Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERILAKU HIDUP SEHAT DAN BERSIH PADA MAHASISWA RANTAU YANG TINGGAL DI KOST zahara, Cut ita; Safitri, Yulia Nanda; putri, Wahyuni Dwi; Permana, Aliya mawaddah; Bangun, Nadia zahra syfana br.; harahap , Nurul julita hasanah; Ananta, ariqa putri
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 3 (2024): Juni
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i3.841

Abstract

Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan serangkaian perilaku yang bertujuan untuk meningkatkankesehatan dan mencegah penyakit, seperti mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan,berolahraga secara teratur, dan makan makanan sehat. Subjek ataupun sasaran dalam pengabdian iniadalah 20 mahasiswa aktif di Universitas Malikussaleh yang tinggal di tempat Kos. Metode yang dipakaipada sosialisasi ini adalah metode ceramah dan metode simulasi, kedua ini digunakan untuk menambahwawasan baru mengenai PHBS kepada para subjek yang merupakan mahasiswa yang tinggal di tempatkos. Hasil dari sosialisasi ini adalah para mahasiswa sudah mengetahui beberapa hal mengenai PHBSsebelum dimulainya sosialisasi mengenai PHBS. Namun, dari pernyataan beberapa subjek menyatakanbahwa adanya sosialisasi ini diyakini dapat menambah pemahaman-pemahaman baru mengenai PHBS.
PSIKOEDUKASI PENGENALAN BAHAYA HIV/AIDS PADA SISWA SMAN 2 BIREUEN GUNA MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL SISWA Safarina, Nur Afni; Hizriani, Hizriani; Ulfayani, Ulfayani; Fari, Cut Salaisya; Handayani, Putri; Jumadilla, Julia; Iramadhani, Dwi; Julistia, Rini; Safitri, Yulia Nanda
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2024): Mei
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppm.v7i2.6753

Abstract

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi kepada siswa SMAN 2 Bireuen agar dapat mengetahui serta mengenal bahaya HIV/AIDS serta meningkatkan pengetahuan mereka terkait jenis-jenis gangguan mental yang dialami penderita hiv/aids, gejala-gejala psikologis yang sering dialami yakni dampak psikologis yang dialami penderita  HIV/AIDS serta cara penangannya. Metode yang digunakan dalam psikoeducasi ini adalah memberikan penyuluhan dalam bentuk ceramah dan memberikan pengetahuan mengenai HIV/AIDS serta dampak psikologis yang dialami. Hasil yang diperoleh dari psicoedukasi ini sesuai dengan target yang telah ditentukan peneliti, psikoeducasi berjalan dengan lancar, para siswa antusias dalam mendengar dan juga bertanya, kegiatan berjalan dengan baik dan lancar hingga akhir.  
PETUALANGAN ANTI BULLYING: MENJADI PAHLAWAN DI SEKOLAH Safitri, Yulia Nanda; Akmal, Syaufi Nazmi; Shofiatun, Shofiatun; Kahar, Zamzam Nurfatiha
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 4 (2024): November
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppm.v7i4.7773

Abstract

Tujuan di laksanakannya psikoedukasi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dari para guru dan murid tentang perilaku bullying. Kegiatan ini menggunakan metode intervensi (psikoedukasi). Metode yang dilakukan ini memberikan pemahaman kepada peserta didik di SD Negeri 9 Dewantara mengenai apa itu bullying, dampak dari bullying, bentuk bullying, dan kenapa bullying dapat menjadi suatu konflik. Subjek dalam kegiatan ini merupakan peserta didik kelas V di SD Negeri 9 Dewantara. Jumlah partisipan dalam kegiatan ini adalah 39 Peserta didik. Metode yang digunakan untuk menganalisis hasil psikoedukasi ini adalah metode kualitatif dengan memberikan pretest dan posttest. Pada peserta didik yang ikut dalam kegiatan psikoeduksi ini. Dalam hal ini hasil psikoedukasi yang di dapatkan adalah peserta didik dan guru semakin tau dan aware terhadap tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Para peserta didik juga sangat antusias ketika ada pertanyaan mengenai bully apa saja yang biasanya terjadi di lingkungan sekitarnya. Pemberian postest dan pretest juga menjadi salah satu hal yang penting untuk mengetahui bahwa para peserta didik sudah paham terhadap materi yang disampaikan oleh pemateri pada psikoedukasi. Para peserta didik menjadi lebih mengenal jenis-jenis bullying yang sering terjadi di lingkungan sekitarnya. Para peserta didik juga jadi lebih tau bahwa ketika bullying terjadi maka mereka harus segera melaporkannya kepada gurunya. Dan para guru juga di harapkan untuk lebih memperhatikan peserta didik agar tindakan bullying tidak terjadi berkelanjutan dan semakin parah. Pemberian postest dan pretest juga menjadi salah satu hal yang penting untuk mengetahui bahwa para peserta didik sudah paham terhadap materi yang disampaikan oleh pemateri pada psikoedukasi.
PSIKOEDUKASI MANAJEMEN EMOSI PADA SISWA SMA DI DAERAH PESISIR UNTUK MENGURANGI KONFLIK ANTAR TEMAN SEBAYA DI SEKOLAH SMA NEGERI 7 LHOKSEUMAWE Nur Afni Safarina; M Fikri Jaka Pratama; Yulia Nanda Safitri; Farhan, M Nouval; Ferora Situmorang; Zalfaa Aurelia; Shafyah Azmi
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 5 (2024): Oktober
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i5.1358

