Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Desain Evaluasi Program Pelatihan Guru Fisika Profesional Rizal, Rahmat; Susanti, Ernita; Sulistyaningsih, Dwi; Budiman, Deni Moh
DIFFRACTION Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/diffraction.v2i1.1695

Abstract

Keberhasilan pendidikan tidak bisa terlepas dari peran penting guru. Guru perlu mengembangkan diri untuk menjadi profesional dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa melalui optimalisasi diri dengan sejumlah kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional. Diperlukan adanya suatu stimulus yang memfasilitasi tercapainya profesionalitas guru, salah satunya adalah dengan program kegiatan pelatihan guru profesional. Kegiatan pelatihan sejenis ini perlu dievaluasi agar dapat memberikan manfaat yang efektif dan signifikan. Salah satu bentuk evaluasi program pelatihan yang dapat diimplementasikan adalah model evaluasi empat level Kirkpatrick yang setiap levelnya merepresentasikan sebuah sekuen dari setiap tahapan untuk mengevaluasi program. Empat level evaluasi tersebut terdiri dari: Level 1- Reaction (Reaksi), Level 2- Learning (Pembelajaran), Level 3- Behavior (Perilaku), dan Level 4- Results (Hasil/Dampak). Kegiatan evaluasi dilakukan secara sekuen pada setiap level, karena setiap level memberi dampak pada level berikutnya. Dengan adanya evaluasi menggunakan model ini diharapkan bisa memberikan deskripsi kualitatif yang komprehensif dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kepada penyelenggara dan stakeholder dalam menindaklanjuti program selanjutnya
IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS Rahmat Rizal
Jurnal Siliwangi: Seri Pendidikan Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Siliwangi Seri Pendidikan
Publisher : LP2M-PMP Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jspendidikan.v4i1.467

Abstract

Pembelajaran  inkuiri dapat dilaksanakan secara efektif dengan memperhatikan jenjang pembelajaran inkuiri yang terdiri dari discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real-world application dan hypothetical inquiry. Jenjang yang paling sederhana dan tepat untuk siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran inkuiri adalah discovery learning. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang implementasi discovery learning dalam pembelajaran listrik dinamis untuk meningkatkan pemahaman konsep. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment denganRandomized Pretest-Postest Control Group Design. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dibandingkan dengan pembelajaran pada kelas kontrol.N-gain pemahaman konsep pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi dengan komposisi translasi (0,89), interpretasi (0,76), dan ekstrapolasi (0,83). N-gain pemahaman konsep pada kelas kontrol berada pada kategori sedang dengan komposisi translasi (0,62), interpretasi (0,48) dan ekstrapolasi (0,45).
PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA Rahmat Rizal; Andi Suhandi
Gravity : Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.724 KB) | DOI: 10.30870/gravity.v3i1.2411

Abstract

IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA SMA Rahmat Rizal
Journal of Teaching and Learning Physics Vol 4, No 1 (2019): Journal of Teaching and Learning Physics (Februari 2019)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jotalp.v4i1.3618

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai implementasi discovery learning untuk meningkatkan keterampilan dasar proses sains. Discovery learning yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan sebuah pendekatan paling sederhana dari level pembelajaran inquiry dan dianggap paling layak bagi peserta didik yang belum terbiasa dengan kegiatan inquiry. Keterampilan dasar proses sains yang diteliti meliputi keterampilan mengamati, mengukur, mengkomunikasikan, dan membuat kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan Randomized Pretest-Postest Control Group Design. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dalam keterampilan dasar proses sains dibandingkan dengan pembelajaran pada kelas kontrol. N-gain pemahaman konsep pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi dengan komposisi keterampilan mengamati (0,85), mengukur (0,79), mengkomunikasikan (0,75), dan membuat kesimpulan (0,84). Sedangkan N-gain pada kelas kontrol berada pada kategori sedang dengan komposisi keterampilan mengamati (0,61), mengukur (0,72), mengkomunikasikan (0,45) dan membuat kesimpulan (0,64)
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Irwan Muhammad Ridwan
Journal of Teaching and Learning Physics Vol 4, No 1 (2019): Journal of Teaching and Learning Physics (Februari 2019)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jotalp.v4i1.3697

Abstract

Telah dilakukan penelitian eksperimen semu tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep materi pokok kalor siswa SMP. Sampel penelitian ini siswa kelas tujuh di salah satu SMP di Tasikmalaya dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Desig. Instrumen yang digunakan meliputi tes pemahaman konsep  yang mencakup aspek translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi, angket tanggapan siswa. Kelompok eksperimen menerima model pembelajaran berbasis pengalaman sedangkan kelas kontrol menerima pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa meningkat dengan kategori sedang dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,52 untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan kategori sedang dengan rata-rata gain yang dinormalisasi 0,41. Hasil uji statistik (Uji-t) menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan nilai sebesar 93%.
Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Android Pada Materi Elastisitas Bahan untuk SMA Kelas XI Rosana Yulia; Ernita Susanti; Rahmat Rizal
JURNAL EKSAKTA PENDIDIKAN (JEP) Vol 6 No 1 (2022): JEP (Jurnal Eksakta Pendidikan)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jep/vol6-iss1/664

