Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGARUH PUPUK P DAN MIKORIZA TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU SIMPLISIA PURWOCENG Muhamad Djazuli
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Purwoceng (Pimpinella pruatjan) merupa-kan salah satu tanaman obat asli Indone-sia berkhasiat afrodisiak yang hanya mam-pu tumbuh baik di dataran tinggi. Tanah di dataran tinggi umumnya mempunyai kan-dungan hara P rendah. Rendahnya kan-dungan hara P tersedia pada tanah ke-mungkinan disebabkan oleh tingginya daya serap P tanah tersebut. Untuk meningkat-kan ketersediaan hara P, produktivitas, dan mutu tanaman purwoceng, diperlukan teknologi pemupukan yang tepat. Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah peneliti-an aplikasi pemupukan P dan mikoriza di-laksanakan di KP. Gunung Putri, Cianjur (1.500 m dpl) dengan menggunakan pot yang berisi 10 kg tanah Andosol dan pu-puk kandang. Percobaan faktorial disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Faktor pertama 4 dosis aplikasi mikoriza masing-masing M0 (tanpa mikori-za), M1 (10 g mikoriza/pot); M2 (20 g mi-koriza/pot), dan M3 (30 g mikoriza/pot), sedangkan faktor kedua adalah 4 dosis pe-mupukan P masing-masing P0 (tanpa pu-puk P), P1 (1 g SP-36/pot), P2 (2 g SP-36/ pot), dan P3 (3 g SP-36/pot). Hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya inte-raksi antara aplikasi pemupukan P dan mi-koriza terhadap pertumbuhan dan produksi purwoceng. Aplikasi mikoriza pada dosis 30 g mikoriza/pot (M3) mampu meningkat-kan produktivitas tanaman purwoceng pa-da 4 dosis pemupukan P yang diuji secara nyata. Sebaliknya, pemupukan P tidak ber-pengaruh terhadap pertumbuhan dan pro-duktivitas purwoceng. Perlakuan pemupuk-kan P tanpa pemberian mikoriza (M0) ter-lihat menurunkan beberapa bahan aktif di dalam simplisia purwoceng. Sebaliknya, pemupukan P yang dikombinasikan deng-an aplikasi mikoriza dosis 30 g/pot (M3) mampu meningkatkan kadar bahan aktif sitosterol, stigmasterol, saponin dan ber-gapten simplisia purwoceng masing-ma-sing 22, 44, 8,2, dan 19%. Terdapat inte-raksi yang nyata antara aplikasi P dan mi-koriza pada parameter jumlah populasi dan persentase infeksi mikoriza pada akar. Peningkatan dosis aplikasi mikoriza meningkatkan populasi dan persentase in-feksi mikoriza pada akar. Sebaliknya, pe-mupukan P dosis tinggi terlihat menekan populasi dan persentase infeksi mikoriza pada akar, sehingga untuk meningkatkan populasi dan efektivitas mikoriza pada akar purwoceng diperlukan ketersediaan P tanah yang tidak terlalu tinggi dan opti-mal bagi mikoriza.
