Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR Pade, Satria Wati; Suwetja, I Ketut; Mentang, Feny
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat.Berbagai upaya telah dilakukan pada usaha budidaya ikan mas untuk peningkatan produktivitasnya, diantaranya adalah pemasaran ikan. Pemasaran ikan biasanya dilakukan dalam keadaan ikan hidup. Pemasaran atau pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu sistem basah atau dengan menggunakan air sebagai media dan sistem kering atau menggunakan media tanpa air. Sistem basah dianggap tidak praktis dan tidak efisien karena memiliki banyak kelemahan baik dalam volume maupun biaya sehingga diperlukan cara yang lebih praktis dan efisien yaitu penanganan sistem kering. Pada transportasi ikan hidup dengan sistem kering perlu dilakukan proses penanganan atau pemingsanan terlebih dahulu. Metode pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga menggunakan penurunan suhu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat mortalitas terendah dengan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali yang standar.Metodologi yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan metode pemingsanan yang terdiri atas 2 taraf (pemingsanan dengan suhu ±8°C, pemingsanan dengan suhu  ±8°C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02%) dan perlakuan lama penyimpanan yang terdiri atas 5 taraf (0, 2, 4, 6, 8 jam) dengan menganalisis keragamannya menggunakan perhitungan annova dan teknik laboratorium. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Variabel yang diamati meliputi waktu kecepatan pingsan, kondisi fisiologis saat proses pemingsanan, waktu penyadaran kembali dan tingkat mortalitas ikan.Hasil penelitian menunjukkan waktu dan suhu pemingsanan yang optimum dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,03 menit dengan suhu 8°C dengan media penyimpanan yang tepat digunakan adalah media sekam padi. Waktu penyadaran yang optimal dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,27 menit pada suhu 8°C. Berdasarkan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali, tingkat mortalitas terendah yaitu 45,85% didapat dengan menggunakan metode pemingsanan menggunakan suhu 8°C dengan penyimpanan terlama 6 jam._____________________________________________________________________________
PEMANFAATAN TEPUNG UBI KAYU (Manihot Utilisima) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN BISKUIT SATRIA WATI PADE; HAPSA AKUBA
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 2 No 1 (2018): Journal of Agritech Science (JASc) - Mei
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.30869/jasc.v2i1.172

Abstract

Biskuit merupakan salah satu jenis kue kering dengan bahan baku utama adalah tepung terigu. Tepung terigu terbuat dari gandum. Gandum merupakan salah satu komoditi import yang terus mengalami peningkatan setiap tahun. untuk mengurangi import gandum yang terus meningkat maka diperlukan adanya alternatif bahan pangan lokal sebagai sumber karbohidrat pengganti tepung terigu di masa yang akan datang. Salah satunya bahan hasil pertanian yang dapat diolah menjadi salah satu sumber karbohidrat yaitu ubi kayu. Berdasarkan data BPS (2018) produksi ubi kayu pada tahun 2015 mencapai 21.801.415. ton. Ubi kayu memiliki beberapa keunggulan, diantarnya adalah kadar gizi makro (kecuali protein) dan mikro tinggi, kadar glikemik dalam darah rendah, kadar serat pangan larut tinggi, dalam usus dan lambung berpotensi menjadi prebiotik. Ubi kayu sebagai sumber energi yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi tepung. Menurut Ginting (2002), tepung ubi kayu (cassava) dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran, yaitu campuran antara tepung terigu dengan tepung ubi kayu (cassava), karena tepung ubi kayu mempunyai warna, tekstur, dan aroma yang menyerupai tepung terigu. ubi kayu itu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan dapat digunakan untuk menunjang diversifikasi pangan. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas lima perlakuan yaitu perlakuan A= 0% : 100% , B= 30% : 70%, C= 70% : 30%, D= 100% : 0%, E= 50% : 50%, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati meliputi : uji organoleptik yang terdiri dari uji rasa, aroma, warna dan tekstur, kadar air, kadar abu dan kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaan terhadap rasa berkisar antara 3,8-4,25, aroma berkisar antara 3,55-4,1, warna berkisar antara 3,4-4,25, tekstur bekisar antara 3,15-4,1, rata-rata kadar air berkisar 3,98-5,09, kadar abu berkisar 1,38 - 2,21% dan kadar protein berkisar 2,55-7,66%.
ANALISIS TINGKAT PENERIMAAN NUGGET IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.) DENGAN PENAMBAHAN BONGGOL PISANG Satria Wati Pade
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 2 No 2 (2018): Journal of Agritech Science (JASc) - November
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.30869/jasc.v2i2.252

