Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Konsep Proletarisasi dan Akumulasi Primitif dalam Teori Kependudukan Marxis Mulyanto, Dede
Padjadjaran Journal of Population Studies Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Padjadjaran Journal of Population Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.023 KB)

Abstract

Istilah ‘proletarisasi’ lekat kaitannya dengan teori kependudukan marxis. Sebagai konsep keilmuan, proletarisasi tampaknya tidak punya tempat di dalam teori-teori kependudukan di luar tradisi marxis. Tulisan ini mencoba memperkenalkan kembali teori proletarisasi dengan mengajukan beberapa contoh empiris dari sejarah Jawa serta koherensinya dengan konsep-konsep lain dalam tradisi marxis yang terkait dengan proses perubahan sosial yang diakibatkan oleh penetrasi corak produksi kapitalis. Dalam teori kependudukan marxis, proletarisasi merupakan bagian dari proses akumulasi primitif. Akumulasi primitif itu sendiri menunjukkan bahwa perubahan sosial yaitu penetrasi corak produksi kapitalis sedang berlangsung. Penciptaan kelas pekerja modern merupakan prasyarat utama di samping komodifikasi tanah.Kata Kunci: marxis, perubahan sosial, corak produksi kapitalis, proletar
EKONOMI PEKARANGAN DI PEDESAAN JAWA Mulyanto, Dede
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v3i1.2289

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisa peran pekarangan sebagai sumber ketersediaan pangan, energi rumahtangga, dan uang tunai bagi rumahtangga petani. Bagi orang Jawa lahan tidak hanya tempat bekerja mereka tetapi sebagai sebuah status sosial, ekoncomi dan politik di masyarakat. Disinilah pekarangan, sebuah lahan kecil di rumah, mengambil peran ketika petani menghadapai kesulitan ekonomi yang dikarenakan lahan garapannya tidak menguntungkan. Rumusan masalahnya adalah bagaimana karakteristik desa Wetankali dan bagaimana bentuk pemanfaatan ekonomi pekarangan yang terjadi di sana. Metode penelitian yang digunakan adalah etnografis disertai survei dengan kuisioner dan analisis data sekunder. Penelitian ini dilakukan di Desa Wetankali Kecamatan Kutocilik Kabupaten Banyumas. Pekarangan bagi masyarakat Jawa merupakan benteng yang dengannya mereka dapat bertahan hidup. Pekarangan ditanami beberapa jenis tanaman ynag dapat dijual untuk menambah pendapatan rumahtangga petani. Bersaamaan dengan pertumbuhan penduduk yang naik, pekarangan berubah bentuk menjadi semakin sempit karena masyarakat lebih memilih menggunakan lahannya untuk hunian. Akibatnya, untuk rumahtangga miskin, sumber makanan pendukung dan energi murah mulai menghilang. The objective of this article is to analyse the role played by house yards or home garden as source of food storage, household energy, and cash for peasant household. For Javanese peasant, yard was not only a  place for work, but also a space to represent economy and social status. The importance of house yards is felt in difficult situation such as economic crises and corpse failure. Research questions in this anysisis are how about the characteristics of Wetankali village and how about the pattern of using home garden or home yard there. Research method used is etnography with survey using questionaire and secondary data analysis. The research was conducted in Watankali, Kutocilik Banyumas. For Javanese, yards become a place for final defence. Peasent often plant their home garden with several kind of plants that have economical value to sell so that they will earn money from it. Along with the tendency of population growth, traditional home garden is changed to become housing complex. Consequently, for poor household, the source of food suplement and cheap energy deteriorates.
Karl Marx : The Anthropologist Mulyanto, Dede
UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.9 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v1i1.9605

Abstract

EKONOMI PEKARANGAN DI PEDESAAN JAWA Mulyanto, Dede
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v3i1.2289