KARAKTERISTIK AGRONOMI BEBERAPA AKSESI DAN VARIETAS NILAM PADA UMUR PANEN BERBEDA Muhamad Djazuli
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n1.2011.%p

Abstract

Agronomical Characteristics of Some Patchouli Accessions and Varieties at Several Harvest TimesInternal factor (genetic) and external fac-tor (ecological condition) strongly affect growth and productivity of patchouli. The objective of this study is to find out the agronomical characteristics of some ac-cessions, protoplast fusion, somaclones, and varieties of patchouli at 4, 5, 6 months after planting (MAP). For finding those agronomic characteristics, a pot ex-periment was conducted at Cimanggu Research Station, Bogor from May to De-cember 2009. The experiment was ar-ranged in randomized block design with 3 replicates. 12 accessions/varieties of pat-chouli consist of 4 somaclones, 4 acces-sions of protoplast fusion, 3 high yielding varieties, and 1 local variety were tested in this experiment. Growth and production components, number of oil gland and oil content of leaf were observed at 4, 5, and 6 MAP, while patchouli oil content were observed at 4 MAP. Results showed that protoplats fusion of PS 32 accession reveal the highest growth and biomass compo-nents compared to other accessions and varieties tested. Lower oil content of PS 32. The highest oil production per plant were found at PS 18 and PS 17. There is a linier correlation between oil content and number of oil gland in the leaf from 12 patchouli accessions and varieties tested. Patchouli alcohol content from the six pat-chouli accessions and varieties tested at 4 MAP were higher than 30%, being higher than minimal PA content for export. From those results it is indicated that even-though PS 18 and PS 17 accessions have high oil content, those accessions have some java patchouli genes characters, therefore evaluation of PS 18 and PS 17 to biotic and abiotic stress conditions are needed. 
PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN AROMATIK SEBAGAI MULSA DAN DAYA REPELENSINYA TERHADAP Doleschallia polibete Wiratno Wiratno; Sondang Suriati; Muhamad Djazuli; Siswanto Siswanto
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Penelitian dilakukan sejak April sampai Juli 2010. Observasi dilakukan di beberapa lokasi penyulingan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Uji repelensi limbah terhadap Doleschallia polibete dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Uji repelensi limbah terhadap larva dilakukan di laboratorium dengan memasukkan larva D. polibete instar tiga ke dalam pipa yang menghubungkan antara tanaman yang diberi dan yang tidak diberi mulsa. Larva diamati keberadaannya pada satu dan 24 jam setelah perlakuan. Pengujian diulang 10 kali dan setiap ulangan menggunakan satu ekor larva. Uji repelensi limbah terhadap serangga dewasa dilakukan di rumah kasa dengan melepas 20 pasang kupu-kupu ke dalam kurungan kasa berukuran 2 x 2 x 4 m3 yang di dalamnya telah diletakkan enam kelompok tanaman handeuleum yang telah diberi mulsa 50 g per tanaman. BioHassay menunjukkan limbah tanaman aromatik mampu menekan peletakkan telur serangga dewasa. Jumlah terendah ter-dapat pada perlakuan limbah serai dapur diikuti akar wangi, serai wangi, cengkeh, nilam dan kontrol dengan rata-rata jumlah kelompok telur berturut-turut 0,3, 1,2, 1,4, 1,8, 3,4, dan 5,3 kelompok. Sebaliknya limbah yang diuji ternyata bersifat menarik larva D. polibete dengan nilai indeks repelen (IR) terendah pada perlakuan limbah serai dapur diikuti serai wangi, cengkeh, akar wangi, dan nilam dengan IR berturut-turut -68,1, -61,6,    -58,9, -53,6, dan -42,9. Nilai C/N rasio terendah terdapat pada perlakuan akar wangi, diikuti nilam, serai dapur, serai wangi, cengkeh, dan kontrol dengan nilai ratio berturut-turut 10,5, 11,3, 12,8, 12,8, 13,79, dan 13,7. Dari lima limbah yang diuji, limbah nilam, serai dapur, serai wangi, dan cengkeh menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik dari perlakuan kontrol.