Abstract

Nugget merupakan salah satu jenis variasi makanan lauk olahan siap saji dan digemari semua kalangan usia. Nugget adalah jenis makanan lauk pauk berkadar protein tinggi yang terbuat dari bahan dasar hewani dan dicampur dengan bahan lain melalui proses pemaniran dan penggorengan. Umumnya, nugget terbuat dari bahan dasar hewani seperti ayam, daging sapi, udang dan ikan. Nugget ikan sama dengan Nugget ayam hanya saja perbedaan terletak pada bahan baku yang digunakan. Salah satu jenis ikan yang dapat diolah menjadi nugget yaitu ikan cakalang. Ikan cakalang memiliki kandungan mineral makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kebanyakan produk olahan daging seperti nugget pada umumnya memiliki kelemahan pada kandungan serat yang rendah sehingga belum mencukupi serat pangan (dietary fiber). Adanya penambahan bonggol pisang pada nugget ikan cakalang akan meningkatkan kandungan serat karena bonggol pisang merupakan salah satu sumber serat pangan yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan tubuh Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas tiga perlakuan tingkat perbandingan bonggol pisang dan ikan cakalang, yaitu perlakuan A= 75% : 25% , B= 50% : 50%, C= 25% : 75%, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati yaitu uji organoleptic meliputi: rasa, aroma, warna dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaan terhadap rasa berkisar antara 5,40 – 5,73, aroma 5,10 – 5,93, warna 5,07 – 5,60 dan tekstur 5,20 – 5,50 dan termasuk dalam kategori agak suka.
NUTRIFIKASI DAUN KELOR (Moringa oleifera) DENGAN VARIETAS UMUR DAUN BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria spp) Satria Wati Pade; Nur Fitriyanti Bulotio
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 3 No 2 (2019): Journal of Agritech Science (JASc) - November
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.30869/jasc.v3i2.406

Abstract

Indonesia adalah Negara yang memiliki iklim tropis. Berbagai tanaman mudah tumbuh subur di Indonesia khususnya di Sulawesi salah satu contoh adalah tanaman kelor. Daun kelor memiliki kandungan antikosidan yang tinggi dan kandungan vitamin A dan vitamin C. Di Gorontalo, daun kelor biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Masyarakat tidak begitu menyukai daun kelor bila diolah menjadi sayuran. Oleh karena itu perlu dilakukan paya diversifikasi produk pangan untuk meningkatkan nilai tambah daun kelor, memperpanjang daya simpan produk daun kelor dan untuk menarik peminat dari berbagai kalangan usia, antara lain diolah menjadi nori. Nori biasanya terbuat dari rumput laut. Gorontalo Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Gorontalo yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Rumput laut mengandung serat kasar yang tidak begitu banyak yaitu sebesar 4,15% jika dibandingkan dengan serat kasar daun kelor sebesar 7,92%, sehingga diharapkan dengan kombinasi antara rumput laut dan daun kelor dengan variasi umur daun yang berbeda dalam pembuatan nori rumput laut bisa menjadi salah satu olahan jenis pangan fungsional sebagai sumber vitamin C dan serat kasar. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas tiga perlakuan variasi umur daun kelor, yaitu perlakuan P1= Daun kelor tua 100% , P2= Daun kelor muda 100%, P3= Daun kelor tua 50% : Daun kelor muda 50%%, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati yaitu meliputi: kadar air, vitamin C dan serat kasar. Hasil penelitian menunjukkan kadar air nori berkisar antara 11,5% – 12,3%, Vitamin C 2,6 s/d 3,1 mg/100g dan kadar serat kasar 4,6% s/d 5,1 %.
KARAKTERISTIK VITAMIN C, VISKOSITAS DAN NILAI pH MINUMAN FUNGSIONAL KOMBINASI SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) DAN JAHE (Zingiber officinale Roscoe.) Astuti Astuti; Satria Wati Pade
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 4 No 1 (2020): Journal of Agritech Science (JASc) - Mei
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.371 KB) | DOI: 10.30869/jasc.v4i1.556

