Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

UPACARA TANJUNG SARI DESA DLIMAS KECAMATAN CEPER DITINJAU DARI AJARAN TRI HITA KARANA Sugiman
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.069 KB)

Abstract

Upacara Tanjung Sari Di Desa Dlimas Kecamatan Ceperi disinyalir muncul pada abad ke 10 Masehi. Bermula dari seorang kerabat keraton Mataram , Ki Dlimas, yang melaksanakan perjalanan spiritual ke Klaten . Upacara Tanjung Sari  atau Sedhekah Desa sebagai upacara adat tradisional di Kelurahan Dlimas dan sekitarnya merupakan suatu perwujudan nilai sosial budaya yang dapat menjalin rasa kebersamaan antar umat beragama, karena masyarakat yang merayakannya terdiri atas beranekaragam umat beragama yaitu umat Hindu, Islam, Kristen dan Katolik Kelurahan Dlimas. Ritual Tanjungsari  berfungsi sebagai pemersatu warga Desa Dlimas yang selama satu tahun disibukan dengan tugas yang diemban ditempat kerjanya. Seni Pertunjukan juga dilibatakan dalam upacara itu. Bertitik tolak pada masalah tersebut di atas penulis bermaksud mengangkat upacara tersebut Tanjung Sari  di Kelurahan Dlimas, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten ini dirayakan sebagai pemujaan terhadap Cikal Bakal atau Pepunden Nyi Rara Tanjung Sari.
NILAI ESTETIKA TUMPENG JAWA Sugiman
Widya Aksara Vol 22 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.166 KB)

Abstract

Masyarakat Jawa memiliki kebiasaan dan tradisi yaitu membuat Tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa misalnya perayaan Kelahiran, upacara Perkawinan, upacara Bersih Desa dan lain-lainnya, Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional yang merupakan wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Kalau masyarakat Jawa memiliki hajad menyajikan Tumpeng maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta agar terhindar dari pengaruh tidak baik serta memperoleh kemuliaan.  Nasi Tumpeng yang dibuat oleh masyarakat Jawa pada suatu acara tertentu bukan hanya sekedar makanan dengan tampilan yang menarik yang berwarna-warni bentuknya dan rasa yang lezat, namun semua itu memilik Nilai dan memiliki makna Filosofis dalam kehidupan manusia khusunya masyarakat Jawa yang sudah mempercayainya. Dari berbagai macam bentuk Tumpeng masing-masing memiliki makna sendiri-sendiri itu semua sesuai dengan keperluannya. Nasi Tumpeng yang dilengkapi berbagai macam lauk pauk semuanya itu mengandung makna dan memiliki fungsi. Sesuai dengan jenis-jenis tumpeng misalnya Tumpeng Robyong, Tumpeng Nujuh Bulan, Tumpeng Pungkur, Tumpeng Nasi Kuning, Tumpeng Nasi Uduk, Tumpeng Seremonial dan lain-lainnyayang memiliki variasi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang membuat Tumpeng sebagai kelengkapan Tumpeng diberi Lauk Pauk sesuai dengan keperluannya.  Nasi Tumpeng  memiliki Nilai Estetika. Nasi Tumpeng juga memiliki makna yaitu Hubungan dengan Agama dan Ketuhanan, hubungannya dengan Alam semesta dan memiliki hubungannya dengan Sosial Kemasyarakatan ini semua untuk menuju keseimbangan hidup seseorang dalam menciptakan suasana yang aman damai dan sejahtera.
PELAKSANAAN AJARAN MANUSA YADNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTERMANUSIA YANG BERBUDI LUHUR Sugiman
Widya Aksara Vol 22 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.432 KB)