RESPON DUA NOMOR HARAPAN PIRETRUM TERHADAP PEMUPUKAN Muhamad Djazuli
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 17, No 1 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v17n1.2006.%p

Abstract

Responses of two promising clones of pyrethrum to fertilizer applicationPyrethrum is one of the potential botani-cal pesticides to be further developed for the substitution of synthetic pesticide such as pyreth-roid, which is found to be harmful both to the environment and human being. Therefore, high yielding plant material with high pyrethrin content is a prerequisite for a continuous supply of raw material in botanical pesticides produc-tion. For that purpose, two promising clones of pyrethrum were assessed for their response to fertilizer application and conducted at Kayu Giyang village (1500 m asl) of  Wonosobo re-gency, Central Java. Two promising clones of pyrethrum namely Prau 6 and Gunung Wates 45 were subjected to seven NPK fertilizer combina-tion treatments using Split Plot Design with three replications. The results showed that N and P fertilizer applications at the Kayu Giyang, Dieng highland were able in improving produc-tivity of pyrethrum by increasing flower number and flower fresh weight of both Prau 6 and Gunung Wates 45 clones, significantly. NPK application with medium dosage (100 kg N, 200 kg P, and 100 kg K/ha) was able to produce high productivity and fertilizer efficiency. However, there was no significant effect as compared to the high dosage application. Based on the nut-rient status and dry weight, it could be con-cluded that amount of N absorbed by plant was high, followed by K and P. Furthermore, based on the nutrient status, the P fertilizer absorbed by pyrethrum was relatively low and approxi-mately 20.00% from N absorbed. The pyrethrin contents from the two clones tested were relatively high (>1.00%). 
Peningkatan Produktivitas dan Peluang Pengembangan Ylang-Ylang di Indonesia MUHAMAD DJAZULI
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKTanaman ylang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri yang sangat potensial untukdikembangkan di Indonesia sebagai komoditas ekspor. Dibandingkan dengan kenanga (C. odoratum Bail, forma macrophylla), pohon ylang-ylang lebih pendek, masa berbunga lebih cepat, mutu minyak lebih baik dan harga pasar yang lebih tinggi. Peluang pasar minyak ylang-ylang di dunia masih cukup besar dengan harga berkisar US$ 110 /kg.  Informasi tentang budidaya tanaman dan permintaan pasar minyak ylang-ylang masih sangat terbatas. Sentra produksi ylang-ylang di Indonesia berada di Jawa Barat dan Banten.  Untuk pengembangan sentra produksi baru harus didukung dengan kondisi agroekologi yang sesuai, penerapan teknik budidaya seperti penggunaan benih berser-tifikat, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, pemangkasan pucuk sangat diperlukan untuk mencegah pengguguran cabang dan memudahkan pemanenan. Penerapan sistem pola tumpangsari dengan tanaman atsiri lain di bawah  tegakan  ylang-ylang  sangat potensial  bagi peningkatan produktivitas lahan dan diversifikasi bahan baku penyulingan minyak. Dengan adanya peningkatan produktivitas lahan dan tanaman ylang-ylang yang nyata, tentunya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan pengusaha perkebunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun, baik sebagai petani penggarap maupun sebagai buruh pemetik bunga. Dengan demikian, diharapkan sentra-sentra produksi ylang-ylang yang baru di Indonesia akan segera tumbuh dan berkembang.Kata kunci : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, produktivitas, pengembangan ABSTRACTProductivity Inprovement and Prospect of Ylang-Ylang Development in IndonesiaYlang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) is one of essential oil crops which is potentially developed in Indonesia as an export commodity. Early harvest period, short plant, and high quality and price of ylang-ylang oil are advantage characteristics of ylang-ylang compared to kenanga (C. odoratum Baill, forma macrophylla). International market for ylang-ylang oil is widely open and current  price  is US$ 110/kg. Information  of  ylang-ylang  in  Indonesia especially cultivation technology and marketing prospect is very limited. Banten and West Java are the production center of ylang-ylang. To develop new planting  areas,  it should be supported with suitable agro ecology and reccomended cultivation technology such as application of sertificate seeds, balanced fertilizer,  and integrated pest control. Top cutting application is also necessary for preventing lower branch fall and easy harvesting.  Inter cropping with other essential oil crops  such  as  patchouli,  etiver  grass, and  Java citronella grass under ylang-ylang trees improves land productivity  nd provides other raw aterials for distillation industry. Increasing productivity of land and ylang-ylang should be followed by the increasing income of the estate owner and prosperity of the people surrounding the estate, both as farmer workers and flower pickers. Hopefully, some new production centers of ylang-ylang in Indonesia will develop.Keywords : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, productivity, development