Abstract

Masa remaja sering ditandai dengan pengalaman emosi yang semakin bervariasi. Di Indonesia, prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan ansietas pada anak usia 15 tahun ke atas mencapai 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Manajemen emosi merupakan langkah yang efektif untuk mengatur emosi serta mencegah berlarutnya emosi negatif. Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja yaitu memperluas hubungan interpersonal dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya baik pria maupun wanita. Adanya interaksi tersebut menyebabkan remaja juga mengalami konflik dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan manajemen emosi remaja dapat mengurangi potensi terjadinya konflik, baik konflik antar individu maupun antar kelompok. Dengan melakukan beberapa tahapan metode seperti tahap persiapan, kegiatan inti, dan penutupan. Dapat diperoleh hasil dari kegiatan psikoedukasi terkait manajemen emosi untuk mengatasi konflik antar teman sebaya bagi siswa SMA Negeri 7 Lhokseumawe adalah sangat memuaskan. Para siswa mengalami peningkatan pemahaman tentang konflik antar teman sebaya dan peningkatan kemampuan untuk mengelola emosi mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 7 Lhokseumawe dalam mengelola emosi dalam mengatasi konflik antar teman sebaya untuk menghindari perilaku-perilaku maladaptif yang terjadi di kalangan remaja. Manusia yang mampu melakukan manajemen emosi dengan baik, maka memiliki kemajuan dalam hidupnya, dan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik, kehidupan itu terasa menyenangkan atau menyedihkan tergantung dengan kemampuan individu dalam mengendalikan emosi. Konflik antar teman sebaya ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat memengaruhi hubungan sosial, kesehatan mental, serta prestasi akademik siswa. Dapat disimpulkan bahwa pemberian psikoedukasi ini membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen emosi untuk mengatasi konflik antar teman sebaya. Kata kunci: Emosi, Konflik, Remaja
PSIKOEDUKASI PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI MEMBANGUN KESIAPAN PSIKOLOGIS DAN FINANSIAL UNTUK MENGHINDARI PERNIKAHAN DINI Daulay, Putri Jesukma; Fazila, Dian; Jumadilla, Julia; Fitriani, Fira Zulfa; Putri, Dini Fitria; Saragih, Ratih Monalisa; Safitri, Yulia Nanda; Astuti, Widi; safarina, Nurafni
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 5 (2024): Oktober
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i5.1414

Abstract

Kegiatan pengabdian ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesiapan pernikahan, baik dari segi fisik, psikologis, maupun finansial, sebagai langkah pencegahan pernikahan dini. Psikoedukasi tentang pencegahan pernikahan dini dilakukan oleh mahasiswa Psikologi Universitas Malikussaleh di SMA Negeri 2 Sawang, Aceh Utara, pada 28 September 2024, dengan tujuan meningkatkan pemahaman siswa tentang kesiapan pernikahan, baik dari segi fisik, psikologis, maupun finansial. Metode yang digunakan adalah penyampaian materi dan diskusi aktif. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terkait kesiapan menikah, terutama dalam mengidentifikasi faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menikah. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak negatif pernikahan dini, seperti masalah kesehatan reproduksi dan ketidakstabilan rumah tangga. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya pencegahan pernikahan dini di kalangan remaja, khususnya di Indonesia. Kata Kunci : Psikoedukasi, Pernikahan Dini, Kesiapan Psikologis, Kesiapan Finansial, Pencegahan
MENGENAL BABY BLUES: LANGKAH-LANGKAH PEMULIHAN EMOSIONAL PASCA MELAHIRKAN Arianti, Ananda; Sari, Sindi Patika; Husniati, Husniati; Maisyuri, Sucie; Zikri Marpaung, Muhammad Aulia; Safitri, Yulia Nanda
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 2 No. 6 (2024): Desember
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v2i6.1511

Abstract

Pengabdian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat di Reulet Barat, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara mengenai gejala baby blues yang dialami oleh ibu pasca melahirkan. Metode pengabdian yang digunakan adalah eksperimen quasi dengan desain grup non-ekuivalen. Data dikumpulkan melalui penyebaran angket skala konseling perkawinan dan pencapaian kepada 20 ibu yang mengalami baby blues, dipilih dari populasi sebesar 25 orang menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran dilakukan menggunakan skala Likert dengan pretest dan posttest. Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi product moment melalui program SPSS. Hasil pengabdian menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman masyarakat tentang baby blues dan langkah-langkah pemulihannya. Rata-rata nilai pretest sebesar 4,32 meningkat menjadi 7,52 pada posttest. Hal ini menunjukkan bahwa psikoedukasi efektif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki yang telah menikah, tentang pentingnya pemulihan emosional pasca melahirkan. Simpulan, bahwa psikoedukasi efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang baby blues dan langkah-langkah pemulihan emosional pasca melahirkan. Peningkatan pemahaman ini diharapkan dapat mendukung kesehatan mental ibu dan mengoptimalkan perannya dalam merawat bayi. Kata Kunci: Baby Blues, Pemulihan Emosional, Psikoedukasi Masyarakat
Psikoedukasi Menuju Senja yang Cerah: Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup Lansia Pratama, Muhammad Fikri Jaka; Safitri, Yulia Nanda; Eliana, Dea; Akmal, Syaufi Nazmi; Hasibuan, Zakiah Fitri; Safhira, Najwa; Shofiatun, Shofiatun; Kahar, Zamzam Nurfatiha
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 3 (2025): Agustus
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppm.v8i3.9533

