Bhirowo Yudo Pratomo
Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta|Universitas Gadjah Mada

Published : 34 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Manajemen Perioperatif pada Pasien Hipertensi Pulmonal Akibat Kelainan Jantung Kiri yang Menjalani Operasi Bedah Jantung Rifdhani Fakhrudin Nur; Juni Kurniawaty; Bhirowo Yudo Pratomo
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 1 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.49535

Abstract

Hipertensi pulmonal akibat kelainan jantung kiri (PH-LHD) pada pasien yang menjalani bedah jantung dihubungkan dengan tingginya komplikasi, peningkatan risiko luaran buruk, dan kenaikan mortalitas perioperatif. Manajemen praoperatif pada pasien PH-LHD meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta kateterisasi jantung kanan untuk menegakkan diagnosis definitif. Optimalisasi praoperatif dilakukan dengan memastikan kondisi euvolemik, meneruskan pengobatan sebelumnya, sampai memberikan perawatan intensif pada kondisi gagal jantung dekompensasi akut. Selain pemantauan invasif standar, pemantauan transesophageal echocardiography intraoperatif digunakan untuk menganalisis PH dan mengenali kelainan jantung kiri yang menyebabkan PH. Induksi anestesi dilakukan dengan teknik anestesi balans antara opioid dan agen inhalasi dosis rendah. Pada PH-LHD yang disebabkan lesi katup, target hemodinamik disesuaikan dengan jenis kelainan katupnya. Target manajemen pascaoperatif adalah menghindari dan mengobati gagal ventrikel kanan dengan mengatasi aritmia, melakukan strategi ventilasi mekanik pelindung ventrikel kanan, memastikan keseimbangan cairan, dan memberikan dukungan obat vasoaktif jika diperlukan.
Manajemen Anestesi pada Pasien Mitral Stenosis Berat yang Menjalani Operasi STSG Asep Indah Wuddi Arief; Bhirowo Yudo Pratomo; IG Ngurah Rai Artika
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 1 (2013): Volume 1 Number 1 (2013)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i1.5526

Abstract

Telah dilakukan anestesi pada pasien dengan diagnosis Combutio gr III 29% disertai dengan stenosis mitral berat yang menjalani operasi debridement dan skin traction skin graft (STSG). Pasien dinilai status fisik ASA II. Anestesi dilakukan dengan general anestesi tehnik semi close, ET no 7, napas kontrol dengan pelumpuh otot. Premedikasi dengan midazolam 3 mg dan fentanil 100 mcg, induksi dengan Etomidate 16 mg, dan fasilitas intubasi dengan rokuronium 30 mg. Pemeliharan anestesi dengan O2, Isofluran dan Fentanil kontinyu. Tindakan pembedahan berlangsung selama kira-kira 4 jam. Selama pembedahan hemodinamik relatif stabil dengan tekanan darah sistol 100-120 mmHg, tekanan darah diastol 45-70 mmHg, laju jantung (HR) antara 60-75 x/menit dan saturasi oksigen antara 98-100%, perdarahan selama operasi kira-kira 200 cc, dan urine output ± 200 cc. Pasca operasi pasien dirawat di Unit Luka Bakar.
Manajemen Perioperatif Pasien Atrial Septal Defect (ASD) dengan Hipertensi Pulmonal yang Menjalani Operasi Tutup Defek Rifdhani Fakhrudin Nur; Juni Kurniawaty; Bhirowo Yudo Pratomo
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 12, No 2 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15851/jap.v12n2.3354

