Abstract: Reality Counseling is one of the key approaches in guidance and counseling that emphasizes personal responsibility, conscious choice, and concrete actions to fulfill individuals’ basic psychological needs. This study aims to explore the fundamental concepts of Reality Counseling, examine its relevance in contemporary counseling practices, and identify the challenges of its implementation in multicultural contexts. The research employed a literature review method by analyzing scholarly sources, including journals, books, and conference proceedings published within the last five years. The findings indicate that Reality Counseling effectively enhances clients’ self-awareness, decision-making ability, and sense of personal responsibility. However, its application faces several obstacles, particularly cultural value differences, social norms, and clients’ readiness to accept personal accountability. Therefore, counselors are expected to develop cultural sensitivity, intercultural communication skills, and adaptive intervention strategies that align with the unique characteristics of their clients. Overall, this study affirms that Reality Counseling remains relevant in multicultural counseling services when applied contextually, flexibly, and supported by the counselor’s multicultural competence.Keywords: reality counseling, responsibility, multicultural, guidance and counselingAbstrak: Konseling Realita merupakan salah satu pendekatan penting dalam bidang bimbingan dan konseling yang berfokus pada tanggung jawab pribadi, pilihan sadar, serta tindakan nyata untuk memenuhi kebutuhan dasar psikologis individu. Kajian ini bertujuan menelusuri konsep dasar Konseling Realita, meninjau relevansinya dalam praktik konseling masa kini, serta mengidentifikasi tantangan penerapannya pada konteks masyarakat yang beragam secara budaya. Penelitian dilakukan melalui studi pustaka dengan menganalisis berbagai sumber ilmiah, seperti jurnal, buku, dan prosiding yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir. Hasil telaah menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu membantu konseli meningkatkan kesadaran diri, mengambil keputusan secara lebih rasional, serta mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap pilihan hidupnya. Meski demikian, praktik konseling ini tidak terlepas dari hambatan, terutama perbedaan nilai budaya, norma sosial, dan kesiapan konseli dalam menerima tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu, konselor dituntut memiliki sensitivitas budaya, keterampilan komunikasi lintas budaya, serta kemampuan menyesuaikan strategi intervensi agar sesuai dengan karakteristik masing-masing konseli. Secara keseluruhan, kajian ini menegaskan bahwa Konseling Realita tetap relevan di tengah keberagaman budaya, asalkan diterapkan secara kontekstual, fleksibel, dan didukung oleh kompetensi multikultural yang memadai dari konselor.Kata Kunci: konseling realita, tanggung jawab, multikultural, bimbingan dan konseling