Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: IDENTIFIKASI PADA SILABUS Uun Lionar; Agus Mulyana
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE) Vol 1, No 1 (2019): JANUARI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.51 KB) | DOI: 10.29300/ijsse.v1i1.1322

Abstract

Multicultural Values in History Learning: Identification in Sylabus. Presenting multicultural education in the Indonesian education curriculum is an effort to maintain national integration through education. The education curriculum is basically the realization of people's aspirations about the direction of education. The development of education curriculum must be based on the sociocultural context of society, or according to Brady & Kennedy in Curriculum Construction that the curriculum must fulfill all the interests of society regarding cultural, economic and political development. History learning has a big role in the development of multicultural education, considering the historical history presents various historical facts of the nation which certainly has a diversity of identities and cultures. Through the identification of historical material contained in the syllabus of historical subjects in schools, some content was loaded with the development of multicultural values.
PHENOMENOGRAPHY ANALYSIS OF STUDENTS’ HISTORICAL THINKING ABILITY IN STUDYING SOCIAL HISTORY Agus Mulyana; Yeni Kurniawati
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 39, No 3 (2020): CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOL. 39, NO. 3, OCTOBER 2020
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v39i3.28982

Abstract

The Marton Phenomenography Analysis model is interesting to apply because it has a significant characteristic of learning that is based on two academic learning patterns, namely "surface" and "in-depth" learning approaches. This study aimed to investigate students’ historical thinking ability using the Marton Phenomenography Analysis. Qualitative method was utilized with a phenomenography approach. The phenomenography approach was aimed to identify students’ historical thinking ability as they experience, conceptualize, perceive, and understand various historical phenomena of social movements. The subjects were students who took part in Social History. Data were collected from examination, observation, interviews and document study. The results showed that students who have "surface" and "in-depth" learning patterns have different thinking patterns, perspectives, and perceptions. There is a significant difference as much as 12.11% in the historical thinking ability between both groups. The "in-depth" group has an advantage over the "surface" group in terms of understanding changes, comparing historical narratives, interpreting history, understanding historical interpretation, as well as constructing history. Both the "in-depth" and "surface" groups have a good ability in the aspect of knowledge on facts and how to search for historical sources. Finally, both groups have less ability to develop different thinking patterns, create questions from historical stories, and evaluate historical sources.
PLAKAT PANJANG HINGGA PERANG KAMANG: GERAKAN RAKYAT MINANGKABAU MENENTANG PAJAK KOLONIAL BELANDA Uun Lionar; Agus Mulyana; Leli Yulifar
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v5i2.3409

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan mengenai keadaan Minangkabau pasca Perang Paderi dan respon rakyat Minangkabau mengenai praktik perjanjian Plakat Panjang, hingga munculnya gerakan menentang pajak yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yang terdiri dari 7 (tujuh) tahapan kegiatan, yakni: (1) memilih ide atau topik penelitian; (2) mencari informasi pendukung; (3) memfokuskan topik bahasan dan mengorganisasikan bahan bacaan; (4) mencari dan menemukan bahan-bahan pustaka; (5) mengorganisasikan bahan pustaka; (6) melakukan kajian terhadap bahan pustaka; dan (7) mereorganisasikan catatan pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjanjian Plakat Panjang yang diberlakukan pada tahun 1833 merupakan strategi Belanda untuk menaklukkan rakyat Minangkabau. Selama rentang waktu paroh kedua abad ke-19 hingga awal abad ke-20 Belanda telah banyak merubah tatanan sosial masyarakat Minangkabau. Pemberlakukan pajak (Belasting) oleh Belanda pada awal abad ke-20 merupakan bentuk pelanggaran atas perjanjian Plakat Panjang. Merespon hal ini rakyat Minangkabau melakukan perlawanan. Daerah Kamang menjadi basis perlawanan menentang pajak tersebut, perlawanan ini dipimpin oleh tokoh agama dan adat salah satunya adalah Haji Abdul Manan.Abstract:  This study aims to explore and describe the state of Minangkabau after the Padri War and the response of the Minangkabau people regarding the practice of the Plakat Panjang agreement, until the emergence of the movement against taxes imposed by the colonial government in the early 20th century. This research uses library research method which consists of 7 (seven) stages of activity, namely: (1) choosing an idea or research topic; (2) seeking supporting information; (3) focusing on topics and organizing reading material; (4) searching and finding library materials; (5) organizing library materials; (6) conducting a study of library materials; and (7) reorganizing bibliography. The results of this study indicate that the Plakat Panjang agreement which was enacted in 1833 was a Dutch strategy to conquer the Minangkabau people. During the span of the second half of the 19th century to the beginning of the 20th century, the Dutch have changed the social order of the Minangkabau community. The imposition of taxes (Belasting) by the Dutch in the early 20th century was a violation of the Plakat Panjang agreement. Responding to this, the Minangkabau people fought back. The Kamang area became the basis of resistance against the tax, this resistance was led by religious and traditional leaders, one of which was Haji Abdul Manan.
“SIMBAS” Prinsip Pembelajaran Sejarah di MAN 1 Sukabumi: Suatu Langkah Peningkatan Kualitas Pendidikan di Tengah Tuntutan Realisasi SDGs dan Era VUCA” Muhamad Yusril Saepul Rohman; Agus Mulyana
FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol 11, No 1 (2022): Pembelajaran Sejarah di tengah Pandemi bagian 2
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia dan APPS (Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/factum.v11i1.45838

