Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

POTENSI PERANCANGAN WEB RESPONSIVE SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Dewi Immaniar; Iswahyudi Iswahyudi; Wahyu Setiono
CCIT Journal Vol 9 No 2 (2016): CCIT JOURNAL
Publisher : Universitas Raharja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.382 KB) | DOI: 10.33050/ccit.v9i2.493

Abstract

Currently the communication media very grown rapidly. The world was know new communication model, known as the internet. Internet is a global network that enables the establishment of communication and interaction across the globe. One very well-known form is a web-site. As the media dissemination of information through visual communication, web site is a potential and an outstanding job for visual communication designer. But sometimes a web site that has terpublis less display design principles that are executed in harmony. Rules of designing web sites less attention. Design a website in principle the same as visual communication design. Critical elements in the design of visual communication as typografi, illustration and photography are key design planning web-site display. In its design, the web is implemented using Bootstrap framework. Bootstrap itself is used as a means to create websites that can be integrated automatically when accessed on any device including PC, tablets and smartphones. In addition, the draft will be enhanced or supported by PHP, CSS, HTML, and SQL Server and design visual design with application of vector processing program and image processing program applications. Understanding of design principles and design rules are very helpful in designing web sites become more harmonious as a promotional medium of visual communication.
KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE KUALA LANGSA Kurnia Tari; Iswahyudi Iswahyudi; Dolly S Siregar
Jurnal Belantara Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.571 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v3i2.567

