Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Peningkatan Penetrasi Senyawa Hidrofilik Melalui Formulasi Emulsi Ganda A1/M/A2 dengan Mikroemulsi A1/M sebagai Fasa Dalam Suciati, Tri; Dwiani, R. R. Sarlita; Sudiati, Titi
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol 36, No 1 & 2 (2011)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.865 KB)

Abstract

Senyawa α-arbutin adalah senyawa hidrofilik yang mempunyai aktivitas inhibisi tirosinase. Formula peningkat permeasi α-arbutin pada kulit diperlukan untuk penghantaran senyawa tersebut sebagai antihiperpigmentasi. Penambahan α-arbutin ke dalam emulsi primer air dalam minyak (A1/M) dilakukan sebelum proses emulsifikasi. Optimasi formula dilakukan untuk menghasilkan mikroemulsi A1/M yang jernih yang selanjutnya diemulsifikasi menggunakan Croduret 50 SS membentuk emulsi ganda air dalam minyak dalam air (A1/M/A2) dan dievaluasi viskositas, pH, kadar, efek inhibisi α-arbutin terhadap tirosinase, dan stabilitas fisiknya dengan cara sentrifugasi dan freeze thaw selama 28 hari pada suhu 400C. Uji permeasi in vitro α-arbutin dalam emulsi ganda dan emulsi M/A (pembanding) dilakukan menggunakan membran kulit ular. Mikroemulsi yang stabil dihasilkan dari komposisi air, Tween 80, gliserin, dan isopropil miristat (IPM) dengan rasio10:27,5:12,5:50 dan emulsi ganda yang stabil dihasilkan dari 5% Croduret 50 SS. Kadar α-arbutin yang terdifusi dari sediaan emulsi ganda selama 8 jam meningkat secara signifikan dibandingkan difusi dari sediaan M/A yaitu berturut-turut adalah 671,71±26,31 μg/cm2 dan 518,85±17,97 μg/cm2.
Optimasi Isolasi dan Karakterisasi Jakalin dari Biji Nangka Suciati, Tri; Widanengsih, Niknik; Riani, Catur; Gusdinar, Tutus
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol 37, No 4 (2012)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.272 KB)

Abstract

Telah diisolasi jakalin dari biji nangka (Artocarpus heterophyllus) menggunakan metode kromatografi afinitas dengan matriks guar gum yang telah dipaut silang dengan epiklorohidrin, isolasi dilakukan dengan menggunakan pengelusi D-galaktosa. Hasil karakterisasi jakalin menggunakan SDS-PAGE menunjukkan bahwa jakalin memiliki dua pita dengan bobot molekul 14,1 dan 15,5 kDa, antar subunitnya tidak dihubungkan dengan ikatan disulfida. Jakalin yang diisolasi memiliki kemampuan mengaglutinasi eritrosit, kemampuan hemaglutinasi jakalin tidak berkurang setelah diinkubasi pada suhu 20oC dan 30oC, tetapi setelah inkubasi pada suhu 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, aktivitasnya turun masing-masing 75%, 87,5%, 93,75% dan 98,4%. Kemampuan hemaglutinasi jakalin tidak berkurang setelah diinkubasi pada pH 5, 6, dan 7, tetapi aktivitasnya turun 75% setelah inkubasi pada pH 2, 3, 4, dan 8, serta turun 96,9% pada pH 9 dan 10. Kemampuan hemaglutinasi jakalin dihambat oleh D-galaktosa dengan kemampuan inhibisi hemaglutinasi sebesar 6,25 mM, aktivitas hemaglutinasi jakalin tidak dihambat oleh D-manosa, D-glukosa, fruktosa, laktosa, arabinosa, maltosa, dan manitol. Diperoleh jakalin dengan perolehan rata-rata sebesar 0,32% b/b dari serbuk kering biji nangka.Kata kunci: Jakalin, lektin, Artocarpus heterophyllus, D-galaktosa.Jacalin from jackfruit (Artocarpus heterophyllus) had been isolated using affinity chromatography method with epichlorohydrin crosslinked guar gum as the matrix, isolation carried out using D-galactose as the eluen. Characterizationjacalin using SDS-PAGE showed that jacalin has two bands with molecular weights 14.1 and 15.5 kDa, intersubunit not connected with disulfide bonds. Jacalin isolates have the ability to haemagglutination erythrocytes, haemagglutination activity of jacalin maintained after incubation at 20oC and 30oC, but the activity decreased at 40, 50, 60, and 70 oC of incubation, which were 75%, 87.5%, 93.75% and 98.4% , respectively. Jacalin hemagglutination ability is not reduced after incubation at pH 5, 6, and 7, but the activity down 75% after incubation at pH 2, 3, 4, and 8, and down 96.9% at pH 9 and 10. The haemagglutination activity of jacalin was inhibited by D-galactose with the capacity inhibition value was 6.25 mM, but it was not inhibited by D-manose, D-glucose, fructose, lactose, arabinose, maltose, and manitol. Average recovery of jacalin is 0.32% w/w of jackfruit dry powder.Keywords: Jacalin, lectin, Artocarpus heterophyllus, D-galactose.
Formulasi Natrium Ascorbyl Phosphate dalam Mikroemulsi A/M VCO Suciati, Tri; Patricia, Lisa
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol 37, No 3 (2012)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.876 KB)