Abstract

Sesuai dengan ajaran agama Hindu dan tujuan hidup menurut Agama Hindu kita dituntut untuk berusaha penerapan nilai-nilai ajara agama Hindu dalam kehidupan sehar-hari. Pemerintah atau Negara Kesatua Republik Indonesia mengharapkan agar bangsa memiliki karakter dan kepribadian yang luhur karena sesuai dengan Dasar Negara Kita Pancasila. Selaras dengan ajaran agama Hindu untuk mewujudkan dan membentuk karakter manusia yang berbudi luhur . Dengan dilaksanakan ajaran manusia Yadnya untuk mengangkat dan membangkitkan rasa tanggung jawab terhadap diri manusia menuju kesempurnaan hidpnya di dunia ini. Dengan adanya ajaran Manusa Yadnya mulai dari Upacara bayi dalam kandungan samapi dengan Upacara Perkawinan atau Wiwaha Samkara semuanya dilandasi dengan kesucian keiklasan dan cintakasih, unsur-unsur tidak baik yang menyebabkan manusia tersesat terjerumus dalam penderitaan semuanya harus dikendalikan disingkirkan. Pengendalian diri dalam membangkitkan kesadaran untuk mewujudkan manusia yang memiliki karakter dan berbudi luhur baik melalui ritual maupun spiritual perlu ditingkatkan dengan berbagai jenis upacara manusia yadnya dan masing-masing upacara memiliki maksud dan tujuan-tujuan tertentu. Upacara Manusa Yadnya pada prinsipnya untuk pembersihan dirinya ke tarap hidup yang lebih sempurna baik secara lahir maupun batin. Dalam keluarga sangat penting dalam membentuk karakter manusia yang berbudi luhur dengan diawali dari keluarga dan banyak sekali yang perlu diperhatikan bagaimana untuk melaksanakan ajaran Manusa Yadnya dalam keluarga.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM AJARAN SANGKAN PARANING DUMADI MERUPAKAN REALISASI BRAHMA WIDYA Sugiman
Widya Aksara Vol 23 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.858 KB)

Abstract

Ilmu yang mempelajari tentang Tuhan disebut Brahma Widya atau Brahma Tattwa Jnana. Untuk mengetahui hal itu, harus melihat atau mencermati secara konseptual dan menyeluruh dengan melihat secara keseluruhan. Hindu berpegang bahwa agama Hindu adalah agama yang monoteistis. Pandangan Ketuhanan dalam Weda jauh lebih luhur dan kerohaniannya lebih mendalam dari pada budaya yang biasanya dikenal sebagai monoteisme dan politeisme. Ungkapan Sangkan Paraning Dumadi mengajarkan bahwa, Tuhan merupakan prima causa, sumber sekaligus tujuan kembalinya semua makhluk. ajaran Sangkan Paraning Dumadi mengisyaratkan bahwa alam semesta ini timbul atau diciptakan melalui proses Yadnya dan dipelihara pula melalui pelaksanaan yadnya.
TRI HITAKARANA DALAM UPACARA TANJUNG SARI DESA DLIMAS KECAMATAN CEPER Sugiman
Widya Aksara Vol 24 No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.222 KB)

Abstract

Tri Hitakarana in the Tanjung Sari Ceremony in the Klaten Dlimas Village. This ritual allegedly appeared in the 10th century. Starting from a relative of the Mataram palace, Ki Dlimas, who carried out a spiritual journey to Klaten. He stopped and rested until he fell asleep under the tree of five that had golden yellow fruit. For the magical message from a beautiful woman named Nyi Rara Tanjung Sari, that place was to be called the Dlimas. This message was followed by Ki Dlimas. Since then the Dlimas region has been inhabited by many residents. When the 4th Ki Dlimas descendant Ki Demang Rawatmeja came to power there, a terrible epidemic broke out. Many residents and maintenance animals died. Hamlet Dlimas became lonely. Ki Demang Rawatmeja then meditated to ask for God's guidance. At that time, two beautiful women, Nyi Rara Tanjung Sari and Nyi Rara Payung Gilap, were met by magic. They ordered to look for people who want to live in Dlimas. They both want to be protective citizens but every year on Friday Kliwon or Friday Wage in Sura must caos offerings. Clean rituals at Tanjung Sari Village are performed by all residents. Ahead of the Celebration a committee was formed. They are tasked with coordinating activities, ranging from the arrangement of events, budget plans, collecting dues of citizens to design community service activities, decorating buildings and pepunden ceremony ceremonies, preparing arts, decoration, security, cleanliness of residential neighborhoods, to the top of events, and post worship including committee responsibilities. This ritual serves as a unifying citizen of Dlimas Village, who for a year was preoccupied with the tasks carried out in his workplace. Performing arts are also included in the ceremony. Religiosity of religious teachings is formulated specifically in the form of art, thus helping the process of understanding. At the ceremony they gathered together to restore the social ties that had slack. This is all for the sake of increasing unity, unity and sense of social solidarity. The meaning of the ceremony strengthens their religious life which is built from a sense of togetherness, inhales the power of the universe and relies on belief in pepunden and God so that they are blessed with harmony, peace and prosperity.
IMPLEMENTASI AJARAN CATUR WARNA DALAM MERAJUT KEBERSAMAAN GUNA MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sugiman
Widya Aksara Vol 24 No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.449 KB)

