Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PEMAHAMAN DAN RESPON SANTRI PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARI’AH DI PONOROGO Abidah, Atik
Justitia Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Justitia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 1991, masyarakat dikenalkan dengan berdirinya perbankansyari’ah dalam melakukan transaksi keuangan. Mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga dengan berdirinya bank syari’ah ini berdampak pada pilihan masyarakat muslim yang tampaknya sebagian besar masih bermuamalah di bank konvensional. Hal ini juga tampak terlihat di civitas santripondok pesantren di Ponorogo yang masih banyak menggunakan layanan bank konvensional.Karena itu, menarik untuk melihat bagaimana para santri merespon fenomena ini.Tulisan ini pada intinya hendak mengetahui respon santri pesantren Ponorogo terhadap perbankan syari’ah.Adapun metode yang digunakan adalah metode quesioner terhadap para santri untuk mengetahui respon santri Ponorogoterhadap perbankan syari’ah.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responmereka terhadap bank syari’ah mayoritas adalah positif.Mereka berpendapat bahwa menabung di bank syari’ah aman dan sesuai dengan syari’ah.tetapi di antara mereka masih menggunakan layanan bank konvensional karena kurangnya informasi dan fasilitas yang disediakan bank syari’ah.Kata Kunci:Bank Muamalat Indonesia, Islamic Economic System, murābahah, Santri Pesantren
PEMAHAMAN DAN RESPON SANTRI PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARI’AH DI PONOROGO Abidah, Atik
Justitia Vol 10, No 1 (2013)
Publisher : Justitia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 1991, masyarakat dikenalkan dengan berdirinya perbankansyari’ah dalam melakukan transaksi keuangan. Mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga dengan berdirinya bank syari’ah ini berdampak pada pilihan masyarakat muslim yang tampaknya sebagian besar masih bermuamalah di bank konvensional. Hal ini juga tampak terlihat di civitas santripondok pesantren di Ponorogo yang masih banyak menggunakan layanan bank konvensional.Karena itu, menarik untuk melihat bagaimana para santri merespon fenomena ini.Tulisan ini pada intinya hendak mengetahui respon santri pesantren Ponorogo terhadap perbankan syari’ah.Adapun metode yang digunakan adalah metode quesioner terhadap para santri untuk mengetahui respon santri Ponorogoterhadap perbankan syari’ah.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responmereka terhadap bank syari’ah mayoritas adalah positif. Mereka berpendapat bahwa menabung di bank syari’ah aman dan sesuai dengan syari’ah.tetapi di antara mereka masih menggunakan layanan bank konvensional karena kurangnya informasi dan fasilitas yang disediakan bank syari’ah.Kata Kunci:Bank Muamalat Indonesia, Islamic Economic System, murābahah, Santri Pesantren.
PEMAHAMAN DAN RESPON SANTRI PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARI’AH DI PONOROGO Abidah, Atik
Justicia Islamica Vol 10, No 1 (2013): HUKUM DAN SOSIAL
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/justicia.v10i1.144

Abstract

Pada tahun 1991, masyarakat dikenalkan dengan berdirinya perbankansyari’ah dalam melakukan transaksi keuangan. Mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga dengan berdirinya bank syari’ah ini berdampak pada pilihan masyarakat muslim yang tampaknya sebagian besar masih bermuamalah di bank konvensional. Hal ini juga tampak terlihat di civitas santripondok pesantren di Ponorogo yang masih banyak menggunakan layanan bank konvensional.Karena itu, menarik untuk melihat bagaimana para santri merespon fenomena ini.Tulisan ini pada intinya hendak mengetahui respon santri pesantren Ponorogo terhadap perbankan syari’ah.Adapun metode yang digunakan adalah metode quesioner terhadap para santri untuk mengetahui respon santri Ponorogoterhadap perbankan syari’ah.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responmereka terhadap bank syari’ah mayoritas adalah positif. Mereka berpendapat bahwa menabung di bank syari’ah aman dan sesuai dengan syari’ah.tetapi di antara mereka masih menggunakan layanan bank konvensional karena kurangnya informasi dan fasilitas yang disediakan bank syari’ah.Kata Kunci:Bank Muamalat Indonesia, Islamic Economic System, murābahah, Santri Pesantren.
PERSAMAAN DERAJAT TERHADAP PEMBAGIAN HAK WARIS ANAK DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 Abidah, Atik
De Jure: Jurnal Hukum dan Syari'ah Vol 6, No 2: Desember 2014
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.9 KB) | DOI: 10.18860/j-fsh.v6i2.3227