PENGARUH PUPUK N DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA Muhamad Djazuli; Cheppy Syukur
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Kondisi lingkungan tumbuh, baik iklim maupun kesuburan lahan, serta teknik budidaya sangat berpengaruh terhadap pertum-buhan dan produktivitas tanaman jahe. Tujuan penelitian untuk mempelajari respon jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.) terhadap pemupukan N dan populasi tanaman pada lingkungan tumbuh yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di dusun Cipanas, dengan ke-tinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan di dusun Cipicung (800 m dpl) Desa Werasari, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Penelitian dimulai Agustus 2004 sampai dengan Juli 2005, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari enam kombinasi taraf pemupukan N dan populasi tanaman masing masing N1P1 (400 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), N1P2 (400 kg Urea/ha - 55.556 tanaman/ha), N2P1 (500 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), N2P2 (500 kg Urea/ha-55.556 tanaman/ha), N3P1 (600 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), dan N3P2 (600 kg Urea/ha - 55.556 tanaman/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan agroklimat dan kesuburan menghasilkan bobot segar, jumlah anakan dan tinggi tanaman berbeda. Tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar di Cipanas adalah 74,69 cm, 16,48 anakan dan 55,89 t/ha, sedangkan di Cipicung masing-masing 42,26 cm, 5,31 anakan dan 7,69 t/ha. Kecukupan hara N pada lahan percobaan khususnya di Cipanas menyebabkan respon tanaman jahe terhadap pemupukan N yang diberikan tidak nyata. Perlakuan populasi yang lebih tinggi sampai 55,556 tanaman/ha mampu meningkatkan produksi jahe sekitar 35 (dari 47,79 t/ha menjadi 64,83 t/ha). 
PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA KARAKTER MORFO-FISIOLOGIS TANAMAN NILAM Muhamad Djazuli
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 1 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n1.2010.%p

Abstract

Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor abiotik yang sangat ber-pengaruh terhadap produktivitas nilam. Salah satu teknologi yang relatif murah dan efektif untuk menekan kerugian akibat adanya cekaman kekeringan adalah peng-gunaan varietas nilam yang toleran terha-dap cekaman kekeringan. Tujuan perco-baan ini adalah mendapatkan karakter morfo-fisiologis varietas dan nomor nilam yang toleran terhadap cekaman keke-ringan. Sebuah percobaan pot dilakukan di rumah kaca Balittro Bogor pada Februari – Agustus 2004. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Tujuh varietas dan nomor nilam yaitu Sidikalang, Tapak Tuan, Lhok Seumawe, Aceh Merah, TT 75, II-8, dan Girilaya ditanam di pot kayu berukuran 100 x 25 x 10 cm dan diberikan perlakuan cekaman kekeringan. Setelah benih di- tanam, semua pot disiram dengan air sampai jenuh dengan kapasitas lapang 100%. Selanjutnya semua pot diberikan perlakuan cekaman kekeringan dengan tidak memberikan penyiraman sampai umur 120 hari setelah tanam (HST). Parameter yang diamati adalah komponen pertumbuhan, produksi, dan kadar prolin daun. Hasil pengamatan pada umur 120 HST, terlihat bahwa komponen pertum-buhan dan produksi biomas varietas Girilaya paling tinggi diikuti oleh varietas Tapak Tuan. Produktivitas terendah dijum-pai pada varietas Sidikalang. Panjang mak-simum dan bobot segar akar serta kadar prolin di daun tertinggi juga dijumpai pada varietas Girilaya dan Tapak Tuan. Berda-sarkan data hasil pengamatan pertum-buhan, produksi, dan karakter morfo-fisiologi dari ketujuh varietas dan nomor nilam yang ketahanannya diuji terhadap cekaman kekeringan, mengindikasikan bahwa varietas dan nomor paling toleran adalah varietas Girilaya dari jenis nilam Jawa (Pogostemon heyeanus Benth). Sedangkan varietas yang paling toleran di antara nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) dan hasil induksi somaklonal adalah varietas Tapak Tuan. Oleh karena itu, untuk pengembangan nilam di daerah yang sering terjadi cekaman kekeringan, penggunaan varietas unggul Tapak Tuan dapat dianjurkan.