Abstract

Langsa City is mostly in the form of land and coastal areas, especially the Kuala Langsa area which has the potential to be developed into an ecotourism development area because the mangrove ecosystem is still natural and preserved. This study aims to determine the level of land suitability for the development of mangrove forest ecotourism in Kuala Langsa. Primary data in the form of mangrove density, mangrove thickness, types of mangroves, tides, and biota objects were obtained through observation at 6 observation locations using Purposive sampling and Line transect point methods, while secondary data included geographical conditions, and tidal data obtained through literature studies. Vegetation data were analyzed by calculating plant species density and tourism suitability analyzed using tourism suitability index (IKW). Mangrove species found at the study site included, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia caseolaris and Xylocarpus granatum. The results showed that the IKW value of 60% included in the S2 category (as appropriate). The limiting factor is the density of mangroves which only have a value of 8 with the S3 conformity category (as conditional). With the limiting factor is the density of mangroves which only have a value of 4 with the suitability category S3 (not suitable). As for suggestions that can be given to the manager of Kuala Langsa mangrove forest Ecotourism so that the existence of Ecotourism can be sustainable is the need for Pentahelix Synergy in the management of the ecotourism.
Profll Narakontak Serumah Penderita Kusta di Puskesmas Talango Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Tahun 2005 Iswahyudi Iswahyudi; Mudatsir Mudatsir
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 6, No 3 (2006): Volume 6 Nomor 3 Desember 2006
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak,  Narakontak   kusta  adalah   kelompok    paling  berisiko    terjangkitnya   kusta  dan  kelompok ini  belum  dimasukkan   dalam   program   pemberantarasan    penyakit  kusta.  Penelitian   ini bertujian untuk  mendapatkan profil narakontak   serumah  kusta  meliputi   umur, jenis  kelarnin,   lama  kontak, tipe   kusta   sumber    penular    serta   status    hubungan    keluarga.    Penelitian    ini    menggunanakan rancangan   deskriptif   menggunakan    studi  cross sectional. Populasi   penelitian   adalah   narakontak.. serumah  penderita  kusta  dan  pengambilan   sampel  dilakaukan  dengan  cara systematic random danhasil  penelitian   dianalisis  secara  deskriptif.  Hasil  penelitian  menunjukkan    bahwa  kelompok  umur rata-rata   narakontak   39,2  ±  17,24  tahun,      narakontak   paling  banyak  perempuan,  rata-rata   lama kontak   dengan  penderita   kusta    2  tahun,   narakontak   serumah   dengan  penderita   kusta   tipe  MB paling   banyak   dan  status   hubungan   narakontak.  bukan   anggota   keluarga   inti   paling    banyak. (JKS 2006,· 3:117-124) Kata K1111cl: Narakontak serumah, kusta, Mycobacterium leprae Abstract.  Household  contacts  of leprosy  patients  are the group  with the highest  risk of developing the disease,   and although  many  risk or prevention   factors  have been identified,   they  have not been employed   in  leprosy-monitoring    programs.  This  study  aims to obtain  a profile  household   contacts of  leprosy  include  age,  sex, duration  of contact,  type of leprosy  transmission   source  and  status  of family  relationships.   This  study  used  a descriptive   design   using   cross  sectional   study.  The  study population    was   the   same   household    contacts    leprosy    patients   and   sampling    conducted    by systematic   random  and  research  results  were  analyzed  descriptively.   The  results  showed  that  the average  age group  household  contacts  ofleprosy  39.2 ± 17.24 years,  household   contacts  ofleprosy most   of  the  women,   the  average   length   of  contacts   with  leprosy   patients   2  years,  household contacts  with   MB leprosy  patients   most  and  relationship    status  was  not a member  of family  themost.  (JKS 2006; 3:117-124) Keywords:Household contacts, leprosy,Mycobacteriumleprae
PENGARUH DOSIS DAN INTERVAL WAKTU PENERAPAN TAMPURIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH GAMBUT Adi Saputra Saragih; Syukri Syukri; Iswahyudi Iswahyudi
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan interval waktu penerapan Tampurin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada tanah gambut serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Samudra. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu (1) dosis Tampurin, dan (2) interval waktu penerapan Tampurin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis Tampurin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot pipilan kering per tanaman, bobot pipilan kering per plot dan pH tanah setelah panen. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung umur 15, 30 dan 45 HST, berat tongkol kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. Hasil pengamatan terbaik diperoleh pada perlakuan D3, yaitu Urea 300 kg/ha, SP36 175 kg/ha, KCl 125 kg/ha, Terusi 7,5 kg/ha, Boron 17,5 kg/ha, Dolomit 4.000 kg/ha, Abu Sekam Padi 10.000 kg/ha dan Pupuk Kandang Sapi 12.500 kg/ha. Interval waktu penerapan Tampurin berpengaruh sangat nyata terhadap, tinggi tanaman umur 30 HST dan 45 HST, berpengaruh nyata terhadap berat tongkol kelobot, berat tongkol tanpa kelobot, bobot pipilan kering per tanaman, bobot pipilan kering per plot dan pH tanah setelah panen serta berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman umur 15 HST. Hasil pengamatan terbaik diperoleh pada perlakuan I3, yaitu 1/3 dosis 1 hari sebelum tanam, 1/3 dosis 28 hari setelah tanam dan 1/3 dosis 56 hari setelah tanam
PENGARUH PERBEDAAN PANJANG STEK DAN DOSIS URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) Windi Pratama; Adnan Adnan; Iswahyudi Iswahyudi
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang stek dan dosis urin sapi terhadap pertumbuhan bibit buah naga serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor panjang stek (P) yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1 = 30 cm, P2 = P2 = 40 cm, P3 = 50 cm dan faktor dosis urin sapi (U) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: U0 = 0 ml tanpa urin sapi/liter air (0 ml/polybag), U1 = 250ml/liter air (41,6 ml/polybag), U2 = 500 ml/liter air (83,33 ml/polybag) dan U3 = 750 ml/liter air (125 ml/polybag). Parameter yang diamati adalah waktu muncul mata tunas stek, panjang tunas, jumlah tunas dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan panjang stek berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun umur 45 dan 60 HST dan panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap waktu muncul mata tunas, panjang tunas umur 30,45 dan 45 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas umur 30 HST. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan P2. Dosis urin sapi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas, umur 30, 45 dan 60 HST, jumlah tunas umur 45 dan 60 HST dan panjang akar dan berpengaruh nyata terhadap parameter waktuk muncul mata tunas serta berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah tunas umur 30 HST. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan U2 dan interaksi antara perbedaan panjang stek dan dosis urin sapi berpengaruh nyata terhadap panjang tunas umur 30 HST. Kombinasi terbaik dijumpai pada kombinasi perlakuan P2U2.
EVALUASI ASPEK FARMASETIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN-VITRO KIT DIAGNOSTIK 99mTc-KANAMYCIN Eva Maria Widyasari; Maula Eka Sriyani; Iim Halimah; Hendris Wongso; Teguh Hafiz Ambar Wibawa; Iswahyudi Iswahyudi; Ahmad Sidik
GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir Volume 18 Nomor 1 Januari 2015
Publisher : Website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.402 KB) | DOI: 10.17146/gnd.2015.18.1.2786

