Claim Missing Document
Check
Articles

The Relationship of Age, Parity and Body Mass Index as Risk Factors to the Incidence of Uterine Myoma in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Ilma, Nurul; Tjahyadi, Dian; Judistiani, Tina Dewi
Althea Medical Journal Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.167 KB)

Abstract

Background: Uterine myoma is a benign gynecological tumor which is commonly occurred in women. The incidence of uterine myoma in the world is 20–35% while in Indonesia is about 2.4–11.7%. Age, parity, and body mass index are correlated with the incidence of uterine myoma. This study aimed to determine the relationship among those factors towards uterine myoma, and to identify the prognostic value of body mass index in order to prevent uterine myoma.Methods: A case-control study was conducted to examine 394 medical records of patients with uterine myoma at Department of Obstetrics and Gynecology Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from 2006 to 2011.  The case group were 133 and the control group were 261. The data were the subject’s weight, height, age, and parity. The correlation among all variable and the occurrence of uterine myomas were conducted using multiple logistic regression analysis.Results: There was no different range of age between the two groups. The incidence rate ratio of parity was 2.254 (95% confidence interval:1.310–3.876), followed by body mass index>33.0 incidence rate ratio was 1.691 (95% confidence interval: 0.477–5.994). From the receiver operating characteristic curve, it could be seen that the cut-off points for body mass index was 20.44 kg/m², and the risk of uterine myomas scaled up as the increase of body mass index.Conclusions: Parity and BMI can affect the risk of uterine myomas. To prevent the incident of uterine myomas, parity must be limited and BMI must be below the cut-off points (20.44 kg/m²). DOI: 10.15850/amj.v2n3.485
GANGGUAN GIZI BALITA DI DESA MEKARGALIH KECAMATAN JATINANGOR - SUMEDANG: MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT Judistiani, Tina Dewi; Fauziah, Annisa; Astuti, Sri; Yuliani, Anita; Sari, Puspa
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.373 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i2.12830

Abstract

Penanggulangan gangguan gizi balita membutuhkan tindak lanjut yang terencana hingga level layanan primer. Data dasar dibutuhkan untuk menilai besarnya beban masalah tersebut. Penelitian deskriptif  potong lintang  dilakukan  bulan Maret 2015  di Desa Mekargalih Kecamatan Jatinangor, yang termasuk wilayah asuhan Program Studi Diploma 4 Kebidanan Fakultas Kedokteran Unpad.    Telah dikumpulkan data primer antropometri, usia dan jenis kelamin balita usia 3-5 tahun. Analisis indikator merujuk pada kurva World Health Organization-National Center for Health Statistics (WHO-NCHS) sesuai SK Menkes RI no 1995/Menkes/SK/XII/2010.Hasil penelitian menunjukkan komposisi balita 3-5 tahun  di Desa Mekargalih terdiri atas 65 (38,9%) anak laki laki dan 102 (61,1%) anak perempuan. Besar masalah gizi buruk-kurang mencapai 10,8%,  wasting  7,8% dan  stunting sebesar 16,2%.  Perbandingan proporsi  balita yang mengalami gangguan gizi  antara balita  perempuan terhadap laki-laki adalah : 12,8% vs 7,7% (gizi buruk-kurang),  18,6% vs 12,3% (stunting). Proporsi wasting  pada balita perempuan lebih rendah   (7,9% vs 9,2%). Simpulan :   Gangguan gizi balita usia 3-5 tahun di Desa Mekargalih Kecamatan Jatinangor merupakan masalah kesehatan masyarakat tingkat sedang. Balita perempuan lebih rentan mengalami gangguan gizi. Perlu diupayakan  perbaikan gizi  terpadu bagi tiap individu dengan pendampingan tenaga kesehatan.Kata Kunci :  Balita, masalah kesehatan masyarakat, status gizi
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP PENGETAHUAN MENYUSUI KELOMPOK PENDUKUNG ASI DI DESA MEKARGALIH DAN CIPACING KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG astuti, sri; susanti, Ari indra; Judistiani, Tina Dewi
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 3 (2016): Volume 1 Nomor 3 Maret 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.027 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i3.10360