Abstract

Dilakukan pengembangan formulasi mikroemulsi A/M untuk menghasikan permeasi tertinggi dari Natrium Ascorbyl Phosphate (NAP) sebagai turunan vitamin C yang stabil. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan VCO sebagai basis minyak, gliserin sebagai kosurfaktan, dan kombinasi Tween 80 – Span 80 sebagai surfaktan. Hasil mikroemulsi diperoleh pada konsentrasi surfaktan 27,5% dengan rasio Tween 80-Span 80 3:1, konsentrasi kosurfaktan gliserin 30%, dan fasa dalam 15%. Pada pengamatan organoleptik, sediaan mikroemulsi memiliki penampilan jernih kuning tanpa pemisahan fasa setelah dilakukan uji sentrifuga, freeze-thaw, danpenyimpanan 28 hari di suhu ruang dan 40°C. Sediaan memiliki viskositas rata-rata 375 cps dan pH rata-rata 6,80±0,21dengan jumlah rata-rata NAP terdifusi 850,56 μg/cm2 atau sebanyak 75,75% selama 8 jam penentuan in vitro dengan membran kulit ular. Mikroemulsi A/M berpotensi untuk dikembangkan sebagai pembawa NAP dalam kosmetik antikerut.Kata kunci: mikroemulsi, NAP, vitamin C, VCO. Optimization of formulation was done to develop a W/O microemulsion formulation to yield highest diffusion of Natrium Ascorbyl Phosphate (NAP) as the stable form of vitamin C. Microemulsions were made using using VCO as the oil phase, options of ethanol or glycerin as cosurfactant, and combination of Tween 80 and Span 80 as surfactants. Microemulsion was obtained at surfactant concentration of 27.5% with a 3:1 ratio of Tween80-Span80, 30% of glycerin as cosurfactant, and 15% of the inner phase. The organoleptic of preparations had a clear, transparent yellowish appearance without phase separation after centrifugation test, freeze-thaw test, and 28 days of storage at room temperature and 40°C. Preparations had 375 cps of average viscosity and 6.80±0.2 pH with 850.56μg/cm2 or 75.75% of NAP diffused after 8 hoursin vitro testing using snake’s skin as the membrane. Microemulsion W/O is potential to be developed as a carrier for NAP in anti-wrinkle cosmetics.Keywords: microemulsion, NAP, vitamin C, VCO.
Formulasi Sediaan Emulgel Untuk Penghantaran Transdermal Ketoprofen Priani, Sani Ega; Darijanto, Sasanti Tarini; Suciati, Tri; Iwo, Maria Immaculata
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol 38, No 1 (2013)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.55 KB)