Abstract

Angka kematian akibat infeksi dari tahun ke tahun terus meningkat. Berbagai usaha terus dilakukan guna menekan angka kematian yang ada, salah satu contohnya dengan pengembangan metode diagnostik berbasis nuklir. 99mTc-Kanamycin merupakan kit diagnostik potensial untuk dikembangkan menjadi senyawa bertanda yang dapat digunakan dalam mendiagnosis penyakit infeksi. Kanamycin adalah sebuah antibiotik berspektrum kerja luas yang telah lama digunakan dalam menekan pertumbuhan bakteri baik itu bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Selain harus memenuhi standar sifat fisika dan kimia, 99mTc-Kanamycin juga harus melalui tahapan uji preklinis sebelum diuji cobakan pada manusia (uji klinis). Berbagai aspek farmasetik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji sterilitas, uji pirogenitas dan uji toksisitas, serta uji aktivitas antibakteri. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa sediaan 99mTc-kanamycin steril, bebas pirogen, tidak toksik dan daya hambat terhadap bakteri relatif sama dengan kanamycin tidak bertanda radioaktif. Uji uptake sediaan terhadap bakteri optimum pada waktu 24 jam inkubasi pada suhu 37oC. Hasil uji uptake maupun uji daya hambat terhadap bakteri menunjukkan bahwa 99mTc-kanamycin lebih aktif terhadap bakteri S. aureus dibandingkan terhadap E.coli.
ESTIMASI DOSIS Tc-99m GLUTATION UNTUK DIAGNOSA KANKER KEPALA DAN LEHER BERDASARKAN UJI BIODISTRIBUSI HEWAN MODEL MENCIT Durotul Intokiyah; Teguh Hafiz Ambar Wibawa; Iswahyudi Iswahyudi; Nur Rahmah Hidayati; Isti Daruwati; Yudha Satya Perkasa
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 20, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.399 KB) | DOI: 10.17146/jstni.2019.1.1.4631

Abstract

99mTc-GSH merupakan radiofarmaka untuk mendeteksi kanker leher dan kepala. Kanker kepala dan leher terbentuk pada jaringan atau organ yang terdapat di area kepala dan leher seperti kanker hipofaring, kanker telinga, kanker kelenjar saliva, kanker mata, kanker laring, dan kanker kelenjar tiroid. Glutataion(GSH) memiliki molekul yang kecil sehingga dapat berpenetrasi dengan baik didalam saluran kapiler yang mengalami inflamasi, kanker payudara serta kanker kepala dan tumor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui estimasi dosis organ radiofarmaka 99mTc-GSH pada manusia berbasis uji biodistribusi hewan model mencit. Uji kemurnian 99mTc-GSH dilakukan dengan menggunakan kertas kromatografi lapis tipis TLC-SG dengan fase gerak aseton kering dan larutan NaCl 0.9%. Dari hasil uji didapatkan kemurnian radiokimia sebesar 99.60 ± 0.07 %. Penelitian dilakukan pada 4 kelompok mencit dengan tiap kelompok sebanyak 3 ekor mencit. Setelah dilakukan injeksi secara intravena sebanyak 3 μCi/mL dilakukan uji biodistribusi dengan 2, 4, 6 dan 24 jam pasca injeksi dengan organ yang diteliti adalah kulit, otot, tulang, darah, usus, hati, limpa, jantung, ginjal, lambung, paru-paru, kantung kemih, dan otak. Hasil uji bidodistribusi yang diperoleh berbentuk persentase dosis injeksi per gram organ hewan, kemudian dikonversi ke persentase dosis injeksi per gram organ manusia. Hasil konversi digunakan sebagai input pada software OLINDA/EXM, menghasilkan residence time  yang dapat digunakan sebagai basis perhitungan estimasi dosis 99mTc-GSH. Hasil estimasi dosis yang diperoleh adalah dosis efektif  total 1,14x10-3 mSv/MBq untuk pria dan 1.34 x10-3 mSv/MBq untuk wanita. Distribusi dosis organ pada manusia yang terbesar untuk pria adalah dan ginjal 3.05 x10-4  mSv/MBq sedangkan untuk wanita adalah ginjal 3.32 x10-4 mSv/MBq. Hasil estimasi dosis ini dapat digunakan sebagai panduan dosis injeksi, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar didapatkan estimasi dosis yang tepat.
PREPARASI SENYAWA ANTI KANKER APIGENIN BERTANDA RADIOIODIUM-131 UNTUK STUDI BIOAKTIVITAS Teguh Hafiz Ambar Wibawa; Eva Maria Widyasari; Iswahyudi Iswahyudi; Ade Suherman; Maula Eka Sriyani; Ahmad Kurniawan; Danni Ramdhani
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 21, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.12 KB) | DOI: 10.17146/jstni.2020.21.1.5788

