Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki beberapa sektor yang menjadi andalan yang mampu menopang kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang menjadi andalan tersebut adalah sektor pertanian. Pembangunan pertanian harus disertai dengan pengembangan industri, baik industri hulu maupun industri hilir. Pengembangan sektor pertanian ini selanjutnya tidak hanya untuk meningkatkan jumlah produksi saja, tetapi juga meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan pengusaha serta dapat meningkatkan pendapatan produksi dari produk tersebut yaitu dengan cara melakukan usaha agroindustri. Salah satu usaha agroindustri yang ada di kabupaten rokan hulu adalah usaha agroindustri Tempe yang terletak di desa Kota Baru kecamatan Kunto Darussalam. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan gambaran wilayah penelitian, karakteristik petani, keragaan usahatani. Pada fokus kajian tujuan pertama penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan. Bahasan ini bertujuan untuk mengetahui struktur biaya, penerimaan, pendapatan yang diterima oleh petani. Pada fokus kajian tujuan dua digunakan analisis kelayakan Usaha Agroindustri Tempe. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata total biaya yang dikeluarkan industri tempe adalah sebesar Rp. 6.886.000,- per bulan, rata-rata penerimaan sebesar Rp. 8.250.000,- perbulan, untuk rata-rata keuntungan sebesar Rp. 1.364.000,- perbulan. Dengan rata-rata harga jual yang diterima dalam usaha industri tempe sebesar Rp.1.500,-. Hasil analisis kelayakan finansial pada Usaha Agroindustri Tempe dinyatakan layak dengan nilai Net Present Value sebesar Rp. 45.354.432,- yaitu positif (NPV>0) Internal Rate of Return (IRR) 15% dimana IRR tersebut lebih besar nilainya dibandingkan nilai discount factor yang berlaku yaitu 12%, sedangkan R/C yaitu 1,20 bernilai lebih dari 1, Pay Back Period (PBP) selama 4 bulan 32 hari, dan Break Even Point (BEP) harga Rp. 14.783,- sedangkan BEP produksi sebanyak 56.414 bungkus, artinya usaha agroindustri tempe mengalami keuntungan maupun kerugian sebelum umur ekonomis peralatan berkhir. Adapun kendala- kendala yang dihadapi agroindustri Tempe di desa Kota Baru kecamatan Kunto Darussalam adalah harga kedelai sebagai bahan baku utama industri tempe cenderung fluktuatif menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar. Kata Kunci: Pendapatan, Kelayakan Finansial, Tempe