Abstract

  In life in the community often appear differences in social status which is often a conflict between the rich, the poor, becoming employees, becoming workers and so on. In the national development arena in Indonesia, every community / citizen has a role to play a role in the implementation of National Development in accordance with their respective competencies, abilities. In the teachings of Catur Warna in the life of the people have blended so that it does not look conspicuous because each color of each has involved each of them, fostering the unity and unity of our country together helping each other, helping each other, supporting each other in the national development is Realizing a prosperous, peaceful, peaceful society based on Pancasila and the 1945 Constitution Catur Warna Conditions in National Development is very strategic regarding the duties and functions of each of us can each of us each. Brahmin has the duty of Mehayu-hayu for peace, interconnected peace, respect for those who love each other, peace-struck people. A Warna Kesatriya has the duty to guarantee the preservation of the nation and the State to improve an honest and clean authoritative Government System for the realization of the goals of National Development. Warna Waisya has a role, regulates and improves the economy in order to lift it, the people and the country. While Warna Sudra has a role and role in national development in order to create a harmonious relationship between helping and completing the work of the Brahmin Color, the Kesatriya leaves of Warna Sudra, so that each other is involved, and in National Development can show Synergy, togetherness about mutual cooperation, a sense of unity and bonding are maintained in harmony with the physical and mental.    
IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA DALAM PENGEMBANGAN ASPEK SOSIAL ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN PATI Setyaningsih; Sugiman
Widya Aksara Vol 25 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.022 KB)