Abstract

Indonesia's declining quality of education can be due to changes in education not coupled with adaptive and dynamic change in principles of learning, especially in history learning. During this time the learning of history continues to make teachers the only learning resource and does not make technology the primary tool to support learning activities.In this study, researchers use a qualitative approach to study by descriptive methods to help researchers understand deeply the issues that are the focus of the researcher. As for the data-collection techniques used by researchers, interviews, observations, and documentary studies. Based on research activities already done at MAN 1 Sukabumi history learning schemes by applying a blended learning, youtube based model could create a new learning principle that the author calls the SIMBAS (ready, interactive, independent and free). SIMBAS is a principle of learning offered by the writer to change the mindset of the teacher of history in understanding the essence of today's learning, of the rigidity of the mindset by making the teacher the sole source of learning, to an adaptive and dynamic mind-set by making the teacher a facilitator. It is also hoped that it will bring about an innovation and a historical learning creation that will address the learning problem in the face of demands for realization of the Suistanable Development Goals (SDGs)  and the growing VUCA or Volatility, Uncertainty, Complexity,  Ambiguity challenge.Abstrak : Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan karena perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan tidak dibarengi dengan kesiapan perubahan prinsip pembelajaran yang adaptif dan dinamis, terutama dalam pembelajaran sejarah. Selama ini proses pembelajaran sejarah masih menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dan belum menjadikan teknologi sebagai perangkat utama untuk menunjang kegiatan pembelajaran.  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif agar peneliti bisa memahami secara mendalam masalah yang menjadi fokus peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan di MAN 1 Sukabumi skema pembelajaran sejarah dengan menerapkan model blended learning berbasis video youtube  bisa menciptakan prinsip pembelajaran baru yang peneliti sebut dengan istilah SIMBAS (Siap, Interaktif, Mandiri dan Bebas). SIMBAS merupakan prinsip pembelajaran yang ditawarkan oleh peneliti untuk mengubah mindset guru sejarah dalam memahami esensi pembelajaran dewasa ini, dari pola pikir yang bersifat kaku (rigidity) dengan menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, menuju pola pikir yang bersifat adaptif dan dinamis (agility) dengan menjadikan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Gagasan ini juga diharapkan dapat menghadirkan inovasi dan kreasi pembelajaran sejarah yang bisa menjawab masalah pembelajaran di tengah tuntutan realisasi Suistanable Development Goals (SDGs) dan tantangan di era VUCA atau Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.yang semakin tinggi.Keywords: Blended learning,, History Learning, Principles of learning, SDGS, VUCA
Kesenian Tarling: Pertunjukan Hiburan, Pendidikan, Media Komunikasi 1966-2000 Santi Sartika; Agus Mulyana
FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol 10, No 1 (2021): Seni dan Biografi dalam Pembelajaran Sejarah
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia dan APPS (Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/factum.v10i1.31629

