media google meet hanya 60% saja siswa yang mengikuti. Saat pembelajaran hanya sedikit siswa yang bertanya tentang materi yang disampaikan oleh guru, namun saat diberikan tugas baru siswa merasa kesulitan mengerjakannya.  Oleh sebab itu peneliti akan melakukan tentang permasalahan kemandirian belajar matematik pada siswa kelas SMPN 7 Kota Serang jika dikaitkan berdasarkan gender.
Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis Siswa Ilma Nurfadilah; Hepsi Nindiasari; Abdul Fatah
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 2, No 2 (2020): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v2i2.9300

Abstract

This research is motivated by the low ability of junior high school students' mathematical understanding and there are still students who are passive in the learning process. The learning approach can direct students to be active in the learning process, the approach taken is the Realistic Mathematics Education (RME) approach. Based on previous relevant research, it was stated that with the realistic mathematics education (PMR) approach, the increase in learning was higher than students who received regular learning at all students and all school levels. The research population was all students of SMP Mathla'ul Anwar Global School 2019/2020 academic year and the research sample was class VII with the design of The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, making two groups randomly, namely the experimental group and the control group by giving two different treatments. different. This study aims to determine: 1. Knowing the mathematical understanding ability of students who use the RME approach is better than students who use the scientific approach. 2. Determine whether there is an interaction between the learning approach and the initial mathematical ability (high, medium, low) on students' mathematical understanding abilities. The results showed: 1. The mathematical understanding ability of students who used the RME approach was better than students who used the scientific approach. 2. There is no interaction between the learning approach and early mathematical abilities (high, medium, low) on students' mathematical understanding abilities.
Analisis Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan Gender di MTs Al-Khairiyah Pakuncen Serang Banten Nurul Shofwah; Hepsi Nindiasari; Syamsuri Syamsuri
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 2, No 2 (2020): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v2i2.8999

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemandirian belajar siswa berdasarkan jenis kelamin di kelas VIII MTS Al-Khairiyah Pakuncen Kecamatan Bojonegera Kabupaten Serang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas MTs Al-Khairiyah Pakuncen Kecamatan Bojonegera Kabupaten Serang. Sampel yang digunakan hanya dua siswa kelas VIII yaitu siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII B yang berjumlah 50 siswa. Kemudian 50 siswa dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin yaitu 27 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket kemandirian belajar siswa. Satu-satunya teknik analisis data yang digunakan adalah mann-withney U-test. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa pada incator memilih, menentukan strategi pembelajaran dengan sig = 0,0082 sig <a, dengan a = 0,05 sedangkan pada delapan indikator lainnya tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis kelamin. . Indikator Inisiatif pembelajaran, mendiagnosis kebutuhan pembelajaran, menetapkan tujuan / target pembelajaran, memantau, mengelola dan mengendalikan pembelajaran, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan menemukan sumber daya yang relevan, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, Self efficacy / kemampuan
Analisis Kebutuhan E-Modul Matematika SMP Berbasis Teori Polya Pada Materi Segiempat Iis Irmawati; Syamsuri Syamsuri; Hepsi Nindiasari; Abdul Fatah
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 3, No 2: (Desember 2021), TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v3i2.12652

Abstract

 Abstract: Problem solving is one of the skills in 21st century learning. Students who have low problem solving skills will experience difficulties in learning mathematics. This study aims to analyze the need for teaching materials according to the stages of the pattern in completing the rectangular material. This research is a qualitative descriptive study. Data were collected by using a questionnaire sheet via Google Form and interview messages via the WhatsApp application. From the results of the math teacher's answers, it was stated that the teaching materials used were less effective in distance learning. Likewise, the results of students' answers stated that the teaching materials used had not used e-modules. Thus, the e-module based on the polya stages is expected to be used as teaching material in distance learning for quadrilateral material. 
Analisis Kebutuhan Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Menggunakan Google Forms Materi Limit Fungsi Aljabar Neni Rifatul Afiah; Heni Pujiastuti; Hepsi Nindiasari
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 3, No 1 (2021): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v3i1.11083