Peningkatan Produktivitas dan Peluang Pengembangan Ylang-Ylang di Indonesia MUHAMAD DJAZULI
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.235 KB) | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKTanaman ylang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri yang sangat potensial untukdikembangkan di Indonesia sebagai komoditas ekspor. Dibandingkan dengan kenanga (C. odoratum Bail, forma macrophylla), pohon ylang-ylang lebih pendek, masa berbunga lebih cepat, mutu minyak lebih baik dan harga pasar yang lebih tinggi. Peluang pasar minyak ylang-ylang di dunia masih cukup besar dengan harga berkisar US$ 110 /kg.  Informasi tentang budidaya tanaman dan permintaan pasar minyak ylang-ylang masih sangat terbatas. Sentra produksi ylang-ylang di Indonesia berada di Jawa Barat dan Banten.  Untuk pengembangan sentra produksi baru harus didukung dengan kondisi agroekologi yang sesuai, penerapan teknik budidaya seperti penggunaan benih berser-tifikat, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, pemangkasan pucuk sangat diperlukan untuk mencegah pengguguran cabang dan memudahkan pemanenan. Penerapan sistem pola tumpangsari dengan tanaman atsiri lain di bawah  tegakan  ylang-ylang  sangat potensial  bagi peningkatan produktivitas lahan dan diversifikasi bahan baku penyulingan minyak. Dengan adanya peningkatan produktivitas lahan dan tanaman ylang-ylang yang nyata, tentunya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan pengusaha perkebunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun, baik sebagai petani penggarap maupun sebagai buruh pemetik bunga. Dengan demikian, diharapkan sentra-sentra produksi ylang-ylang yang baru di Indonesia akan segera tumbuh dan berkembang.Kata kunci : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, produktivitas, pengembangan ABSTRACTProductivity Inprovement and Prospect of Ylang-Ylang Development in IndonesiaYlang-ylang (Cananga odoratum Baill, forma genuina) is one of essential oil crops which is potentially developed in Indonesia as an export commodity. Early harvest period, short plant, and high quality and price of ylang-ylang oil are advantage characteristics of ylang-ylang compared to kenanga (C. odoratum Baill, forma macrophylla). International market for ylang-ylang oil is widely open and current  price  is US$ 110/kg. Information  of  ylang-ylang  in  Indonesia especially cultivation technology and marketing prospect is very limited. Banten and West Java are the production center of ylang-ylang. To develop new planting  areas,  it should be supported with suitable agro ecology and reccomended cultivation technology such as application of sertificate seeds, balanced fertilizer,  and integrated pest control. Top cutting application is also necessary for preventing lower branch fall and easy harvesting.  Inter cropping with other essential oil crops  such  as  patchouli,  etiver  grass, and  Java citronella grass under ylang-ylang trees improves land productivity  nd provides other raw aterials for distillation industry. Increasing productivity of land and ylang-ylang should be followed by the increasing income of the estate owner and prosperity of the people surrounding the estate, both as farmer workers and flower pickers. Hopefully, some new production centers of ylang-ylang in Indonesia will develop.Keywords : Ylang-ylang, Cananga odoratum Baill forma genuina, productivity, development
PENGARUH PUPUK N DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE PADA LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA Muhamad Djazuli; Cheppy Syukur