Abstract

Survei kesehatan (Riskesdas) tahun 2010 melaporkan bahwa ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 15,3% di Indonesia. Pada tahun 2013, ibu yang melakukan pemberian ASI eksklusif sebesar 25,4% di wilayah Jawa Barat. Angka ini semakin menurun terutama di tingkat kecamatan. Hal ini berperan dalam peningkatan prevalensi gizi buruk pada anak-anak di bawah usia 6 bulan yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan angka kematian anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pemberian ASI Eksklusif terhadap pengetahuan menyusui Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) yang dilaksanakan di Desa Mekargalih dan Cipacing, Kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental pretest posttest design yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling sebanyak 100 responden dari Desa Mekargalih dan Desa Cipacing. Penelitian ini menggunakan data primer dengan memberikan kuesioner kepada responden sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dan pembentukan KP-ASI. Untuk menganalisis pengaruh (hubungan)  pelatihan pemberian ASI Eksklusif terhadap pengetahuan menyusui KP-ASI digunakan analisis T-Test dan Rank Spearman. Hasil penelitian didapatkan pengetahuan tentang pemberian ASI pada kelompok pendukung ASI di kedua desa sebelum dan setelah pelatihan terbanyak kurang, dan  menunjukkan pengaruh yang bermakna pelatihan pemberian ASI Eksklusif terhadap pengetahuan menyusui KP- ASI  (p<0.05). Pembentukan dan pelatihan KP-ASI dapat meningkatkan pengetahuan menyusui KP-ASI sehingga mendorong para ibu untuk melakukan pemberian ASI Eksklusif.Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan, KP-ASI
Prevalence of Urinary Incontinence in Women aged 20–59 years in Community Dwellings Wardani, Ratuafni Shafrina; Judistiani, Raden Tina Dewi; Siddiq, Amillia
Althea Medical Journal Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.743 KB) | DOI: 10.15850/amj.v4n2.1070

Abstract

Background: Urinary incontinene (UI) is the symptomof involuntary leakage of urine. Three types of urinary incontinence are stress UI, urge UI, and mixed UI. This study was aimed to determine the prevalence of urinary UI in women and to identify the most common type of UI.Methods: A descriptive study was conducted to 191 women age 20–59 in two villages in West Java, Indonesia. Subjects were visited door-to-door and interviewed using a standardized questionnaire for data collection. The study was conducted in February 2014. The variables of this study were age, parity, and the prevalence of urinary incontinence. The collected data were presented using frequency tabulation and percentage.Results: From 191 respondents, thirty eight subjects had UI. The prevalence of urinary incontinence was 19.90% which consisted of prevalence of stress UI (7.33%), urgency UI (9.43%), and mixed UI (3.14%). The prevalence of UI in 20–29 year age group was 3.23%, 30–39 year age group was 9.72%, 40–49 year age group was 27.69%, and 50–59 year age group was 52.17%. Prevalence of UI in nulliparous women was 5%, primiparous was 10.25%, multiparous with 2 childbirths was 23.61%, and multiparous with 3 childbirths or more was 26.67%.Conclusions: Prevalence of UI in women in community dwelling is 19.90%, which is higher than previous study from Indonesia and other Asian countries. Urgency UI is the most common type of UI. Prevalence of UI increases with age and parity. DOI: 10.15850/amj.v4n2.1070
Evaluasi Kegiatan Utama Pelayanan Posyandu Di Kecamatan Jatinangor Fani, Regina Chintya; Nirmala, Sefita Aryuti; Judistiani, Tina Dewi
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 1 (2017): Volume 3 Nomor 1 September 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.523 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i1.13966