Abstract

This research aims to analyze the equality rights of biological children in the decision of the Constitutional Court of the Republic of Indonesia number: 46/PUU-VIII/2010 and its legal consequence. This research included in the normative legal research that used a statue approach and case study approach. The research’s data analyzed using preskriptive-analytic methode and hermeneutic methode. The Research’s results showed that the  decision of  Constitutional Court of the Republic of Indonesia number: 46/PUU-VIII/2010 expand the interpretation of the concept of nasab from legal  children towards biological children to achieve the equality and the sense of fairness. This verdict also expand the interpretation of the evidence. The relationship between parents and their childrens can be proved with the aid of science and technology. The similarity of DNA / RNA betwen parents and their childern is the ratio legis ('illat al-hukm) that into consideration the biological children acquire the civil rights, including inheritance rights.
Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan Pengelolaan Zis Pada Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo Abidah, Atik
Kodifikasia Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.617 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v10i1.804

Abstract

Lahirnya lembaga-lembaga amil zakat, seharusnya mampu menjadi sebuah    harapan bagi para mustahiq, serta dapat terselesaikannya masalah kemiskinan   dan  pengangguran. Namun,  harapan   ini  tidak   akan   tercapai apabila Lembaga Amil Zakat tidak memiliki orientasi dalam pemanfaatan dana  zakat yang tersedia. Lembaga pengelolaan zakat dalam menghimpun dana ZIS dengan mengambil dana  zakat  baik secara  langsung  maupun tidak  langsung dari masyarakat. Cara-cara yang dilakukan saat ini umumnya meliputi pembukaan counter-counter penerimaan zakat, pemasangan iklan pada media massa, korespondensi,   kunjungan dari rumah ke rumah dan kontak dengan komunitas tertentu, dan masih banyak yang lainnya.Demikian hal-nya Lembaga-Lembaga Zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo, yang dari tahun ke tahun semakin banyak, yang tentunya ini juga ada harapan besar bahwa, dana zis yang dikumpulkan semakin banyak. Lembaga-lembaga zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo, mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan pengumpulan zakat atau strategi fundraisingnya.Masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimanakah   strategi fundraising pada Lembaga-lembaga Amil Zakat di Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan pengelolaan dana Zakat. (b) Bagaimana Dampak  Strategi Fundrising pada peningkatan  pengelolaan     Zakat   pada Lembaga-lembaga Amil Zakat di Kabupaten Ponorogo?.Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan  menggunakan   jenis   penelitian   kualitatif, yaitu   jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat di capai dengan  menggunakan   prosedur   diskriptif   dengan   menggambarkan, fenomena   yang   terkait   pada   penelitian, fakta-fakta   dan   lain-lain.   Metode   kualitatif   adalah   prosedur   penelitian   yang   menghasilkan   data   deskriptif   berupa   kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati.[1] Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif, yaitu membandingkan tiap tahapan pengelolaan zakat pada 5 Lembaga Zakat yang ada di Ponorogo. Pendekatan Komparatif dilakukan dengan cara menggali persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan[2]  hal ini diharapkan mampu menjelaskan secara objektif segala permasalahan dalam penelitian, yaitu bagaimana strategi fundrising dalam peningkatan pengelolaan ZIS pada Lembaga-Lembaga Amil Zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo.Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Strategi Fundraising dalam peningkatan pengelolaan ZIS pada LAZ-LAZ di Kabupaten Ponorogo, dapat di simpulkan sebagai berikut: LAZ Nasional mampu mengumpulkan dana yang lebih banyak dibandingkan dengan LAZ Lokal, bahkan ada LAZ Lokal yang mengalami penurunan dalam pengumpulannya. Dari data yang telah tersaji, bahwa semua itu dipengaruhi oleh beberapa hal :Brand Image lembaga yang bagus, yang memang secara tidak langsung mempengaruhi, sedikit banyaknya dana/daya yang dikumpulkan.Amil Profesional, masih banyak lembaga zakat (lokal) yang hanya mengandalkan pengumpulan dana zakat dengan sistem kepengurusan yang ada, padahal yang masuk dalam jajaran pengurus adalah mereka yang sangat sibuk dan punya pekerjaan di luar, sehingga dalam penggalangan dananya, tidak bisa bersifat fulltime, bahkan ada yang pendapatan dana zakatnya menurun karena amilnya  tidak mau bekerja lagi karena upah yang diterima dianggap tidak cukup. Sedangkan laz yang sifatnya Nasional, mereka mempunyai tim khusus dalam penggalian dana, yang para amil ini direkrut dengan khusus, baik dari sisi managemen maupun sisi attitude nya, yang berbasis pesantren, sehingga tidak mengurangi kinerja para amil, bisa fulltime bekerja, meski hak upah mereka sesuai dengan aturan syara, yaitu tidak lebih dari 1/8 bagian.Sistem managemen yang bagus, baik dalam hal strategi fundraising, keuangan maupun kinerja, ternyata sangat berpengaruh dalam sebuah organisasi. Banyak lembaga zakat yang hanya bekerja sambilan, tanpa managemen, baik dalam konteks pengumpulan maupun pendistribusian, maka hasilnya juga tidak maksimal. Sedangkan lembaga zakat yang bekerja dengan managemen yang bagus, maka hasilnya pun bagus dan memuaskan bahkan tetap bisa eksis di tengah persaingan yang luar biasa dengan semakin banyaknya lembaga zakat, khususnya di wilayah Ponorogo.
PENGELOLAAN ZAKAT OLEH NEGARA DAN SWASTA Studi Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Zakat Oleh BAZ Dan LAZ Kota Madiun Abidah, Atik
Kodifikasia Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.302 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v4i1.745