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perkembangan kesenian di Kabupaten Cirebon pada tahun 1966-2000. Secara garis besar, masalah utama yang dikaji dalam artikel ini mengenai “bagaimana perkembangan fungsi kesenian tarling di Kabupaten Cirebon tahun 1966-2000. Untuk membahas permasalahan tersebut penulis melakukan kajian dengan menggunakan metode historis yang terdiri dari empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kesimpulan bahwa ada tiga fungsi dalam pertunjukan kesenian tarling. Pertama tarling berfungsi sebagai media hiburan, kesenian tarling digunakan untuk hiburan melekan(menjaga semalam suntuk) menemani masyarakat yang membakar bata, pesta panen, dan acara hajatan. Sebagai media pendidikan terdapat suatu ajaran nilai dan moral dalam setiap drama dan lirik-lirik lagu tarling yang di pertunjukan. Sebagai media komunikasi yaitu dalam pertunjukan tarling seringkali dibawakan menggunakan bahasa daerah, sehingga kekuatan komunikasinya dapat menjangkau warga desa yang masih buta huruf. Hal tersebut dijadikan sebagai media komunikasi oleh pemerintah, untuk mengantarkan pesan-pesan pembangunan. Ketiga fungsi tersebut yang membuat kesenian tarling mempunyai keunikan tersendiri sebagai ciri khas dan jati diri masyarakat Cirebon sehingga harus tetap dilestarikan.  
Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Nahdlatul Wathan untuk Menggali Nilai-Nilai Nasionalisme di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Kota Mataram Faidin Faidin; Agus Mulyana; Helius Sjamsuddin
Diakronika Vol 19 No 2 (2019): DIAKRONIKA
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.085 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol19-iss2/88

Abstract

Nahdlatul Wathan local content is particulary learning in Nahdlatul Wathan organization. It is expected that the implementation of this learning can explore the values of nationalism in establishing the national identity and national spirit. The purpose of this research is to describe the implementation of Nahdlatul Wathan local content in exploring the values of nationalism. This also describes the internalization and crystallization of the nationalism values ​​in teaching Nahdlatul Wathan, in which it is spearhead of a nation's strenght to respond the global challenges. The research uses a qualitative approach with case study method. The research is depicted the data from students’s age up of 17 and the teacher’s age is between 22 to 60 years old. The data were obtained through observation, interview, and documentation, those are analyzed by using two approaches, before in the field and during in the field. Futher, analyzing the data were reduction data, display data, and conclusions / verification. The results of the study revealed that the students were very enthusiastic, and felt the implementation of local content, in which the implementation material “Nahdlatul Wathan” with material “the role of Nahdlatul Wathan in nation’s building” and “the role of founder’s nation of Nahdlatul Wathan” produces the student’s the nationalism values of appreciate the heroes and lead higher the eastern values. Muatan lokal Nahdlatul Wathan adalah pembelajaran khusus di lingkungan organisasi Nahdlatul Wathan. Diharapkan dari pelaksanaan pembelajaran ini dapat menggali nilai-nilai nasionalisme dalam pembentukan identitas nasional dan semangat kebangsaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan pelaksanaan pembelajaran muatan lokal ke Nahdlatul Wathan-an dalam menggali nilai-nilai nasionalisme. Penelitian ini juga menguraikan internalisasi dan kristalisasi nilai-nilai nasionalisme dalam ajaran Nahdlatul Wathan sebagai ujung tombak kekuatan suatu bangsa dalam menjawab tantangan global. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Sumber informan adalah peserta didik yang berumur 17 tahun keatas dan guru berumur antara 22 hingga 60 tahun. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan dua pendekatan yakni sebelum di lapangan dan selama dilapangan dengan data reduksi, data display, dan Gambaran kesimpulan/Verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik sangat semangat dan antusias dalam implementasi muatan lokal nahdlatul wathan, yang mana implementasi materi “peran Nahdlatul Wathan dalam pembangunan bangsa” dan “peran pendiri Nahdlatul Wathan” menghasilkan Peserta didik yang memiliki nilai nasionalisme dalam menghargai pahlawan dan menjujung tinggi nilai ketimuran.
PEMBELAJARAN SEJARAH BERWAWASAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA MENGGUNAKAN BANGUNAN KEAGAMAAN HISTORIK DI KOTA MEDAN Septiansyah Tanjung; Agus Mulyana
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v6i1p152-163