Abstract

Posyandu adalah Pos Pelayanan Terpadu yang merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Pelayanan Posyandu dilaksanakan kader dan saat ini seluruh desa di wilayah Provinsi Jawa Barat telah memiliki kader kesehatan, hanya saja dalam pelaksanaannya masih terdapat kegiatan utama pelayanan Posyandu yang tidak dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kegiatan utama pelayanan di Posyandu Kecamatan Jatinangor. Metode Penelitian ini menggunakan metode obsevasional bersifat kuantitif dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Posyandu pada tanggal 05 Agustus - 20 Agustus 2016. Pengumpulan data dlakukan dengan menggunakan daftar tilik dan teknik consecutive sampling yang berjumlah 14 Posyandu dari 10 Desa di kecamatan Jatinangor dan menggunakan analisis Univariat. hasil penelitian ini menunjukan 15,9% ibu hamil yang periksa mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, 27,8% pelayanan yang dibutuhkan, konseling akseptor KB dilaksanakan dan 0.31% pemberian oralit yang dilaksanakan. Simpulan penelitian ini adalah kegiatan utama pelayanan Posyandu masih belum terlaksana dengan baik, sehingga masih perlu evaluasi dan tindak lanjut secara berkala terhadap kegiatan utama yang telah dikerjakan di posyandu.Kata Kunci : Kegiatan utama, Pelayanan, Posyandu
Faktor Predisposisi Bidan dalam Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) Khairunnisa, Dhea Nevira; Handayani, Dini Saraswati; Nirmala, Sefita Aryuti; Astuti, Sri; Judistiani, Tina Dewi
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 3, No 4 (2018): Volume 3 Nomor 4 Juni 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.205 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v3i4.18498

Abstract

     Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Program SDIDTK adalah program pokok Puskesmas DTP Kota Bandung yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan khususnya oleh bidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor predisposisi bidan dalam pelaksanaan program SDIDTK. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah seluruh bidan yang bekerja di Puskesmas DTP Kota Bandung, berjumlah 75 bidan. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada bidan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli  - Agustus 2016. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bidan berumur 26-30 tahun 37 orang (49,3%), berpendidikan D3 66 orang (88,0%), lama bekerja >5 tahun 37 orang (49,3%), pernah pelatihan 15 orang (20,0%) dan lama pelatihan <1 tahun,1-2 tahun, >3 tahun masing-masing 5 orang (6,7%). Gambaran bidan yang memiliki pengetahuan cukup 39 orang (52,0%) dan memiliki sikap positif 39 orang (52,0%) Simpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap bidan yang merupakan faktor predisposisi dalam pelaksanaan program SDIDTK dapat dikatakan masih dalam kategori cukup. Pelatihan SDIDTK, seminar atau workshop mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak sangat disarankan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan bidan mengenai SDIDTK.Kata Kunci : Bidan, Faktor Predisposisi, SDIDTK
TINJAUAN KASUS KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL Nirmala, Sefita Aryuti; Judistiani, R.Tina Dewi; Astuti, Sri; Aprianti, Wulan Tanti
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol 4 No 2 (2018): The Southeast Asian Journal of Midwifery
Publisher : Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terdapatnya Angka Kematian Ibu (AKI)&nbsp; dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Kabupaten Sumedang disebabkan oleh kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Kegawatdaruratan Maternal merupakan kejadian berbahaya yang dapat mengancam jiwa akibat dari masalah kehamilan, persalinan, atau nifas. Kegawatdaruratan Neonatal merupakan kejadian yang mengancam jiwa bayi baru lahir usia 0-28 hari. Terdapat jumlah kematian ibu bersalin 1 orang di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari dan kematian neonatal terdapat 8 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED Tanjungsari tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan potong lintang. Data diperoleh secara retrospektif dari rekam medik pasien yang mengalami kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Puskesmas PONED Tanjungsari Kabupaten Sumedang pada tahun 2015. Kasus kegawatdaruratan Maternal yang sering terjadi di Puskesmas Tanjungsari adalah Ketuban Pecah Dini dengan jumlah 28 kasus (37,8%). Pada tahun 2015 di Puskesmas PONED Tanjungsari tidak tercatat dan tidak terdapat kegawatdaruratan Neonatal. Karakteristik Umur maternal yang mengalami kegawatdaruratan terbanyak dari rentan usia 20-35&nbsp; tahun dengan jumlah kasus 51 kasus (68,9%). Paritas 2-3 dengan jumlah kasus 37 (50%). Luaran kasus rujukan dengan kondisi sehat 72 kasus (97,3 %) dan mengalami komplikasi 2 kasus (2,7%). Kasus kegawatdaruratan yang terjadi di Puskesmas Tanjungsari terbanyak adalah Ketuban Pecah Dini dengan karakteristik umur maternal yang sering mengalami kegawatdaruratan rentan umur 20-35 tahun dan paritas 2-3, Puskesmas Tanjungsari telah melakukan prosedur klinik sebelum merujuk dengan melakukan stabilisasi pasien sebelum dirujuk dan merujuk pasien kegawatdaruratan pada rumah sakit PONEK terdekat dengan luaran kasus rujukan keadaan maternal sebagian besar sehat sampai pada rumah sakit PONEK.
Strong Positive Correlation between Neutrophil-to-lymphocyte Ratio and C-reactive Protein in Early Onset Sepsis Ghrahani, Reni; Yuniati, Tetty; Judistiani, Raden Tina Dewi; Setiabudiawan, Budi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 51, No 4 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v51n4.1421