Abstract

Abstraks: Keberadaan lembaga zakat di Indonesia yang diakui oleh perundang-undangan ada dua, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ adalah lembaga zakat yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan LAZ adalah lembaga yang dikelola oleh masyarakat. Artikel ini merupakan merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data digali langsung dari BAZ Kota Madiun dan LAZ dalam hal ini ada 2 lembaga, yaitu Lembaga Manajemen Infaq (LMI) dan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Hasil penelitian BAZ lebih efektif dibanding LAZ, karena BAZ di bawah naungan Pemerintah Kota Madiun dan didukung dengan kebijakan dalam menjalankan progam kerjanya. Sedangkan pada LAZ (LMI dan BMH) karena sifatnya mandiri, maka segala sesuatunya akan efektif jika mereka bekerja keras, dan itulah yang selama ini dilakukan oleh LMI dan BMH, sehingga sampai saat ini mereka masih eksis.
Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan Pengelolaan Zis Pada Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo Atik Abidah
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v10i1.804

Abstract

Lahirnya lembaga-lembaga amil zakat, seharusnya mampu menjadi sebuah    harapan bagi para mustahiq, serta dapat terselesaikannya masalah kemiskinan   dan  pengangguran. Namun,  harapan   ini  tidak   akan   tercapai apabila Lembaga Amil Zakat tidak memiliki orientasi dalam pemanfaatan dana  zakat yang tersedia. Lembaga pengelolaan zakat dalam menghimpun dana ZIS dengan mengambil dana  zakat  baik secara  langsung  maupun tidak  langsung dari masyarakat. Cara-cara yang dilakukan saat ini umumnya meliputi pembukaan counter-counter penerimaan zakat, pemasangan iklan pada media massa, korespondensi,   kunjungan dari rumah ke rumah dan kontak dengan komunitas tertentu, dan masih banyak yang lainnya.Demikian hal-nya Lembaga-Lembaga Zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo, yang dari tahun ke tahun semakin banyak, yang tentunya ini juga ada harapan besar bahwa, dana zis yang dikumpulkan semakin banyak. Lembaga-lembaga zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo, mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan pengumpulan zakat atau strategi fundraisingnya.Masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimanakah   strategi fundraising pada Lembaga-lembaga Amil Zakat di Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan pengelolaan dana Zakat. (b) Bagaimana Dampak  Strategi Fundrising pada peningkatan  pengelolaan     Zakat   pada Lembaga-lembaga Amil Zakat di Kabupaten Ponorogo?.Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan  menggunakan   jenis   penelitian   kualitatif, yaitu   jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat di capai dengan  menggunakan   prosedur   diskriptif   dengan   menggambarkan, fenomena   yang   terkait   pada   penelitian, fakta-fakta   dan   lain-lain.   Metode   kualitatif   adalah   prosedur   penelitian   yang   menghasilkan   data   deskriptif   berupa   kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati.[1] Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif, yaitu membandingkan tiap tahapan pengelolaan zakat pada 5 Lembaga Zakat yang ada di Ponorogo. Pendekatan Komparatif dilakukan dengan cara menggali persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan[2]  hal ini diharapkan mampu menjelaskan secara objektif segala permasalahan dalam penelitian, yaitu bagaimana strategi fundrising dalam peningkatan pengelolaan ZIS pada Lembaga-Lembaga Amil Zakat yang ada di Kabupaten Ponorogo.Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Strategi Fundraising dalam peningkatan pengelolaan ZIS pada LAZ-LAZ di Kabupaten Ponorogo, dapat di simpulkan sebagai berikut: LAZ Nasional mampu mengumpulkan dana yang lebih banyak dibandingkan dengan LAZ Lokal, bahkan ada LAZ Lokal yang mengalami penurunan dalam pengumpulannya. Dari data yang telah tersaji, bahwa semua itu dipengaruhi oleh beberapa hal :Brand Image lembaga yang bagus, yang memang secara tidak langsung mempengaruhi, sedikit banyaknya dana/daya yang dikumpulkan.Amil Profesional, masih banyak lembaga zakat (lokal) yang hanya mengandalkan pengumpulan dana zakat dengan sistem kepengurusan yang ada, padahal yang masuk dalam jajaran pengurus adalah mereka yang sangat sibuk dan punya pekerjaan di luar, sehingga dalam penggalangan dananya, tidak bisa bersifat fulltime, bahkan ada yang pendapatan dana zakatnya menurun karena amilnya  tidak mau bekerja lagi karena upah yang diterima dianggap tidak cukup. Sedangkan laz yang sifatnya Nasional, mereka mempunyai tim khusus dalam penggalian dana, yang para amil ini direkrut dengan khusus, baik dari sisi managemen maupun sisi attitude nya, yang berbasis pesantren, sehingga tidak mengurangi kinerja para amil, bisa fulltime bekerja, meski hak upah mereka sesuai dengan aturan syara, yaitu tidak lebih dari 1/8 bagian.Sistem managemen yang bagus, baik dalam hal strategi fundraising, keuangan maupun kinerja, ternyata sangat berpengaruh dalam sebuah organisasi. Banyak lembaga zakat yang hanya bekerja sambilan, tanpa managemen, baik dalam konteks pengumpulan maupun pendistribusian, maka hasilnya juga tidak maksimal. Sedangkan lembaga zakat yang bekerja dengan managemen yang bagus, maka hasilnya pun bagus dan memuaskan bahkan tetap bisa eksis di tengah persaingan yang luar biasa dengan semakin banyaknya lembaga zakat, khususnya di wilayah Ponorogo.
PENGELOLAAN ZAKAT OLEH NEGARA DAN SWASTA Studi Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Zakat Oleh BAZ Dan LAZ Kota Madiun Atik Abidah
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v4i1.745

Abstract

Abstraks: Keberadaan lembaga zakat di Indonesia yang diakui oleh perundang-undangan ada dua, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ adalah lembaga zakat yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan LAZ adalah lembaga yang dikelola oleh masyarakat. Artikel ini merupakan merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data digali langsung dari BAZ Kota Madiun dan LAZ dalam hal ini ada 2 lembaga, yaitu Lembaga Manajemen Infaq (LMI) dan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Hasil penelitian BAZ lebih efektif dibanding LAZ, karena BAZ di bawah naungan Pemerintah Kota Madiun dan didukung dengan kebijakan dalam menjalankan progam kerjanya. Sedangkan pada LAZ (LMI dan BMH) karena sifatnya mandiri, maka segala sesuatunya akan efektif jika mereka bekerja keras, dan itulah yang selama ini dilakukan oleh LMI dan BMH, sehingga sampai saat ini mereka masih eksis.
KAJIAN PERATURAN MENTERI AGAMA RI NOMOR 52 TAHUN 2014 TERHADAP PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF BAZNAS KOTA MADIUN Atik Abidah; Yuniar Fathiyyatur Rosyida
Al-Syakhsiyyah: Journal of Law & Family Studies Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/syakhsiyyah.v2i1.2159

