This paper described a variety of views on the dynamics of endogamy marriagepracticed by sharif community in Pontianak. This paper used the theory of hegemonyto analyze Surah al-Ahzab: 33 as the cause of endogamy among thedescendants of Isa al-Muhajir (Ba âAlawi) that have migrated to the archipelago. Oneof her off spring grew and spread in Pontianak was called sharif or syarifah ofPontianak. The results of this study explained that there are three different attitudesabout endogamous marriage, they are accept, reject and moderate thinking. Thethree different attitudes came out as the result of modernization, contact withforeign cultures, the influence of education, socio-economic, and the existingsettlement pattern. There is a socio-political implications of the verses of hegemonythat is keeping the values of the potential political kinship as social capital to raiseawareness and political culture in the context of community participation andrepresentation of sharif in local and national politics. But in sociocultural context.Once endogamy was understood as an absolute system that must be run so it mayopen space of social stratification that threatens womenâs freedom and will open thespaces for subordination.***Tulisan ini mendiskripsikan berbagai pandangan mengenai dinamika pernikahanendogami yang dipraktekan oleh komunitas syarif Pontianak. Tulisan ini menggunakanteori hegemoni menganalisis surat al-Ahzab ayat 33 sebagai penyebabterjadinya endogami di kalangan keturunan Isa al-Muhajir (Ba âAlawi) yang bermigrasike Nusantara. Salah satu keturunannya yang berkembang di kota Pontianakdisebut sebagai syarif/syarifah Pontianak. Hasil penelitian menjelaskan terdapat tigasikap yang berbeda mengenai pernikahan endogami yaitu kalangan yang menerima,menolak dan yang berpikir moderat. Tiga sikap yang berbeda ini terjadiakibat adanya modernisasi, kontak dengan budaya luar, pengaruh pendidikan, sosialekonomi, dan pola pemukiman yang ada. Terdapat implikasi sosio politik ayat-ayathegemoni yaitu menjaga nilai-nilai kekerabatan yang secara politik berpotensi sebagaimodal sosial untuk meningkatkan kesadaran dan budaya politik dalam kontekpartisipasi dan keterwakilan komunitas syarif dalam politik lokal dan nasional.Namun secara sosio-budaya jika endogami dipahami sebagai suatu sistem absolutyang mesti dijalankan dapat membuka ruang terjadinya stratifikasi sosial yangmengancam kebebasan perempuan dan membuka ruang terjadinya subordinasi.Keywords: syarif, Pontianak, endogami, hegemoni, stratifikasi sosial