Abstract

Through religious education, Hindu students are guided to always foster harmonious relations between human beings, the natural surroundings or the environment as well as relationships with God. These three relationships are in accordance with the concept of Tri Hita Karana, to shape the character of children from an early age. Early childhood growth will affect the next period i.e. the attainment of maturity in social relations. This research would like to overview the early childhood development precisely and maximally, so the result will be able to develop all aspects of the scope of child development including social aspects. The goal in this research is to describe the early childhood social development in kindergarten (TK) Kemala Bhayangkari No. 43 Kabupaten Pati by using qualitative approach. The results showed that (1) the early childhood social abilities in kindergarten Kemala Bhayangkari No. 43 Kabupaten Pati include the ability to get along, socialize and properly communicate with friends and teachers, working together, being patient in taking turn, caring and helping friends who is in trouble in classroom tasks, sharing food and toys, giving up to friends and being responsible.
KINERJA PENYULUH AGAMA HINDU NON PNS DITINJAU DARI FUNGSI PENYULUH DI MASA PANDEMI COVID- 19 Sugiman; I Nyoman Santiawan
Widya Aksara Vol 25 No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyuluh Agama Hindu merupakan ujung tombak pembinaan umat Hindu disetiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja penyuluh agama Hindu Non PNS Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta ditinjau dari fungsi penyuluh agama di masa pandemic Covid- 19. Metode penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan obeservasi dan wawsncara lansung dengan pihak pihak yang terkait seperti tokoh umat, penyuluh, bimas Hindu DIY dan beberapa umat sekitar DIY. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan 3 tahap, yang pertama reduksi data, penyajian data kemudian disimpulkan dan diverifikasi untuk mendapatkan data yang benar-benar relevan dan tingkat akurat yang tinggi. Kreteria/ Indikator fungsi yang akan digunakan untuk mengetahui kinerja Penyuluh Agama Hindu ada 4 kreteria yang akan dinilai,1. Funsgi Informatif, 2. Fungsi Edukatif, 3. Fungsi Konsultatif dan 4. Fungsi Advikatif. Dari keempat kreteria tersebut hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penyuluh mampu menjalakan fungsinya walaupun dalam kondisi pandemic covid-19. Hasil penelitian dari keempat fungsi tersebut adalah: 1. Penyuluh berberan aktif dalam menyapaikan informasi terkait peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan Covid- 19. 2. Penyuluh mampu menjalankan tugasnya fungsi edukatif dengan melakukan penyuluhan/ pembinaan daring, membuat koneten tulisan, membuat video pendek yang disebarkan di social media. 3. Penyuluh menjadi garda terdepan dalam menerapkan peraturan pemerintah untuk pelaksanaan ibadah dirumah ibadah sesuai peraturan pemerintah. 4. Penyuluh memberikan pendampingan kepada umat yang terdampak Covid-19 yang bagi beberapa warga yang menerima tuduhan terpapar Covid-19. Dari hasil tersebut kesimpulan penelitian ini adalah Penyuluh Agama Hindu Non PNS mampu melaksanakan kinerja dengan baik dan sesuai fungsinya walaupu di masa pandemi Covid-19. Bahkan para penyuluh memiliki peran yang sangat besar dalam penanggulangan Covid- 19 dengan menjadi rewalan untuk mendata, memverifikasi dan mendistribusikan bantuan untuk umat Hindu yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
MENJADI GURU PENDIDIKAN DASAR YANG UNGGUL DAN BERIDEOLOGI PANCASILA Sugiman
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru unggul adalah guru yang bisa menguasai 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Peran guru unggul sangat diharapkan serta berpengaruh besar dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dengan begitu nanti akan ada output yang muncul sebuah peradapan besar berupa generasi unggul yang akhirnya lahir embrio yang bernama harapan berupa sebuah cita cita besar yaitu Indonesia unggul. guru pendidikan dasar yang unggul tidak cukup hanya memiliki 4 kompetensi, tatapi juga guru pendidikan dasar harus berperan aktif baik dalam kegiatan internal sekolah maupun eksternal sekolah. Selain itu, guru pendidikan dasar juga harus aktif dalam pertemuan ilmiah dan aktif menulis artikel untuk menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Guru Unggul yang berideologikan Pancasila tidak cukup hanya menguasai empat kompetensi dan pemahaman tentang pancasila, sebagai Guru Pendidikan Dasar wajib mengaktualisasikan nilai-nilai semua butir Pancasila baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga dan menjadi pelopor maupun inisiator membudayakan nilai-nilai pancasila desetiap disiplin ilmu untuk pengembangan pendidikan di masa mendatang yang berkarakter dan berideologi Pancasila.
META ANALISIS META ANALISIS: MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP: META ANALISIS: MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP Yuni Frazwanti; Scolastika Mariani; Arief Agoestanto; Sugiman
Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education Vol. 9 No. 1 (2024): Symmetry: Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education
Publisher : Mathematics Education Study Program, FKIP, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/symmetry.v9i1.13691

Abstract

Kemampuan penalaran matematis sangat penting bagi siswa karena dapat menyelesaikan permasalahan dalam segala aspek kehidupan. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada tingkat sekolah menengah pertama. Jenis penelitian ini adalah meta-analisis. Hasil analisis terhadap tujuh artikel menunjukkan bahwa satu artikel mempunyai effect size sedang dan enam artikel lainnya mempunyai effect size tinggi. Selain itu, nilai efek gabungan ketujuh artikel tersebut sebesar 1,46 yang tergolong tinggi. Mengacu pada hasil uji t menunjukkan nilai thitung sebesar 15,831 lebih besar dari ttabel yaitu 1,966 sehingga rata-rata kemampuan penalaran matematis siswa SMP yang diberi model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan yang tidak menerapkan model pembelajaran PBL. Model pembelajaran PBL. Oleh karena itu, model pembelajaran PBL dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa khususnya pada tingkat sekolah menengah pertama.