Abstract

Ketoprofen adalah obat golongan anti inflamasi non-steroid (AINS) yang banyak digunakan untuk mengobati nyeri dan inflamasi. Penggunaan oral ketoprofen dapat menimbulkan berbagai efek samping sistemik. Pemakaian transdermal diketahui mampu mencapai konsentrasi efektif pada jaringan target, dengan konsentrasi plasma yang lebih rendah dibanding penggunaan oral, sehingga dapat mengurangi resiko efek samping sistemiknya. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan emulgel untuk penghantaran transdermal ketoprofen. Propilenglikol 10% dan menthol 3% digunakan sebagai peningkat penetrasi. Sediaan dievaluasi meliputi pengamatan organoleptik, pH, viskositas, serta pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi dan freeze thaw. Selanjutnya dilakukan uji difusi in vitro dan uji iritasi kulit dan mata pada kelinci. Sediaan emulgel memenuhi kriteria stabilitas fisik berdasarkan uji sentrifugasi dan freeze thaw. Nilai pH dan viskositas sediaan relatif stabil selama kurun waktu penyimapanan 120 hari pada suhu kamar. Propilenglikol dan mentol dapat meningkatkan difusi perkutan ketoprofen, yang berbeda signifikan dibandingkan emulgel tanpat peningkat penetrasi (p<0,05). Formula emulgel bersifat sedikit mengiritasi kulit dengan nilai indeks iritasi kutan 0,83-1,17 (nilai maksimal 8), tetapi tidak mengiritasi mata.Kata kunci: Ketoprofen, transdermal, emulgel, peningkat penetrasi.AbstractKetoprofen as an non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) used for pain and inflamation treatment. However, there are some serious adverse effects associated with oral use of NSAIDs. Transdermal route is known to reach effective local concentration with low plasma concentration resulting in reduction systemic adverse effects. The objectives of this study was to formulate emulgel of ketoprofen for transdermal delivery. Ketoprofen emulgel was prepared using 10% of propilene glycol and 3% of menthol as penetrant enhancer. Evaluation of preparation included organoleptic evaluation, pH, viscocity, and physical stability test using centrifugation and freeze thaw method. Skin permeation was evaluated in vitro using spangler membrane and irritation effect test on rabbits. Emulgels were stable after centrifugation and freeze thaw test. The viscosity and pH of preparations were relatively stable during storage at room temperature for 120 days. Propylenglycol and menthol increased diffusion rate of ketoprofen, differ significantly from emulgel without enhancer (p<0.05). Emulgel preparation were slightly irritate to the skin with irritation index 0.83-1.17 (maximum value 8) but was not irritate to the eyes.Keywords: Ketoprofen, transdermal, emulgel, penetrant enhancer
Formulasi Mikroenkapsulasi Protein dalam Poli(D,L-Laktida) dengan Teknik Penguapan Pelarut Fitriani, Lili; Rachmawati, Heni; Suciati, Tri
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 15 No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Poly (D,L-lactide acid) has been used as scaffold and controlled release device for protein such as growth factor in tissue engineering. In this study, PDLLA microparticles were made and papain was used as model protein. Protein was encapsulated in microparticles using water-oil-water (W1/O/W2) and solid-oil-water (S/O/W) emulsification-solvent evaporation. Types of encapsulation methods and ratios of papain-PEG 20000 were observed in this study to provide the highest encapsulation efficiency. The entrapment efficiency made by W1/O/W2 method was 6,38%±0,025,  whilst S/O/W using ratios of papain-PEG 20000 1:1 ; 1:4 ; and 1:5 were 6,24%±0,91 ; 30,15%±1,66 and 60,67%±4,93, respectively. To conclude, S/O/W is the best method to encapsulate protein with highest entrapment efficiency.