Abstract

The objective of this research was to describe the needs analysis result of the development of learning media using Google Forms to facilitate the learning process during online learning on algebraic function limit material. The method of the research was a qualitative descriptive. The needs analysis refers to the problems faced by students during online learning. The subjects of this research were 30 students of senor high school and 5 mathematics teachers. The data collecting techniques in this research were questionnaires and interviews. The results of the research showed that learning media for mathematics using Google Forms is needed as a learning media that were attractive, effective, independent and efficient to improve the understanding of algebraic functions limits course.
Pengaruh E-Learning Menggunakan Quipper School Terhadap Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pelajaran Matematika Rita Perawati; Hepsi Nindiasari; Syamsuri Syamsuri
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 2, No 2 (2020): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v2i2.8980

Abstract

The low independence of student learning is due to students being bored with learning the lack of innovation of teachers in using learning media, and it is predicted that E-Learning using Quipper School can help students improve student learning independence and learning outcomes. This study aims to analyze the effect of E-Learning using Quipper School on learning independence and junior high school student learning outcomes in mathematics. This study used a quasi-experimental method with a pretest and posttest nonequivallent control group design. The population in this study were all students of SMPI Al Azhar 11 Serang, Serang City, Prov. Banten and the sample were selected by purposive sampling in order to obtain 3 classes, namely the Bilingual class, Tahfidz and Regular as the experimental class. To obtain research data, instruments were used in the form of a learning outcome ability test and a student learning independence questionnaire. The analysis shows that: 1) There are differences in the learning independence of Bilingual, Tahfidz and Regular students with E-Learning using Quipper School, 2) There are differences in student learning outcomes in Bilingual, Tahfidz and Regular classes with E-Learning using Quipper School.
Analisis Kebutuhan Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Peluang Madadina Dwi Andini; Syamsuri Syamsuri; Hepsi Nindiasari; Novaliyosi Novaliyosi
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 3, No 2: (Desember 2021), TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v3i2.12733

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kebutuhan terhadap pengembangan bahan ajar yang diperlukan di sekolah menengah pertama  berupa e-modul berbasis problem based learning dalam materi peluang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berorientasi pada pengembangan suatu produk. Subjek penelitian ini adalah guru matematika SMP atau MTS. Pengumpulan instrumen data menggunakan angket yang disebar kepada guru matematika SMP atau MTS dan juga kepada siswa SMP melalui Google Forms. Selanjutnya dipilih 13 guru untuk menjadi  subjek yang diwawancarai. Hasil dari penelitian ini adalah dibutuhkannya pengembangan bahan ajar berupa e-modul yang mampu menunjang pembelajaran pokok bahasan peluang. 
Perbandingan Persepsi dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa Madrasah Terhadap Pembelajaran Daring Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis Agus Supardi; Hepsi Nindiasari; Syamsuri Syamsuri
TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika Vol 3, No 1 (2021): TIRTAMATH: Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48181/tirtamath.v3i1.10145

Abstract

This research is motivated by the continuing development of the Covid-19 pandemic, which has changed the teaching and learning environment in schools, which was initially face-to-face or conventional. Now, it must be carried out online or online to break the chain of spreading the virus. In the study, three groups of students will be compared based on Mathematical Initial Ability (KAM), namely: high KAM, medium KAM, and low KAM. The research method used in this research is comparative research. Comparative research is directed to determine whether there are differences between two or more groups in the aspects or variables studied. In this study, the variables studied were the perception of learning and students' learning independence in online learning. The goal is to see the perception and independence of learning in online learning using google classroom. So that it can be seen the relationship between the independent variable and the dependent variable, in this study, the independent variable is online learning (X), and the dependent variable is student perception (Y1) and student learning independence (Y2). So it can be concluded that the perceptions of class VIII students of MTsN 1 Cilegon City about online learning if viewed from high, medium, and low initial mathematical abilities, there is no difference, while for student learning independence based on the one-way ANOVA test it is known that the significance value is 0.758 or H0 is rejected. . Because the significance value is more significant than 0.05, namely 0.758> 0.05, it can be concluded that there are differences in students' learning independence in online learning in terms of high, medium and low initial mathematical abilities.