Samsuri
STIS As Salafiyah Sumber Duko, Pamekasan, Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Budaya dan Tradisi Sebagai Titik Temu: Konstruksi Muslim Fundamental dalam Bingkai Multikulturalisme Lintas Iman di Desa Kasembon, Kabupaten Malang Sutaman; Abdul Hakim; Samsuri
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.588 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.48

Abstract

The Kasembon Muslim community in Malang Regency, East Java, lives in a multicultural society. They have the awareness to build religious tolerance and harmony even though the basis of their religious understanding tends to be fundamentally exclusive. This study aims to find out how the construction of fundamentalist Muslim society in terms of tolerance and fostering religious harmony. Research finds that the Kasembon Muslim community is exclusive in matters considered theological teachings, such as various rituals of religious worship considered sacred. But on the other hand, they are willing to be inclusive when dealing with things considered profane. Such as various issues related to humanity, society, and culture. Tolerance and harmony between religious communities are supported by sharing traditions, like Bersih Desa, and celebrating Independence Day.   Masyarakat Muslim Kasembon Kabupaten Malang Jawa Timur hidup dalam komuitas yang multiultural. Mereka memiliki kesadaran untuk membangun toleransi dan kerukunan beragama walupun basis pemahaman keagamaan mereka cenderung ekslusif-fundamental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi masyarakat Muslim fundamentalis dalam toleransi dan membina kerukunan beragama penelitian menemukan bahwa Masyarakat muslim Kasembon  bersikap eksklusif dalam persoalan-persoalan yang dianggap sebagai ajaran teologis, seperti berbagai ritus ibadah keagamaan yang dianggap sakral. Namun di sisi lain mereka bersedia bersikap inklusif ketika berhubungan dengan hal-hal yang dianggap profan. Seperti berbagai isu yang berkaitan dengan kemanusiaan, sosial dan budaya. Toleransi dan harmoni antar umat beragama didukung oleh berbagi momen tardisi-tradisi misalnya ketika bersih desa dan momen menyambut perayaan hari kemerdekaan.