Abstract

Seiring bertambahnya usia, lansia seringkali menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Tantangan tersebut antara lain menurunnya kesehatan fisik, isolasi sosial, menurunnya kesehatan fisik, isolasi sosial, dan berkurangnya dukungan sosial. Selain itu, Kesehatan mental juga berdampak pada kehidupan lainsia. Gangguan pada kesehatan mental emosional dapat menyebabkan dampak bagi lansia, antara lain dapat menurunkan kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari, menurunkan kemandirian dan kualitas hidup lansia. psikoedukasi ini bertujuan untuk mengembangkan dan menyebarkan pengetahuan di kalangan masyarakat mengenai informasi terkait psikologi yang umum atau informasi tertentu lainnya, yang digunakan untuk memengaruhi kesejahteraan psikososial komunitas. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah psikoedukasi. Psikoedukasi adalah pemdekatan dalam penyampaian pengetahuan yang berkaitan dengan aspek psikologis kepada para pelajar. Kegiatan psikoedukasi ini bertempat dimenasah Gampong Uteun Geulinggang Kec. Dewantara Kab. Aceh Utara. Dengan jumlah lansia yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 37 orang. Lansia yang mengikuti kegiatan psikoedukasi ini aktif merespon pemateri dengan bertanya dan bercerita pengalam hidupnya.  Para lansia memahami apa yang bisa mereka lakukan untuk menyambut usia lanjut agar pada masa ini kehidupan menjadi indah seperti senja yang cerah.
Exploring the Link between Neuroticism and Work–Life Balance in High-Pressure Banking Jobs Maszura, Leni; Pratama, M. Fikri Jaka; Safitri, Yulia Nanda
Nusantara Journal of Behavioral and Social Science Vol. 4 No. 3 (2025)
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/njbss.202512443

Abstract

The banking sector is characterized by high work pressure, long working hours, and demanding performance targets, making it one of the most vulnerable industries to occupational stress and work–life imbalance. While organizational factors such as workload, supervisor support, and company policies are recognized as critical determinants of work–life balance (WLB), studies focusing on dispositional factors, particularly personality traits, remain limited. Neuroticism, as one of the Big Five personality dimensions, is strongly associated with emotional instability, anxiety, and rumination, which may hinder employees’ ability to manage competing role demands effectively. This study aims to examine the relationship between neuroticism and WLB among banking employees in Indonesia, where cultural values and organizational contexts may shape employees’ experiences differently than in Western settings. Using a quantitative correlational design, data were collected from 234 banking employees through purposive sampling. Neuroticism was measured using the Big Five Inventory, while WLB was assessed with the Work–Life Balance Scale. Pearson’s correlation analysis revealed a significant negative relationship between neuroticism and WLB (r = –.210, p < .001, 95% CI [–.320, –.090]), with a small-to-moderate effect size. These findings are consistent with global literature linking neuroticism to poor work–family outcomes, while also highlighting contextual factors that may buffer or intensify this relationship. Theoretically, this study contributes by extending the scope of WLB research to include personality-based determinants in a Southeast Asian context. Practically, the results suggest that banking organizations should design interventions such as stress management training, resilience-building programs, and flexible work arrangements to support employees with high neuroticism profiles.   Abstrak: Sektor perbankan dikenal memiliki karakteristik pekerjaan dengan tekanan tinggi, jam kerja yang panjang, serta tuntutan target yang ketat. Kondisi tersebut seringkali menimbulkan risiko stres kerja dan mengurangi kesempatan karyawan untuk menyeimbangkan peran antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Work-life balance tercapai ketika seseorang mampu memenuhi tuntutan dari kedua ranah tersebut secara proporsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan neuroticism dengan work-life balance pada karyawan perbankan. Subjek dalam penelitian ini adalah pekerja di sektor perbankan yang berjumlah 234 orang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional, pengukuran variabel dilakukan menggunakan skala big-five personality dan skala-work life balance dengan format likert. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan pearson product moment correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neuroticism berhubungan negatif secara signifikan dengan work-life balance (r = -0.210, p < .001) artinya semakin tinggi neuroticism, semakin rendah work-life balance dan sebaliknya semakin rendah neuroticism maka semakin tinggi work-life balance. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah pentingnya organisasi perbankan menyediakan dukungan kerja yang memadai serta mengembangkan kebijakan work–life balance terutama bagi karyawan dengan profil neuroticism lebih tinggi.