Formulasi dan Evaluasi Sediaan Mikroemulsi Untuk Penghantaran Transdermal Ketoprofen dengan Fasa Minyak Labrafil M1944CS Priani, Sani Ega; Darijanto, Sasanti Tarini; Suciati, Tri; Iwo, Maria Immaculata
Jurnal Matematika dan Sains Vol 19 No 3 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketoprofen termasuk obat anti inflamasi non steroid (NSAIDs) untuk pengobatan simptomatik nyeri dan inflamasi. Pemakaian ketoprofen secara transdermal diketahui mampu menghantarkan zat aktif untuk mencapai konsentrasi efektif pada jaringan target, dengan konsentrasi plasma yang lebih rendah dibanding penggunaan per oral, sehingga  mengurangi resiko efek samping sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikroemulsi ketoprofen yang stabil secara fisik untuk penghantaran transdermal. Optimasi formula mikroemulsi dibuat menggunakan fasa minyak labrafil M 1944 CS, surfaktan Cremophor EL, serta kosurfaktan etanol, propilenglikol, dan gliserin. Evaluasi sediaan meliputi pengamatan organoleptik, pH, viskositas, dan  ukuran globul, serta pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi dan freeze thaw. Selanjutnya dilakukan uji difusi in vitro dan uji iritasi kulit dan mata pada kelinci. Formula mikroemulsi optimum mengandung labrafil 15%, cremophor EL 30%, dan propilenglikol 10%. Sediaan mikroemulsi memenuhi kriteria stabilitas fisik berdasarkan uji sentrifugasi dan freeze thaw. Nilai pH dan viskositas sediaan relatif stabil selama 120 hari penyimpanan pada suhu kamar. Mikroemulsi ketoprofen memiliki ukuran globul rata-rata 29,3 nm. Jumlah ketoprofen terdifusi selama 180 menit pengujian adalah 386,6 ± 61,2 µg/cm2. Sediaan mikroemulsi mengiritasi ringan pada kulit tetapi tidak mengiritasi mata. Kata kunci: Ketoprofen, Mikroemulsi, Transdermal, Difusi.   Formulation and Evaluation of Microemulsion for Ketoprofen Transdermal Delivery Using Labrafil M1944CS as an Oil Phase Abstract Ketoprofen belongs to NSAIDs and is commonly applied  for symptomatic treatment of pain and inflamation. Transdermal route of ketoprofen application enables the delivery of this active substance to reach its effective concentration in target organ but with lower plasma concentration compared to that of per oral application and hence can reduce systemic side effects. The objectives of this study are to obtain microemulsion formulation of ketoprofen for transdermal delivery. Microemulsion was formulated using Labrafil M 1944 CS as an oil phase, cremophor EL as surfactant and etanol, propylene glycol, glycerin as cosurfactans. Evaluation of ketoprofen microemulsion included organoleptic evaluation, pH, viscocity, globul diameter, and physical stability test using centrifugation and freeze thaw methods. Skin permeation was evaluated in vitro using spangler membrane and irritation effect test on rabbits. The optimum formulation of microemulsion was labrafil 15%, cremophor EL 30%,and  propylene glycol 10%. Microemulsion of ketoprofen did not show any changes during freeze thaw and centrifugation tests which indicated its stability. The viscosity and pH of preparations were relatively stable for 120 days storage at room temperature. Average globule  diameter of microemulsion was 29.3 nm. The total ketoprofen diffused was 386.6 ± 61.2 µg/cm2 for 180 minutes of testing time. The microemulsion showed slight irritation effect on the skin but no irritation effect on the eyes. Keywords : Ketoprofen, Microemulsion, Transdermal, Diffusion.
FORMULASI MIKROPARTIKEL BERPORI DALAM POLI (D,L-Laktida) SEBAGAI SCAFFOLDDENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT Fitriani, Lili; Suciati, Tri
Jurnal Riset Kimia Vol 4, No 2 (2011): March
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrk.v4i2.120