Abstract

This article backgorunds departs from the diversity of beliefs in Indonesia, especially in the city of Medan and how to achieve inter-religious harmony through learning history. Concepts and facts about the condition of religious life in Indonesia are presented in the discussion of this article. Then, how to achieve harmony through education is explained conceptually through a history learning approach. Historical learning with the perspective of inter-religious harmony is a historical lesson that integrates the values of tolerance in the life of religious plurality. The development of this learning can raise local content and optimize historical heritage as a learning resource. Religious buildings, in this case houses of worship, are historical commodities that have the potential to be used in learning history with the perspective of inter-religious harmony. Good learning planning can realize the internalization of the values of recognition, respect and tolerance in the plurality of religions in the city of Medan through learning history. But in its development, history teachers must still refer to the demands of the applied curriculum. Harmonization pursued through learning history is believed to be an important social capital to create stability in national development. Latar belakang penulisan artikel ini berangkat dari keberagaman berkeyakinan di Indonesia khususnya di Kota Medan dan bagaimana mewujudkan kerukunan antar umat beragama melalui pembelajaran sejarah. Konsep dan fakta data kondisi kehidupan beragama di Indonesia disajikan dalam pembahasan artikel ini. Kemudian, bagaimana upaya-upaya mewujudkan keharmonisan tersebut melalui pendidikan diuraikan secara konseptual melalui pendekatan pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah berwawasan kerukunan antar umat beragama adalah pembelajaran sejarah yang mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan pluralitas beragama. Pengembangan pembelajaran tersebut dapat mengangkat konten-konten lokal dan mengoptimalkan peninggalan sejarah sebagai sumber belajar. Bangunan-bangunan keagamaan dalam hal ini rumah ibadah merupakan komoditi sejarah yang sangat potensial digunakan dalam pembelajaran sejarah berwawasan kerukunan antar umat beragama. Perencanaan pembelajaran yang baik dapat mewujudkan internalisasi nilai-nilai pengakuan, penghormatan, dan toleransi dalam pluralitas beragama di Kota Medan melalui pembelajaran sejarah. Namun dalam pengembangannya, guru sejarah harus tetap mengacu kepada tuntutan kurikulum yang diterapkan. Harmonisasi yang diupayakan melalui pembelajaran sejarah ini diyakini sebagai suatu modal sosial penting untuk menciptakan stabilitas dalam pembangunan bangsa.
PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (STUDI KUASI EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMAN 1 BANDUNG) Siska Nurmalasari; Agus Mulyana; Isrok’atun
Jazirah: Jurnal Peradaban dan Kebudayaan Vol 1 No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51190/jazirah.v1i1.10

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian pendidikan yang menggunakan kaidah kuasi eksperimen tentang pembelajaran sejarah yang dilakukan penelitiannya pada peserta didik Kelas XI Jurusan IPS. Dalam penelitian ini coba memaparkan bagaimana penggunaan model pembelajaran Flipped Classroom untuk mengukur hasil belajar peserta didik saat pembelajaran sejarah. Flipped Classroom itu sendiri merupakan sebuah strategi dan metode pembelajaran membalikkan (flip) kondisi kelas konvensional. Jika dalam kondisi kelas konvensional, guru menyampaikan materi di dalam kelas lalu diikuti dengan penugasan di rumah maka pada flipped classroom ini, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dipelajari. Model flipped classroom ini efektif untuk mempersiapkan peserta didik sebelum belajar sejarah. Dengan memiliki pengetahuan dan kemampuan awal (cognitive entry behaviour) mereka diharapkan lebih siap dan lebih interaktif dalam pembelajaran sejarah. Peran guru sebagai penyampai informasi (transfer of knowledge) semakin berkurang dan bergeser menjadi fasilitator pembelajaran melalui tugas-tugas dan rancangan aktivitas yang menantang. Tidak semua materi harus dijelaskan secara verbalis. Peserta didik sudah belajar di rumah melalui berbagai sumber dan media pembelajaran yang telah disiapkan guru. Hanya saja, dengan model ini guru diharapkan memiliki kemampuan dan literasi data dan teknologi serta ICT yang memadai serta memiliki kreatifitas tanpa batas. Pembelajaran masa kini menekankan agar peserta didik mendapatkan nilai dan esensi dari materi-materi pelajaran sejarah dengan memanfaatkan teknologi menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi peserta didik dan bisa lebih memicu peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
PERANAN BRIGADE MOBILE DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1946-1949 Agung Nugraha; Agus Mulyana; Achmad Iriyadi
FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2018): Sejarah Lokal dan Pembelajaran di Sekolah
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia dan APPS (Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/factum.v7i1.11924