Abstract

Sepsis is a life-threatening disease with a high number of mortality in premature infants. Premature infants have immature immune systems, with less pool neutrophils and imperfect ability to destroy pathogen. Neutrophil function is  supported by lymphocyte’s ability to form antibody or specific cell-surface receptors for particular antigens. This underlies the use of neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR) as an inflammation marker to detect and assess the severity of sepsis. C-reactive protein (CRP) is known as an acute phase reactant. Neutrophil-to-lymphocyte ratio is an easier, fast, and inexpensive method when compared to CRP. The aim of this study was to evaluate the correlation between NLR and CRP in detecting early-onset sepsis (EOS) in premature infants. A cross-sectional study was conducted on 53 premature infants born and hospitalized in a hospital in Indonesia who were recruited during the period of April to October 2018.  Blood was sampled from the umbilical cord at birth for laboratory examination. The NLR was determined as the ratio of neutrophil to lymphocyte count. The Tollner scoring system was used to identify sepsis. Mann Whitney-U test and Spearman Correlation test were computed for the statistical analysis. neutrophil-to-lymphocyte ratio which results showed a strong positive correlation with CRP (r= 0.702, 0=0.001) in premature infants with EOS. Leukocyte count was lower in infants with EOS than those without EOS group (median; IQR, x103: 8.9 (6.3-13.8) vs 12.5 (10.1- 16.1); p=0.016). Neutrophil-to-lymphocyte ratio and CRP tended to be lower in EOS group when compared to  that of the non-EOS group. In conclusion, NLR has a strong positive correlation with CRP in premature infants with EOS. Korelasi Positif Kuat antara Neutrophil-to-lymphocyte dan C-reactive protein pada Sepsis Awitan DiniSepsis pada bayi prematur adalah keadaan mengancam jiwa dengan mortalitas tinggi. Bayi prematur memiliki sistem imun imatur, sedikit persediaan neutrofil serta fungsi  belum sempurna untuk melawan patogen. Fungsi neutrofil didukung limfosit membuat antibodi serta reseptor permukaan spesifik untuk antigen tertentu. Neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR) diajukan untuk petanda inflamasi, mendeteksi dan menentukan derajat sepsis, sedangkan C-reactive protein (CRP) telah diketahui sebagai protein fase akut. Neutrophil-to-lymphocyte ratio adalah pemeriksaan yang lebih mudah, cepat, murah dibandingkan dengan CRP. Penelitian potong lintang ini bertujuan mengevaluasi korelasi NLR dengan CRP untuk mendeteksi sepsis awitan dini pada 53 bayi prematur, yang lahir dan dirawat di rumah sakit kami, selama April-Oktober 2018. Sampel darah dari tali pusat pada saat lahir. Neutrophil-to-lymphocyte ratio adalah rasio jumlah neutrofil terhadap limfosit. Skoring Tollner digunakan untuk mengidentifikasi sepsis. Analisis statistik menggunakan Uji Mann-Whitney dan korelasi Spearman. Korelasi positif antara NLR dengan CRP di antara bayi prematur dengan sepsis awitan dini adalah r=0,702, p=0,001. Bayi dengan sepsis awitan dini memiliki jumlah leukosit lebih rendah dibanding bayi non-sepsis (median; IQR, x103: 8,9 (6,3-13,8) vs 12,5 (10,1- 16,1); p=0,016). Neutrophil-to-lymphocyte ratio dan CRP lebih rendah pada kelompok sepsis dibanding non-sepsis. Simpulan, NLR memiliki korelasi positif kuat dengan CRP pada bayi prematur dengan sepsis awitan dini.
Comparison of Knowledge, Attitude, Motivation-to-Breastfeed Exclusively between Allied Health Students and Students of Other Fields at Universitas Padjadjaran Astuti, Sri; Judistiani, Tina Dewi; Rahmiati, Lina; Susanti, Ari Indra
Majalah Kedokteran Bandung Vol 48, No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.468 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v48n3.848