Abstract

 ABSTRACT Poly (D,L-lactide acid) has been used as scaffold for tissue engineering. In this study, PDLLA microparticles were made into porous microparticles. Porous microparticles were proposed to reduce burst release of protein and to prevent diffusion of released protein into non-target tissue. Formulation of porous microparticles was made by water-oil-water (W1/O/W2) emulsification-solvent evaporation using gas foamed as porogen. Variations of the amount of sodium bicarbonate, volume of citric acid solution and time for homogenization were optimized to produce optimum formulation. Evaluation for this microparticles included morphology of particles, particle size distribution and porosity. Porous microparticle produced by ratio volume of acid : dichloromethane : poly(vynil alcohol) (PVA) = 1:3:3 and the ratio of  sodium bicarbonate : PDLLA = 2:3 was the optimum formulation.  Keywords :Porous Microparticles, PDLLA,Gas Foamed, Scaffold, Solvent Evaporation 
A Cytotoxic Activity of Tahongai (Kleinhovia hospita Linn.) Leaves Extracts Using Brine Shrimp Lethality Test Solihah, Indah; Herlina, Herlina; Rasyid, Riana Sari Puspita; Suciati, Tri; Khairunnisa, Khairunnisa
Science and Technology Indonesia Vol 4 No 3 (2019): July
Publisher : ARTS Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.712 KB) | DOI: 10.26554/sti.2019.4.3.60-63

Abstract

Tahongai (Kleinhovia hospita Linn.) leaves had been known contain alkaloids, flavonoids, saponins, steroids, and tannins. At Komering, South Sumatera tribe, tahongai leaves had been known to treat tumor, cancer, polyps, acne, and dysmenorrhea. The study of cytotoxic activity of tahongai bark and stem were done. This study aims to determine the cytotoxic activity of tahongai leaves extracts using BSLT method. Tahongai leaves were extracted using gradual maceration with n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96%. Each extract was tested cytotoxic activity towards Artemia salina L. larvae. The yield of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol extracts are 2,686%, 7,033%, and 7,933% respectively. Ethanol extract of tahongai leaves had the best cytotoxic activity with lethality value 76,667% at 500ppm. Statistical analysis with two way ANOVA showed extract and concentration had a significant (p<0,05) effect on larvae lethality percentage.
Evaluation of Running Speed and Distance Throwing After Doing Needle Intervention (Dry Needling) at Sriwijaya Sports Students Palembang: Evaluasi Kecepatan Lari dan Jarak Lempar Setelah Dilakukan Intervensi Tusuk Jarum (Dry Needling) pada Siswa Olahraga Sriwijaya Palembang Septadina, Indri Seta; Suciati, Tri; Adnindya, Msy Rulan
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 1 No. 2 (2018): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The factor supporting the achievement sports is physical skill consisting of speed, the power, agility, coordination and time reaction. Performance of speed determined by motion of the body as the arm and limbs that consisting of components such as muscle, bone, joints, vascularisation and innervation..Stimulation on nerve can improve the ability muscle then it can increasing the physical skill. The method often used is electric stimulator and dry needling. The purpose of this research is to assess running speed and throwing distance through intervention a dry needling to 35 students of Sriwijaya Sport High School Class XII with one group pretest and posttest design.The result showed average of running speed before dry needling is 7,48 ± 0,94 and after dry neddling is 7,44 ± 0,70. However statistical tests using the test paired t get p value = 0,679 (α =0,05 (p>α).The measurement result of throwing distance before dry neddling is 15,61 ± 8,54 and after dry needling is 16,35 ± 8,90. Wilcoxon test shows that p value = 0,077 (α =0,05 (p>α). The result showed that there is no difference between speed run and distance throwing before and after conducted a needle intervention dry ( dry needling ).
Korelasi Tinggi Badan dengan Ukuran Panjang dan Lebar Telapak Tangan pada Subras Deutromelayu Rahmatullah, Nurul Ilmi; Suciati, Tri; Septadina, Indri Seta
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 2 No. 1 (2019): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.923 KB)