Abstract

This research is entitled “The Role of Mobile Brigade Corps in Defending the Independence (19461949)”. The researcher chose this problem because Mobile Brigade Corpse was the main pioneer in defending the independence. At the time of defending the independence, this Mobile Brigade Corps was not disbanded by Japan so that the Mobile Brigade Corps was really essential in defending Indonesia’s independence. The main problem of this research is “How were the role of Mobile Brigade Corps in defending the independence?” The method used is the method of historical research by doing four steps of research which are heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The technique used in data collection is literature study by reviewing the sources of literature relevant to the issues studied. Based on the research results, it can be explained that: First, before the independence, there is a change in the role performed by Mobile Brigade Corps. In the time of the Dutch colonialism, the role of the Mobile Brigade Corps was to maintain security and order but during the Japanese colonialism the role of Mobile Brigade Corpse is combat troops in helping Japan to face the Allies. Second, the early days of independence were marked by Japan’s surrender to the Allies. After Japan surrendered to the Allies, all Japanese-formed military organizations were disbanded except the Mobile Brigade Corps. Under that condition, the Mobile Brigade Corpse joined the Indonesian republic. After joining the Indonesian republic, the role of the Mobile Brigade Corps was to disarm Japan along with the people. The disarmament results are then distributed to the struggle agencies. When entering the period of defending the independence, the role of the Mobile Brigade Corps is to fight against the threat of the Allies and the Netherlands. The resistance was carried out by the Mobile Brigade Corps along with other struggling agencies such as the People’s Security Army.
Pemikiran Mahbub Djunaidi Tentang Agama dan Politik Pada Tahun 1970-1995 Ulfiyana Latifah; Agus Mulyana
FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol 8, No 1 (2019): Tokoh dan Komunitas Sejarah
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia dan APPS (Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/factum.v8i1.20119

Abstract

Mahbub Djunaidi is a thinker figure from Nahdlatul Ulama. When he became a columnist in 1970-1995, many of his thoughts poured in the newspapers. In the article, Mahbub Djunaidi talked about things related to religious and political aspects. This study outlined the question “How was Mahbub Djunaidi’s thought about religion and politics in 1970-1995?” To answer the question, this study used historical methods which consist of the heuristic stage, source criticism, interpretation and historiography as well as the research technique of literature study and interviews with some relevant sources from the problems researched. Based on the results, it could be found that Mahbub Djunaidi was a columnist from the Nahdlatul Ulama circle which in his writing poured many thoughts on religion and politics. His thought towards religion in 1970-1995 discussed many things social life that can not be separated from Ahlussunnah Wal Jama’ah.Whilst his thought about politics discussed many things about the relationship betweenIslam and the state, as well as the relationship between Nahdlatul Ulama and thestate that can not be separated from the democracy school of thought. This research isexpected to be a reference for the next research, so it can present new facts that have notbeen revealed from this research.
Co-Authors Achmad Iriyadi Agung Nugraha Agung Syahriman Ai Lisnawati Alfia Usmi Latifah Anindya Syifa Nuraini Annisa Azzahra Julianty Annisa Dwi Hamdani Annisa Laela Putri Ari Sujarwadi Aulia Marhamatun Nufus Dede Sulastri Dela Lestari Desi Nursyifa Ramdhani Detania Hidapenta Dhilla Pratiwi Dinie Anggraeni Dewi Divaliya Nafisa Elis Rina Nuraeni Erlina Wiyanarti Faidin Faidin Haifa Annisa Haifa Hafsah Tsalisa Helius Sjamsuddin Hendra Kurniawan Idah Mujahidah Iis Siti Nurbaiti Ika Pra Sauma Ilva Althoviyah Ismi Rahmayanti Isrokatun Isrokatun Jannah Mutiarani Pradana K. Sathis Kumar Karina Nur Safitri Lailatul Qurrota Ayuni Leli Yulifar Lionar, Uun Livia Aliyah Alfita Melani Khalimatu Mila Deskia Moch Fitran Naufaldy Muhamad Yusril Saepul Rohman Murdiyah Winarti Nabila Mufidah Rohmah Nabila Tri Naila Zahra Nur Makiyyah Nana Supriatna Nandia Kiranti Naufal Latifah Nazwa Kusumawicitra Nazwa Putri Rizkita Neng Nisa Audina Agustina Nur Laeli Asyahidah putri khairunnisa Restu Rahayu Retno Ayu Oktaviani Rico Mulyawan Rida Nazmi Farhani Ridha Haifarashin Ridho Bayu Yefterson Rifa Fauziah Kamal Rini Afriani Rizma Rubia Ningsih Salma Hefty Salma Irdhillah Santi Sartika Sapriya Sapriya Selvi Triwanvi Septiansyah Tanjung Serli Malini Siska Nurmalasari Siti Nur Aprilianti Sofian Putri Lumban Gaol Syahid Musthofa Akhyar Syifa Dilla Khansa Tendy Choerul Kamal Tin Rustini Tiur Nurmayany Raharjo Tsabit Azinar Ahmad Ulfiyana Latifah Uun Lionar Vesha Nuriefer Haliza Wawan Darmawan wildan Insan Fauzi Yeni Kurniawati Yeni Kurniawati Sumantri Zahra Amanda Koswara Zahra Aulia Yusuf Zahra Imelda Putri