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisa peran pekarangan sebagai sumber ketersediaan pangan, energi rumahtangga, dan uang tunai bagi rumahtangga petani. Bagi orang Jawa lahan tidak hanya tempat bekerja mereka tetapi sebagai sebuah status sosial, ekoncomi dan politik di masyarakat. Disinilah pekarangan, sebuah lahan kecil di rumah, mengambil peran ketika petani menghadapai kesulitan ekonomi yang dikarenakan lahan garapannya tidak menguntungkan. Rumusan masalahnya adalah bagaimana karakteristik desa Wetankali dan bagaimana bentuk pemanfaatan ekonomi pekarangan yang terjadi di sana. Metode penelitian yang digunakan adalah etnografis disertai survei dengan kuisioner dan analisis data sekunder. Penelitian ini dilakukan di Desa Wetankali Kecamatan Kutocilik Kabupaten Banyumas. Pekarangan bagi masyarakat Jawa merupakan benteng yang dengannya mereka dapat bertahan hidup. Pekarangan ditanami beberapa jenis tanaman ynag dapat dijual untuk menambah pendapatan rumahtangga petani. Bersaamaan dengan pertumbuhan penduduk yang naik, pekarangan berubah bentuk menjadi semakin sempit karena masyarakat lebih memilih menggunakan lahannya untuk hunian. Akibatnya, untuk rumahtangga miskin, sumber makanan pendukung dan energi murah mulai menghilang. The objective of this article is to analyse the role played by house yards or home garden as source of food storage, household energy, and cash for peasant household. For Javanese peasant, yard was not only a  place for work, but also a space to represent economy and social status. The importance of house yards is felt in difficult situation such as economic crises and corpse failure. Research questions in this anysisis are how about the characteristics of Wetankali village and how about the pattern of using home garden or home yard there. Research method used is etnography with survey using questionaire and secondary data analysis. The research was conducted in Watankali, Kutocilik Banyumas. For Javanese, yards become a place for final defence. Peasent often plant their home garden with several kind of plants that have economical value to sell so that they will earn money from it. Along with the tendency of population growth, traditional home garden is changed to become housing complex. Consequently, for poor household, the source of food suplement and cheap energy deteriorates.
ORANG KALANG, CINA, DAN BUDAYA PASAR DI PEDESAAN JAWA Mulyanto, Dede
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.401 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v10i2.215

Abstract

This essay is a preliminary analysis on social condition of Chinese people as well as the Kalang of Java in relation to their social identity as ‘merchant family’. Both of them are minority groups of people in rural Java. Though ethnographical research in a Javanese village in Banyumas District, Central Java for four months, I realised that the Chinese and the Kalang are identified by the Javanese as ‘merchant family’ based on ‘market-place culture’ (budaya pasar). Accordingly, market-place culture can be defined as collective way of life that placed local trading activity and livelihood as a main socio-economic orientation of the family. Meanwhile, the Javanese, as dominant ethnic group in the village, see themselves and been seen by Chinese and the Kalangs as thani or traditional land cultivator who hold ‘land-culture’ (budaya lahan) as their main socio-economic orientation. Among their Javanese neighbours, the Chinese and the Kalangs’ social identity is accepted through reproducing their myth of origin and to differentiate their group norms and values.
Engels tentang Evolusi Manusia: Catatan Pendahuluan atas Gagasan Friedrich Engels (1820-1895) tentang Alur Evolusi Manusia dan Peran Kerja di Dalamnya Dede Mulyanto
Antropologi Indonesia Vol 32, No 1 (2011): Antropologi Indonesia
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper represents Engels’ theory of human origin with more modern facts and theories from contemporary fossil record. In Engels’ theory, brain and cognitive ability is not the essential attribute of humanity. Brain capacity is not a cause; it is result or effect of evolution of more essential attribute in hominid evolution, that are terrestrial-bipedal life style and the use of tools by which labour social organisation emerge in hominid evolution. Keywords: evolution, paleoanthropology, Marxism, hominid
Sundanese Kinship Terminology in an Old Sundanese Manuscript: Saṅhyaṅ Siksakanda Ṅ Karĕsian (1518 AD) Mulyanto, Dede -
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 11, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v11i2.19089