Abstract

Tinggi badan merupakan parameter penting baik dalam medikolegal untuk identifikasi individu maupun untuk perawatan pasien dalam penilaian status nutrisi. Pertumbuhan tinggi badan individu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah ras. Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan tinggi badan individu. Mayoritas penduduk Indonesia adalah subras Deutromelayu. Pada individu dengan kondisi khusus seperti pasien patah tulang esktremitas bawah, pengukuran tinggi badan tidak dapat dilakukan seperti biasa. Kondisi seperti itu mencetuskan berkembangnya ide perkiraan tinggi badan menggunakan segmen tubuh lain, selanjutnya diubah menjadi suatu rumus model prediksi tinggi badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi tinggi badan dengan ukuran panjang dan lebar telapak tangan pada subras Deutromelayu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini melibatkan 112 mahasiswa PSPD Universitas Sriwijaya subras Deutromelayu (36 laki-laki dan 76 perempuan). Pengukuran panjang telapak tangan dan lebar telapak tangan dilakukan menggunakan vernier caliper. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise. Data dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji korelasi Pearson dan uji regresi linear sederhana. Panjang telapak tangan memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap tinggi badan dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,703 hingga 0,831 (p<0,05). Lebar telapak tangan berkorelasi positif yang signifikan dengan tinggi badan, koefisien korelasi berkisar antara 0,410 hingga 0,440 (p<0,05). Dalam penelitian ini diperoleh sejumlah persamaan regresi linear, dengan Standard Error of Estimate (SEE) berkisar antara 2,779 hingga 5,120 (p<0,05). Tinggi badan berkorelasi positif kuat dengan panjang telapak tangan dan berkorelasi positif sedang dengan lebar telapak tangan pada subras Deutromelayu.
Co-Authors Adipputra, Ricky Fajar Adnindya, Msy Rulan AE. Sukmawati AE. Sukmawati, AE. Ajeng Rana Wulan Sujilah Aminatun Ana Indrayati Angga Saputra Ardesy Melizah Kurniati Benny Permana Dalilah Dalilah Darijanto, Sasanti Tarini DEBBIE SOEFIE RETNONINGRUM Dwiani, R. R. Sarlita Elin Julianti Ella Amalia, Ella Eriwan Susanto Ervi Afifah Fauziah, Arsy Fith Khaira Nursal Fitrianti Fitrianti, Fitrianti Gita Dwi Prasasty Gunawarman Gusdinar, Tutus HENI RACHMAWATI Herlina Herlina Ilyah Abdullah, Nour Indri Seta Septadina Irda Fidrianny Iwo, Maria Immaculata Januar, M. Anis Jo Suherman Juang Arwafa Cita Julianti, Elin Karim, Fatmawati Khairunnisa Khairunnisa Lili Fitriani Lisa Patricia Lusiana Darsono Maria Immaculata Iwo Maria Immaculata Iwo Marlia Singgih Marlia Singgih Marlia Singgih Wibowo Mohamad, Che Wan Sharifah Robiah Muhammad, Fadhil Munir, Ryaas Mishbachul Niknik Widanengsih Nirwan Syarif, Nirwan Nurani Istiqomah Patricia, Lisa Prasetya, Dinda Prihantini, Malinda Rahmana Emran Kartasasmita Rahmatullah, Nurul Ilmi Rahmatullah, Nurul Ilmi Rasyid, Riana Sari Puspita Resmiyani, Ubbadah Riani, Catur Rizal Rizal Sani Ega Priani Sari, Mona Sasanti Tarini Darijanto Sasanti Tarini Darijanto, Sasanti Tarini Satrialdi Satrialdi Satrialdi, - Solihah, Indah Sri Priatni Sri Priatni Sudiati, Titi Sukmadaja Asyarie Sumirtapura, Yeyet Cahyati Syarifah Aini Syauki Ikhsan, Diyaz T. Gusdinar T. Gusdinar, T. Titah Yudistira Tjandrawati Mozef Tutus Gusdinar Wahyu Widowati Wardiansah, Wardiansah Widanengsih, Niknik Yani Triyani Yessie Widya Sari Yuda Prasetya Nugraha Yukko Arinta Yusril Yusuf