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kandungan vitamin C, viskositas dan nilai pH pada minuman fungsional dengan kombinasi sari buah nanas dan jahe. Uji yang dilakukan adalah pengujian vitamin C, viskositas dengan menggunakan Brookfield viscometer dan nilai pH. Penelitian ini menggunakan beberapa perlakuan tingkat perbandingan sari buah nanas dan sari jahe yaitu perlakuan A = Sari nanas 80% : sari jahe 20%, B= sari nanas 50% : sari jahe 50% dan C = sari nanas 20% : sari jahe 80%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan A dengan kombinasi sari nanas 80% : sari jahe 20% dibandingkan perlakuan B= sari nanas 50% : sari jahe 50% dan C= sari nanas 20% : sari jahe 80% dengan kandungan vitamin C 12,98mg/mL, viskositas 183,53 cP dan nilai pH 4,86.
PENGARUH JENIS PERENDAM BERBEDA TERHADAP FISIKOKIMIA TEPUNG PISANG KEPOK Tri Milvawati; Satria Wati Pade
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 4 No 2 (2020): Journal of Agritech Science (JASc) - November
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jasc.v4i2.623

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik mutu fisikokimia tepung pisang kepok dengan menggunakan jenis bahan perendam berbeda. Uji yang dilakukan adalah kadar uji organoleptik , kadar abu dan serat kasar. Penelitian ini menggunakan beberapa perlakuan bahan perendam yang berbeda yaitu P1= jeruk nipis 3%, P2 = asam cuka 3% dan P3 = garam 3%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaan terhadap aroma tepung pisang kepok berkisar 4,1 - 4,41 dengan aroma ciri khas pisang, warna berkisar antara 4,66 – 5,25 dengan warna agak cerah dan tekstur berkisar antara 5,7 – 5,85 dengan tekstur halus, nilai rata-rata kadar air berkisar antara 2,96 – 4,14, dan kadar serat kasar berkisar antara 2,01 – 3, 04
TINGKAT PENERIMAAN ORGANOLEPTIK DAN DAYA MEKAR KERUPUK JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN PENAMBAHAN TEMPE Sri Fransiska Abdul; Satria Wati Pade
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 5 No 1 (2021): Journal of Agritech Science (JASc) - Mei
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jasc.v5i1.739

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat penerimaan secara organoleptic dan daya mekar kerupuk jamur tiram putih dengan penambahan tempe. Uji yang dilakukan adalah uji organoleptic meliputi rasa, aroma, tekstur dengan menggunakan metode hedonic dan uji daya mekar. Penelitian ini menggunakan beberapa perlakuan kombinasi jamur tiram putih dan tempe yaitu K1 = 75% jamur tiram putih + 25% tempe , K2 = 50% jamur tiram putih + 50% tempe, K3 = 25% jamur tiram putih + 75% tempe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahwa perlakuan K1 merupakan komposisi terbaik dengan penilaian organoleptic secara keseluruhan berkisar antara 4,32 – 5,24 atau dalam taraf netral sampai suka dan tingkat kemekaran 116,27%
ANALISIS TINGKAT PENERIMAAN NORI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN NUTRIFIKASI DAUN KELOR (Moringa oleifera) Satria Wati Pade
Journal Of Agritech Science (JASc) Vol 6 No 1 (2022): Journal of Agritech Science (JASc)
Publisher : Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jasc.v6i1.895