Abstract

Comparison of Knowledge, Attitude, and Motivation-to-Breastfeed Exclusively between Allied Health Students and Students of Other Fields at Universitas PadjadjaranUniversity students are among future intellectuals who will play an important role in community education and empowerment, especially on the topic of exclusive breastfeeding, in which the coverage is low in Indonesia. This study aimed to compare students’ knowledge, attitude, and motivation-to-breastfeed exclusively between allied health studies (AHS), i.e medicine and midwifery,  and other fields studies (OFS), i.e. psychology, communication, literacy, and farming. Further information will be gained from exploring the correlation of knowledge-attitude, as well as attitude - motivation in both groups. A study was conducted among Indonesian female students in their final year of bachelor degree in October to November 2013. The subjects recruited were 196/340 female AHS and 300/633 female OFS. The remaining students were absent at data collection time. Validity and reliability of the questionnaires were satisfactory. Ethical clearance was obtained from the Committee on Health Research Ethics, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran. The mean scores must be higher than the cut off points to pass. Student’s T test result showed a highly significant difference (AHS vs OFS group: 83.1 vs 71.1 for  knowledge, 91.3 vs 86.4 for attitude, and 88.3 vs 83.6 for  motivation-to-breastfeed exclusively,  p<0.001). It is revealed also that the correlation index between knowledge-attitude as well as attitude -  motivation-to- breastfeed exclusively were higher in AHS group, but some AHS students scored lower than the OFS students. Discussion on this topic is presented in this article. Corrective interventions are needed for students who scored low.  This study shows a satisfactory students’ scores of knowledge, attitude, motivation-to-breastfeed exclusively. The AHS group has a better performance and correlation index between  knowledge and attitude, attitude and  motivation-to-breastfeed exclusively. [MKB. 2016;48(3):176–80]Key words: Allied health students, attitude, knowledge, motivation-to-breastfeed exclusively, students of other fields Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku, serta Motivasi Menyusui pada Mahasiswi Fakultas Medis dan Non-medis di Universitas PadjadjaranMahasiswi universitas yang keberadaanya di antara para intelektual masa depan mempunyai peran penting dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya mengenai air susu ibu (ASI) eksklusif yang mempunyai cakupan rendah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan membandingkan pengetahuan, sikap, dan motivasi untuk menyusui secara eksklusif antara beberapa studi kesehatan (AHS), yaitu kedokteran dan kebidanan, serta studi bidang lain (OFS), yaitu psikologi, komunikasi, sastra, dan pertanian. Informasi lebih lanjut akan mengeksplorasi hubungan pengetahuan, sikap, serta sikap-motivasi pada kedua kelompok. Penelitian ini dilakukan dari Oktober–November 2013. Sampel terdiri atas 196/340 perempuan AHS dan 300/633 OFS perempuan di Universitas Padjadjaran. Sampel yang tidak diambil adalah mahasiswi yang tidak hadir pada saat pengumpulan data. Validitas dan reliabilitas kuesioner yang memuaskan. Izin etik diperoleh dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hasil nilai yang lebih tinggi mempunyai poin untuk lulus. Hasil uji-t mahasiswi menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (AHS vs kelompok OFS adalah 83,1 vs 71,1 untuk pengetahuan, 91,3 vs 86,4 sikap, dan 88,3 vs 83,6 motivasi untuk menyusui secara eksklusif, p<0,001). Indeks korelasi antara pengetahuan dan sikap serta sikap dengan motivasi untuk menyusui secara eksklusif lebih tinggi pada kelompok AHS, namun beberapa mahasiswi AHS mempunyai nilai lebih rendah daripada mahasiswi OFS. Hal tersebut dibahas dalam artikel, intervensi korektif yang diperlukan antara mahasiswi yang mendapat nilai rendah. Penelitian ini menunjukkan hasil yang memuaskan pada nilai mahasiswi tentang pengetahuan, sikap, dan motivasi untuk menyusui secara eksklusif. Kelompok AHS menunjukkan kinerja dan indeks korelasi yang lebih baik antara pengetahuan dan sikap, sikap dengan motivasi untuk menyusui secara eksklusif. [MKB. 2016;48(3):176–80]Kata kunci: Mahasiswi kesehatan, motivasi untuk menyusui secara eksklusif, mahasiswi non-kesehatan, sikap dan pengetahuan
Korelasi Asupan Zat Besi dan Protein dengan Kadar Ferritin Serum Ibu Hamil di Kabupaten Waled dan Sukabumi Gumilang, Lani; Judistiani, Tina Dewi; Nirmala, Sefita Aryuti; Wibowo, Ari
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 5 No 2 (2021): HIGEIA: April 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/higeia.v5i2.44805