Abstract

ABSTRAK : Islam tumbuh dengan banyak kepedulian positif terhadap realitas suatu permasalahan, termasuk fenomena perekonomian, salah satunya adalah nilai filantropi dalam kewajiban zakat. Pengembangan pengelolaan zakat salah satunya adalah dengan produktifitas zakat, yang seharusnya mampu berperan dalam mengatasi pelbagai permasalahan ekonomi. Salah satu lembaga zakat yang menerapkan metode pendayagunaan zakat secara produktif adalah Baznas Kota Madiun yaitu dengan melalui program Bisafari. Begitu juga pemerintah melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 52 tahun 2014 telah mengatur mengenai pendayagunaan zakat produktif tersebut. Salah satu syaratnya adalah bahwa kebutuhan dasar mustahik sudah terpenuhi, memenuhi ketentuan Syariah, dan menghasilkan nilai tambah ekonomi. Demikian juga halnya terkait pembuatan laporan tentang produktifitas zakat, dalam aturan tersebut, laporan dilakukan setiap 6 bulan sekali dan harus mencantumkan perkembangan Mustahiq. Hasil dari penelitian tentang pendayagunaan zakat di BAZNAS Kota Madiun, Pertama, tentang kriteria Mustahik dalam Program Bisafari belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan Menag No. 52 Tahun 2014, dalam praktiknya, di Kota Madiun masih terdapat mustahiq yang tidak bisa mengembangkan usahanya dengan bantuan tersebut, artinya belum bisa berdaya secara ekonomi. Kedua, kajian Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 terhadap pelaporan zakat produktif di Baznas Kota Madiun dengan program bisafarinya adalah belum sesuai dengan Pasal 35 ayat (4) yaitu Baznas Kota Madiun hanya membuat laporan keuangan Baznas setiap setahun sekali, dan dalam pembuatan laporan tersebut tidak dicantumkan mengenai perkembangan para mustahiq, sehingga tidak diketahui apakah ada perubahan dari pemberdayaan dana zakat tersebut.
PERAN AL-QURAN DAN AS-SUNNAH DALAM PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH:KAJIAN, PELUANG DAN TANTANGAN FINTECH SYARIAH Atik Abidah; Kasuwi Saiban; Misbahul Munir
Muslim Heritage Vol 7, No 1 (2022): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v7i1.3628

Abstract

AbstractAl-Qur'an and Sunnah are one of the sources of law that exist in Islam and regulate all human actions. The role of the Qur'an and Sunnah extends to regulating the field of Islamic economics in great detail. This study aims to understand the role of the Qur'an and Sunnah in the development of sharia economics, especially in the study of sharia fintech related to the opportunities and challenges. The method used is library research. The data in this study were obtained using the documentary method sourced from the latest journal articles. The result of this research is that sharia fintech has been officially developed in Indonesia and has received special regulations from the National Sharia Council. The number of Muslim population and increasing technology users are special opportunities for the development of sharia fintech. The lack of understanding of the differences between sharia and conventional fintech is a challenge for financial technology players. Fintech has benefits that are in line with Islamic principles as stated in the Qur'an and Sunnah. This is what strengthens the existence of Islamic fintech, which will be able to continue to grow rapidly from time to time.AbstrakAl-qur’an dan Sunnah merupakan salah satu sumber hukum yang ada dalam Islam dan mengatur seluruh perbuatan manusia. Peran al-Qur’an dan Sunnah meluas hingga mengatur bidang ekonomi Islam dengan sangat rinci. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran al-Qur’an dan Sunnah dalam perkembangan ekonomi syariah terutama dalam kajian fintech syariah terkait dengan peluang dan tantangannya. Metode yang digunakan adalah dengan penelitianPustaka(library research).Data dalampenelitianinididapatdenganmenggunakanmetodedocumenteryang bersumber dari artikel-artikel jurnal terbaru. Hasil dari penelitian ini adalah fintech syariah telah resmi dikembangkan di Indonesia dan telah mendapat regulasi khusus dari Dewan Syariah Nasional. Jumlah penduduk muslim dan meningkatnya pengguna teknologi menjadi peluang khusus perkembangan fintech syariah. Minimnya pemahaman tentang perbedaan fintech syariah dengan konvensional menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku financial technology. Fintech memiliki manfaat yang sejalan dengan prinsip Islam sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Hal itu yang menjadi penguat keberadaan fintech syariah akan mampu terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.