Abstract

Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis. Berbagai tanaman mudah tumbuh subur di Indonesia khususnya di Sulawesi salah satu contoh adalah tanaman kelor. Daun kelor memiliki kandungan antikosidan yang tinggi dan kandungan vitamin A dan vitamin C. Di Gorontalo, daun kelor biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Masyarakat tidak begitu menyukai daun kelor bila diolah menjadi sayuran. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya diversifikasi produk pangan untuk meningkatkan nilai tambah daun kelor, memperpanjang daya simpan produk daun kelor dan untuk menarik peminat dari berbagai kalangan usia, antara lain diolah menjadi nori. Nori biasanya terbuat dari rumput laut. Rumput laut memiliki rasa yang gurih dan memiliki kandungan antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh. Daerah penghasil utama rumput laut diIndonesia ada sepuluh Provinsi, salah satunya adalah Provinsi Gorontalo khususnya Kabupaten Gorontalo Utara yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Nori rumput laut dengan nutrifikasi daun kelor diharapkan bisa menjadi salah satu pilihan jenis pangan fungsional yang berdampak positif bagi kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode hedonik yang didasarkan pada tingkat kesukaan panelis terhadap sampel yang disajikan yang terdiri atas tiga perlakuan, yaitu : P1= Daun kelor tua 100% , P2= Daun kelor muda 100%, P3= Daun kelor tua 50% : Daun kelor muda 50%%, masing-masing perlakuan diujikan kepada 30 orang panelis dan diambil nilai rata-rata. Variabel yang diamati meliputi : rasa, aroma dan warna. Hasil penelitian menunjukkan skala penilaian terhadap rasa berkisar antara 2,93 – 3,23 atau dalam taraf biasa/netral, penilaian terhadap aroma berkisar antara 2,8 – 3,07 atau taraf biasa/netral, nilai terhadap warna berkisar antara 3,13 – 3.97 atau dalam taraf biasa/netral sampai suka
Edible coating pati singkong (Manihot utilissima Pohl) terhadap mutu nenas terolah minimal selama penyimpanan Satria Wati Pade
Jurnal Agercolere Vol 1 No 1 (2019): Jurnal Agercolere
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.684 KB) | DOI: 10.37195/jac.v1i1.59

Abstract

Pineapple is desirable to be consumed fresh, but it taking too long in stripping the pineapple's outer skin. Therefore, currently, the technology of processing horticultural products is minimally applied. Minimum fruit processing can speed up product shelf life. One way to overcome this is coating. Hydrocolloid edible coating is one type of coating with starch as the base material found in several types of tubers, one of which is cassava tuber. This study used a completely randomized design method consisting of one control sample and 3 treatments, cassava starch concentrations were repeated three times, namely A1: 3% cassava starch, A2: 4% cassava starch, A3: 5% cassava starch with 8 days observation. The variables observed were vitamin C, weight loss and color. The results showed that the highest vitamin C content was in the treatment of 5% cassava starch at 3.20 mg/100 g and the lowest was the control treatment of 3.15 mg/100 g. The smallest weight loss was A3 treatment of 73.75% and the biggest was control treatment 79.67%. The average value of the highest color was found in A3 treatment, which was around 66.92º showed yellow-red.
STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (Cyprinus Caprio-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR Satriawati Pade
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 4 No 1 (2016): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.252 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v4i1.50

Abstract

Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pada usaha budidaya ikan mas untuk peningkatan produktivitasnya, diantaranya adalah pemasaran ikan. Pemasaran ikan biasanya dilakukan dalam keadaan ikan hidup. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media dan media tanpa air. Pada transportasi ikan hidup dengan media tanpa air, perlu dilakukan proses penanganan atau pemingsanan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat mortalitas terendah dengan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali yang standar.Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) factorial dengan 2 perlakuan yaitu Perlakuan metode pemingsanan yang terdiri atas 2 taraf (Pemingsanan dengan suhu ±8°C, pemingsanan dengan suhu ±8°C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02%) dan perlakuan lama penyimpanan yang terdiri atas 5 taraf (0, 2, 4, 6, 8 jam). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali ulangan. Variabel yang diamati meliputi waktu kecepatan pingsan, kondisi fisiologis saat proses pemingsanan, waktu penyadaran kembali dan tingkat mortalitas ikan.Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali, tingkat mortalitas terendah yaitu 45,85% didapat dengan menggunakan metode pemingsanan menggunakan suhu 8°C dengan penyimpanan terlama 6 jam.