Abstract

This article is attempted to reconstruct Sundanese kinship terminology from an Old Sundanese manuscript: Saṅhyaṅ Sikakanda ṅ Karĕsian (The Godly Guidelines to the Righteousness, 1518 AD). In this manuscript, there are 26 kin term of references for 23 kin categories. Basically, Old Sundanese kinship terminology have strong characteristics toward lineal-Eskimo type in which terms of reference for members of nuclear family more descriptive than for other relatives outside it. Balance term distributions for collateral relatives also important in this type. Comparing with modern Sundanese, there are no structural change in Sundanese kinship terminology.
Karl Marx : The Anthropologist Dede Mulyanto
Umbara Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.9 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v1i1.9605

Abstract

Penyuluhan Perlindungan Hukum Hak Petani Berkaitan Dengan Pemuliaan Varietas Tanaman Di Desa Sayang Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang Sudjana Sudjana; Hernadi Hernadi; Dede Mulyanto; Hazar Kusmayanti
Jurnal Pengabdian Dharma Laksana Vol 4, No 2 (2022): JPDL (Jurnal Pengabdian Dharma Laksana)
Publisher : LPPM Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/j.pdl.v4i2.18222

Abstract

Pemberian perlindungan varietas tanaman (PVT dilaksanakan untuk mendorong dan memberi peluang kepada petani meningkatkan perannya dalam berbagai aspek pembangunan pertanian. Pada waktu mendatang yang diharapkan petani semakin berperan sehingga lebih banyak varietas tanaman lokal yang lebih unggul dan lebih beragam dapat dihasilkan. Penyuluhan hukum Perlindungan ini memberikan peluang bagi petani memanfaatkan varietas baru untuk keperluannya sendiri, serta dengan tetap melindungi varietas lokal bagi kepentingan masyarakat lokal.  Untuk itu,  dilaksanakan Penyuluhan hukum di Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang, penyuluhan ini penting dilakukan karena masyarakat Sumedang masih sangat banyak para petani penggarap. Metode kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan ceramah dan presentasi yaitu memberikan penjelasan berdasarkan teori-teori dan hasil dari kajian dari materi/ bahan hukum tentang  hak-hak petani. Para peserta terdiri dari kepala desa dan perangkat desa  serta petani penggarap, sehingga diharapkan peserta penyuluhan khususnya petani  memiliki kesadaran hukum atas hak-hak yang dimilikinya.  Penyuluh memberikan penjelasan secara detail sistem perlindungan hak-hak petani terutama mengenai varietas tanaman lokal berdasarkan hukum positif dilanjutkan dengan pertanyaan yang diajukan oleh para peserta.
Konsep Proletarisasi dan Akumulasi Primitif dalam Teori Kependudukan Marxis Dede Mulyanto
Jurnal Kependudukan Padjadjaran Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Padjadjaran Journal of Population Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.023 KB)

Abstract

Istilah ‘proletarisasi’ lekat kaitannya dengan teori kependudukan marxis. Sebagai konsep keilmuan, proletarisasi tampaknya tidak punya tempat di dalam teori-teori kependudukan di luar tradisi marxis. Tulisan ini mencoba memperkenalkan kembali teori proletarisasi dengan mengajukan beberapa contoh empiris dari sejarah Jawa serta koherensinya dengan konsep-konsep lain dalam tradisi marxis yang terkait dengan proses perubahan sosial yang diakibatkan oleh penetrasi corak produksi kapitalis. Dalam teori kependudukan marxis, proletarisasi merupakan bagian dari proses akumulasi primitif. Akumulasi primitif itu sendiri menunjukkan bahwa perubahan sosial yaitu penetrasi corak produksi kapitalis sedang berlangsung. Penciptaan kelas pekerja modern merupakan prasyarat utama di samping komodifikasi tanah.Kata Kunci: marxis, perubahan sosial, corak produksi kapitalis, proletar