Akses terhadap pelayanan kesehatan merupakan hak dasar setiap individu. Namun, kenyataannya tidak semua kelompok masyarakat memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan. Kelompok marginal seperti masyarakat miskin, suku minoritas, kelompok disabilitas, dan kelompok rentan lainnya seringkali menghadapi berbagai hambatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hambatan-hambatan ini dapat berupa faktor sosial, ekonomi, geografis, budaya, hingga kebijakan publik yang tidak inklusif. Ketidaksetaraan akses pelayanan kesehatan bagi kelompok marginal merupakan isu global yang kompleks dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan ini tidak hanya merugikan individu tetapi juga berpotensi memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam berbagai hambatan yang dihadapi oleh kelompok marginal dalam mengakses pelayanan kesehatan. Penelitian ini merupakan tinjauan literatur yang mengidentifikasi berbagai faktor yang berkontribusi terhadap terbatasnya akses pelayanan kesehatan bagi kelompok marginal. Faktor sosial ekonomi seperti kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, dan pekerjaan informal seringkali dikaitkan dengan akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan. Selain itu, faktor geografis juga menjadi kendala, seperti jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan, infrastruktur yang buruk, dan terbatasnya transportasi umum, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil. Faktor budaya, seperti norma sosial, kepercayaan, dan praktik budaya yang berbeda, juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk mencari perawatan medis. Lebih lanjut, faktor kebijakan seperti kebijakan publik yang tidak inklusif, kurangnya koordinasi antar sektor, dan alokasi anggaran yang tidak merata juga dapat menjadi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan terbatasnya akses pelayanan kesehatan bagi kelompok marginal, diperlukan pendekatan multisektoral yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat. Beberapa pendekatan yang dapat dipertimbangkan antara lain penguatan sistem rujukan untuk memastikan pasien dapat memperoleh layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, peningkatan aksesibilitas fasilitas kesehatan melalui pembangunan atau perbaikan fasilitas di daerah yang kurang terlayani, serta penyediaan transportasi yang terjangkau, juga merupakan langkah penting. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, seperti pelatihan bagi tenaga kesehatan, peningkatan ketersediaan obat-obatan, dan penerapan standar pelayanan yang lebih tinggi, turut berkontribusi dalam mengatasi permasalahan ini. Selanjutnya, pengembangan program-program kesehatan yang inklusif dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus kelompok marginal juga perlu dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang hambatan akses pelayanan kesehatan bagi kelompok marginal di Indonesia. Temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dan program yang lebih efektif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin mendalami isu yang sama.Kata Kunci: Aktivitas Olahraga, Indeks Massa Tubuh, Ekstermitas Tubuh Bagian Bawah.