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Kondisi lingkungan tumbuh, baik iklim maupun kesuburan lahan, serta teknik budidaya sangat berpengaruh terhadap pertum-buhan dan produktivitas tanaman jahe. Tujuan penelitian untuk mempelajari respon jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.) terhadap pemupukan N dan populasi tanaman pada lingkungan tumbuh yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di dusun Cipanas, dengan ke-tinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan di dusun Cipicung (800 m dpl) Desa Werasari, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Penelitian dimulai Agustus 2004 sampai dengan Juli 2005, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari enam kombinasi taraf pemupukan N dan populasi tanaman masing masing N1P1 (400 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), N1P2 (400 kg Urea/ha - 55.556 tanaman/ha), N2P1 (500 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), N2P2 (500 kg Urea/ha-55.556 tanaman/ha), N3P1 (600 kg Urea/ha - 41.667 tanaman/ha), dan N3P2 (600 kg Urea/ha - 55.556 tanaman/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan agroklimat dan kesuburan menghasilkan bobot segar, jumlah anakan dan tinggi tanaman berbeda. Tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar di Cipanas adalah 74,69 cm, 16,48 anakan dan 55,89 t/ha, sedangkan di Cipicung masing-masing 42,26 cm, 5,31 anakan dan 7,69 t/ha. Kecukupan hara N pada lahan percobaan khususnya di Cipanas menyebabkan respon tanaman jahe terhadap pemupukan N yang diberikan tidak nyata. Perlakuan populasi yang lebih tinggi sampai 55,556 tanaman/ha mampu meningkatkan produksi jahe sekitar 35 (dari 47,79 t/ha menjadi 64,83 t/ha). 
PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN AROMATIK SEBAGAI MULSA DAN DAYA REPELENSINYA TERHADAP Doleschallia polibete Wiratno Wiratno; Sondang Suriati; Muhamad Djazuli; Siswanto Siswanto
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Penelitian dilakukan sejak April sampai Juli 2010. Observasi dilakukan di beberapa lokasi penyulingan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Uji repelensi limbah terhadap Doleschallia polibete dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Uji repelensi limbah terhadap larva dilakukan di laboratorium dengan memasukkan larva D. polibete instar tiga ke dalam pipa yang menghubungkan antara tanaman yang diberi dan yang tidak diberi mulsa. Larva diamati keberadaannya pada satu dan 24 jam setelah perlakuan. Pengujian diulang 10 kali dan setiap ulangan menggunakan satu ekor larva. Uji repelensi limbah terhadap serangga dewasa dilakukan di rumah kasa dengan melepas 20 pasang kupu-kupu ke dalam kurungan kasa berukuran 2 x 2 x 4 m3 yang di dalamnya telah diletakkan enam kelompok tanaman handeuleum yang telah diberi mulsa 50 g per tanaman. BioHassay menunjukkan limbah tanaman aromatik mampu menekan peletakkan telur serangga dewasa. Jumlah terendah ter-dapat pada perlakuan limbah serai dapur diikuti akar wangi, serai wangi, cengkeh, nilam dan kontrol dengan rata-rata jumlah kelompok telur berturut-turut 0,3, 1,2, 1,4, 1,8, 3,4, dan 5,3 kelompok. Sebaliknya limbah yang diuji ternyata bersifat menarik larva D. polibete dengan nilai indeks repelen (IR) terendah pada perlakuan limbah serai dapur diikuti serai wangi, cengkeh, akar wangi, dan nilam dengan IR berturut-turut -68,1, -61,6,    -58,9, -53,6, dan -42,9. Nilai C/N rasio terendah terdapat pada perlakuan akar wangi, diikuti nilam, serai dapur, serai wangi, cengkeh, dan kontrol dengan nilai ratio berturut-turut 10,5, 11,3, 12,8, 12,8, 13,79, dan 13,7. Dari lima limbah yang diuji, limbah nilam, serai dapur, serai wangi, dan cengkeh menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik dari perlakuan kontrol.