Abstract

The development of the use of Android opens up opportunities for the use of Android in supporting learning. For example, the use of Android as an interactive learning medium. This study aims to determine and understand the development of android-based interactive multimedia in physics subjects with elasticity material for class XI SMA using a 4-D model. However, it is focused on testing the validity of Android-based interactive multimedia on the content and display aspects. The sample that became the subject of this study was students of class XI SMAN 6 Tasikmalaya. Meanwhile, the instrument used to collect data in this study was a questionnaire analysis of student needs for learning media and product validity testing. Validity uses a Likert scale with an assessment score on the content and appearance aspects validity sheet. The results show that the media developed is valid. With the results of the validity test on the content aspect, namely 0.87. Meanwhile, the results of the validity test on the content aspect are 0.93, so the average is 0.9, which means it is included in the valid category. As a result, this Android-based interactive multimedia can be used in class XI high school physics learning activities with material elasticity.
Usability of Screencast in 1st Basic Physics Lectures During the Covid-19 Pandemic: Student’s Perception Analysis Ernita Susanti; Rahmat Rizal; Dwi Sulistyaningsih
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jipf.v5i3.3903

Abstract

The enactment of Work from Home (WFH) during the Covid-19 pandemic has affected educational activities. Conventional offline learning must be held online so that effective online learning media is needed. The screencast is an online learning media that believed can provide easy access to students in conducting an online lecture. The screencast is a digital video recording on the computer screen and usually includes audio narration. This study aimed to analyze students' perception on screencast use in 1st Basic Physics lectures during the Covid-19 pandemic. This research involved 76 physics education students in one of the higher education institutions in Tasikmalaya. They consist of 9 males and 67 females in the age range (18-21 years). This research is a descriptive study, with data collection techniques using a Likert scale questionnaire. Analysis of students' perceptions of screencast aspects (content, construct, language, and graphic) are good, with a value of 79. Then, analysis of screencast implications on changes in students' knowledge and skills are a good category with a value of 78. The analysis of students' perceptions found a positive response using screencast in 1st Basic Physics lecture. The screencast can be effective online learning media to enhance student's knowledge and skills
Mitos dan Eksplanasi Ilmiah Lembayung Senja Rahmat Rizal
Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jfi.v1i1.13970

Abstract

A Violaceous sky attwilightis a natural phenomenon that occurs at sunset. This phenomenon is characterized by areddish yellow sky appearance. To explain this phenomenon, the community has developed a myth that connects the existence of the occult things such as the decline of the evil ghosts, witchcraft, and the epidemic of the disease. This myth has survived long enough in both sundanesse and Banjarmasin, South Kalimantan. The myth is spread in the community from mouth to mouth and occurs from generation to generation. Development of science and the changing minds of modern society effect myths that are present in society began to be degraded by scientific explanations reinforced by empirical evidences. The explanation used in explaining the twilight phenomenon uses the Hempel-Oppenheim explanation model. The explanationsare considered as general statementsconsidered correct. The Violaceous sky at twilight does not indicate the presence of ghosts, witches, or epidemics but it can be explained by Rayleigh scattering theory. The white light from the sun is dissipated by the atmospheric particles into the monochromatic spectrum. As a result of longer stages, the scattered spectrum has the longest wavelength
The Digital Literacy of The First Semester Students in Physics Education Rahmat Rizal; Dadi Rusdiana; Wawan Setiawan; Parsaoran Siahaan
Jurnal Pendidikan Fisika Vol 8, No 2 (2020): PENDIDIKAN FISIKA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.449 KB) | DOI: 10.26618/jpf.v8i2.3293

Abstract

Technology continuously facing the development requires a significant change for the community to master several competencies in using and utilizing various facilities in digital technology, including teachers as a component that plays a important role in education must be equipped with digital literacy. The purpose of this study was to obtain a digital literacy description of physics education students as preservice physics teacher in the first semester. This research was conducted using a descriptive method involving 80 first-semester physics education students at a university in Tasikmalaya. Data is collected by using tests and interviews. The instrument used was a valid and reliable digital literacy test as well as an interview guide. Data obtained is processed by determining the student score means and correlated with the results of the interview. The results showed that the mean of student’s digital literacy was 50 with a low category. Three digital literacy competency areas owned by students show that the mean literacy competency of information and digital data is 36 (low category), the mean of communication and collaboration competency is 68 (medium category), and the mean of digital content creation is 47 (low category). 
EVALUASI KINERJA GURU IPA Rahmat Rizal
MADROSATUNA : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : Latifah Pres

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (760.462 KB) | DOI: 10.47971/mjpgmi.v2i2.124

Abstract

Penjaminan mutu pendidikan IPA erat kaitannya dengan kinerja guru. Ketika guru IPA melakukan kinerja yang baik maka pelaksanaan pembelajaran IPA sebagai core business Pendidikan IPA dapat dikatakan bermutu. Mutu layanan guru IPA meliputi proses dan hasil pembelajaran. Kinerja merupakan variabel yang digunakan sebagai ukuran tingkat ketercapaian tugas guru. Guru dikatakan memiliki kinerja yang baik manakala dapat menyelesaikan tugas-tugasnya maupun mencapai indikator kinerja guru. Indikator kinerja pengajaran IPA tercantum dalam standar kompetensi professional guru IPA yang diamanatkan Permendiknas No. 16 tahun 2007. Kenyataan di lapangan berbagai studi menunjukkan kinerja mengajar IPA masih menghaapi masalah diantaranya guru belum mampu mengimplementasikan keterampilan proses sains dan belum mampu mengembangkan keterampilan berpikir dalam pembelajaran IPA. Mengevaluasi kinerja guru IPA diperlukan pengembangan instrumen evaluasi kinerja guru dengan mempertimbangkan peran guru dalam pembelajaran dan berdasarkan pada standar pengembangan instrument yang dirumuskan oleh ahli diantaranya Stronge Teaching audit dilakukan sebagai upaya untuk meyakinkan publik tentang kesesuaian kinerja guru IPA di Indonesia dengan standar pendidikan IPA yang telah ditentukan. Peran Teaching audit dalam sistem penjaminan mutu pendidikan bukan hanya untuk meningkatkan kualitas melainkan lebih menitikberatkan pada pengambilan keputusan sehingga terdapat konsekuensi legal yang dihasilkan