Abstract

PREPARASI SENYAWA ANTI KANKER APIGENIN BERTANDA RADIOIODIUM-131 UNTUK STUDI BIOAKTIVITAS. Apigenin merupakan senyawa flavonoid yang mempunyai potensi sebagai senyawa anti kanker, anti oksidan, dan anti inflamasi dengan toksisitas intrinsik yang rendah. Untuk mengetahui bioaktivitas apigenin, dapat dilakukan radioiodinasi kemudian dilanjutkan dengan studi praklinis menggunakan hewan uji. Pada penelitian ini dilakukan preparasi apigenin bertanda radioiodium-131 menggunakan metode kloramin-T dan optimasi berbagai parameter serta kondisi penandaan. Hasil optimasi diperoleh formula dan kondisi penandaan yaitu 1 mg apigenin, 250 µg kloramin-T, dan 100 µg natrium metabisulfit, dengan pH penandaan 7 dan jumlah radioiodium-131 10 µL (10 µCi). Proses penandaan senyawa 131I-Apigenin dilakukan melalui reaksi substitusi elektrofilik selama 20 menit pada suhu kamar (20-22 °C). Dari hasil pengujian menggunakan metode kromatografi kertas menggunakan fasa diam Whatman 1 dan fasa gerak amonium asetat 0,02 M, pH 6, diperoleh kemurnian radiokimia sebesar 96,53 ± 1,87%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 131I-Apigenin dapat digunakan untuk studi selanjutnya, yaitu studi fisikokimia dan studi praklinis, sehingga dapat diperoleh karakteristik bioaktivitas dan efektivitasnya sebagai senyawa anti kanker berbasis bahan alam.
SYNTHESIS OF BUTHYL BROMIDE LABELED 82Br FOR LEAKAGE DETECTION APPLICATION IN INDUSTRIAL PIPELINE SYSTEM Ade Suherman; Titin Sri Mulyati; Iswahyudi Iswahyudi; Badra Sanditya Rattyananda; Dessy Cartika; Winda Putri Silpia; Mentik Hulupi; Duyeh Setiawan; Muhamad Basit Febrian
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 20, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.836 KB) | DOI: 10.17146/jstni.2019.20.2.5597

Abstract

The detection of a leakage in an installation or pipeline in industrial complex is difficult to be done because related to security, safety, and operation condition. With expanded radioisotope application as a tracer in industry, hence a leakage in a pipe can be detected easily and qiuickly without needed excavation or stop the production process. The selection of radioisotope labeled compound as radiotracer should be examined carefully to determine the appropriate and well mixed radiotracer with the material passing through the pipeline system. Radioisotope labeled compound butyl bromide-82 (C4H982Br) as a radiotracer can be synthesized by reacting K82Br with 1-butanol and sulphuric acid (H2SO4) as a catalyst. The experiment result shows that synthesized C4H982Br by composition of 15 mL K82Br solution (0.1 gr/mL KBr) and 10 mL 1-butanol gave the highest percentage of reactions amount 50,00% and 40,95%. Characterization by FTIR showed that the product has absorption band for C-Br at 514,99-738,74 cm-1. GCMS analysis showed the peak of C4H982Br together with other 7 peaks of impurities with 43.03% percentage of C4H982Br peak. In distribution coefficient determination of C4H982Br in the test solution from industry (ethylene dichloride), Kd value of 5,1350 was obtained and more than 98% C4H982Br distilled together with ethylene dichloride in 110°C distillation process whereas no radioactivity detected in distillation flask if K82Br was used. Based on these results, C4H982Br is suitable to be applied as radiotracer for leakage detection in pipeline system with organic compounds as passing liquid including ethylene dichloride.
99mTc-Human Serum Albumin-Nanoparticle for Sentinel Lymph Node Identification Rizky Juwita Sugiharti; Iim Halimah; Iswahyudi Iswahyudi; Maula Eka Sriyani; Eva Maria Widyasari
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Suppl. 2, No. 3 (2019)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.053 KB) | DOI: 10.24198/ijpst.v1i3.21034

Abstract

The sentinel lymph node is the first lymph node in a lymph node basin to receive lymphatic drainage from a primary tumor. An accurate identification and characterization of sentinel lymph node is very important as it helps to decide the extension of surgery, the tumor staging, and establisment of the most adequate therapy. Technetium-99m labeled Human Serum Albumin nanoparticle (99mTc-HSA nanoparticle) was prepare as a radiopharmaceutical with particle size between 100 - 200 nmthat is used in lymphoscintigraphy technique for tracinglymphatic system and identifies the sentinel lymph node. Biodistribution study of 99mTc-HSA nanoparticle was conducted in mice to identify the accumulation of this agent in sentinel node and the other tissue. 99mTc-HSA nanoparticle showed good accumulation in sentinel node about1.29 +0.90 %ID with value of popliteal extraction 89.55 +8.52 at one hour post injection. This result was indicated that 99mTc-HSA nanoparticle is very promising compound to be further explored as sentinel lymph node imaging agent.Key words: Lymphoscintigraphy, 99mTc-HSA-nanoparticle, sentinel lymph node