Abstract

erritin is a measure of iron deficiency. Ferritin is a protein that is important in iron metabolism. Under normal conditions, ferritin stores iron which can be recovered for use as necessity. A cross-sectional study with correlational analysis design was carried out as part of the cohort study of pregnant women with the title Role of Vitamin D in Reducing Maternal and Infant Mortality in West Java. The number of samples was adjusted to the allocation of available funds, and successfully recruited as many as 150 pregnant women consecutively from the working area of Al Mulk and Waled General Hospital. The relationship between iron intake and serum ferritin levels was obtained p = 0.009, OR = 5,181; IK = - (2,881-0,410). The relationship between protein intake and serum ferritin content was obtained p = 0,041, OR = 0,142; IK = (0,084-3,823). There is a significant relationship between protein intake and iron intake with serum ferritin levels. Low intake of protein and iron significantly related to low serum ferritin levels as a risk factor. Keywords: Iron, Protein, Ferritin Serum, Pregnant Woman
Co-Authors Abdullah, Sakina Ahmad Rizal Akhmad Yogi Pramatirta, Akhmad Yogi Amillia Siddiq, Amillia Ani Kusumastuti Anita Deborah Anwar Anita Yuliani Anita Yuliani, Anita Annisa Fauziah Annisa Fauziah, Annisa Aprianti, Wulan Tanti Ari indra Susanti Ari Wibowo Astuti Diah Bestari Ayu Alia Bakhtiar Bakhtiar Benny Hasan Purwara Budi Handono Budi Setiabudiawan Budi Setiabudiawan Budi Setiabudiawan Budi Setiabudiawan Dany Hilmanto Devi Nurlaelasari Dewi Marhaeni Diah Herawati Dhea Nevira Khairunnisa Dian Nurlaela Dian Tjahyadi Dini Hidayat Dini Saraswati Handayani Endang Sutedja Fani, Regina Chintya Farid Husin Farid Husin Fedri Ruluwedrata Rinawan Firman Fuad Wirakusumah Hadyana Sukandar Intan Karlina Irman Permana Irna Kurnia Aprillani Johannes Cornelius Mose Jusuf Sulaeman Effendi Khairunnisa, Dhea Nevira Lani Gumilang Linasari, Desy Lulu Eva Rakhmilla, Lulu Eva Martini, Neneng Mastiur Julianti Meita Dhamayanti Meita Dhamayanti Merry Wijaya Neli Sunarni Neneng Martini Neneng Martini NURUL AZIZAH Nurul Ilma Nurul Ilma, Nurul Oki Suwarsa Pajajaran, Badar Muhammad Puspa Sari Puspa Sari Puspa Sari Puspa Sari, Puspa Rahmiati, Lina Ramdhan, Muhammad Raihan Ranti Febriyani Ratuafni Shafrina Wardani Regina Chintya Fani Reni Ghrahani Rizki Nadiya Putri Rufaindah, Ervin Sari Puspa Dewi Sefita Aryuti Nirmala Sefty Mariany Samosir Setyorini Irianti Sri Astuti Sri Astuti Sri Astuti Sri Hastuti, Tuti Sri Rahayu Sumawan, Herman Sunjaya, Deni i Kurniad Sylvia Rachmayati Tan, Zaki Miftah Nalalindra Tetty Yuniati Tetty Yuniati Tetty Yuniaty Timoty Krisna Sukoco Tita H Madjid Tita Husnitawati Madjid Tri Hanggono Achmad Tuti Wahmurti Wahyu Nuraisya Wardani, Ratuafni Shafrina Widi Pertiwi Wulan Tanti Aprianti Yessika Adelwin Natalia Yuni Susanti Pratiwi Zahrotur R Hinduan