Abstract

Atrial septal defect (ASD) kompleks yang tidak didiagnosis dan dikoreksi hingga usia dewasa dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Manajemen perioperatif operasi penutupan defek pasien ASD dewasa dengan hipertensi pulmonal memberikan tantangan tersendiri karena dikaitkan dengan tingginya komplikasi perioperatif serta peningkatan morbiditas dan mortalitas. Kami melaporkan seorang wanita berusia 23 tahun dengan ASD dan hipertensi pulmonal yang menjalani operasi tutup defek. Pemeriksaan ekokardiografi praoperasi menunjukkan ASD sekundum right-to-left shunt dengan diameter 25–30 mm dan kateterisasi jantung kanan yang menunjukkan rerata tekanan arteri pulmonal 58 mmHg dan pulmonary vascular resistance 8,1 WU. Induksi anestesi dilakukan dengan balanced opioid, dosis kecil agen induksi, dan pelumpuh otot. Hemodinamik selama operasi stabil, dan periode penyapihan cardiopulmonary bypass berjalan lancar dengan topangan dobutamin dan norepinefrin. Pascaoperasi, pasien dirawat di Intensive Care Unit dengan keadaan umum baik, hemodinamik stabil, nyeri pascaoperasi terkontrol dan tanpa kejadian komplikasi. Penilaian praoperatif yang tepat, manajemen intraoperatif yang berhasil menjaga stabilitas hemodinamik, dan manajemen pascaoperatif yang dapat mencegah dan mengatasi komplikasi pascaoperasi dapat menghasilkan luaran yang baik pada pasien ini.
Hematotoraks Kontralateral Paska Pemasangan Kateter Vena Sentral (KVS) Rinaldi Tri Frisianto; Bhirowo Yudo Pratomo
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 2 (2014): Volume 1 Number 4 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i2.5537

Abstract

Latar Belakang. Pemasangan kateter vena sentral didefinisikan sebagai pemasangan kateter ke dalam pembuluh darah vena besar. Akses ke pembuluh vena sentral termasuk vena cava superior, vena cava inferior, vena brakhiocephalica, vena jugularis interna, vena subclavia, vena iliaka dan vena femoralis. Ujung kateter dapat menyebabkan perforasi di dinding atrium yang tipis dan menghasilkan perdarahan serta tamponade kordis. selain itu juga dapat menyebabkan hematotoraks dan pneumothoraks. Kasus. Kami laporkan pasien laki-laki 32 tahun dengan ileus obstruktif direncanakan dilakukan laparotomi eksplorasi. Pasien dilakukan prosedur pemasangan central venous catheter di vena subclavia kiri dengan pendekatan infraclavicula. dengan tujuan untuk pengawasan kecukupan cairan intravaskular. Pada pasien dilakukan anestesi umum dengan intubasi endotrakheal tube. Paska operasi, pasien diekstubasi dan mengalami sesak napas di ruang pemulihan. Hasil rontgen paska operasi menunjukkan gambaran opak semihomogen di hemitorak dekstra curiga perdarahan. Pasien dipasang water seal drainage dan didapatkan produk darah 700 ml. Pasien membaik selama perawatan dan diperbolehkan pulang.
Manajemen Anestesi untuk Operasi Tutup Defek Hernia Umbilicalis pada Neonatus dengan Tetralogi of Fallot (TOF) Ressi Bhakti W; Bhirowo Yudo Pratomo; IG Ngurah Rai Artika
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 1 No 3 (2014): Volume 1 Number 3 (2014)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v1i3.5566

Abstract

Tetralogi of Fallot (TOF) adalah salah satu jenis penyakit jantung bawaan sianotik yang ditandai dengan defek septum ventrikel, overriding aorta, obstruksi outflow ventrikel kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. penatalaksanaan anestesi pada pasien TOF memerlukan pemahaman akan masalah shunting intracardiac dan obat-obat yang mempengaruhi tingkat shunting kanan ke kiri. Dilaporkan penatalaksanaan anestesi pada pasien neonatus usia 17 hari, berat badan 3200 gram, dengan kelainan jantung bawaan Tetralogy of Fallot yang dilakukan operasi tutup defek hernia umbilikalis. Status fisik ASA III, teknik anestesi dengan anestesi umum semiopen, intubasi dengan ET no 3 tanpa cuff, nafas kendali. Pasien diberikan premedikasi dengan sulfas atropin 0,1 mg intravena, analgesi preemptif dengan Fentanyl 10 ????g intra vena, induksi intravena dengan Ketamin 5 mg, fasilitas intubasi dengan inhalasi Sevofluran dan pemeliharaan anestesi dengan O2, Sevofluran, Ketamin intermitten. Selama operasi hemodinamik relatif stabil dengan HR 120 -160 x/menit, dengan saturasi oksigen berkisar 68-80%.Paska operasi pasien kembali dirawat di NICU dengan ventilator untuk support ventilasi.
Manajemen Anestesi Bedah Sesar pada Pasien dengan Infeksi HIV Anwar, Yusuf ‘Alim Musthofa; Jufan, Akhmad Yun; Pratomo, Bhirowo Yudo Pratomo
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 1 (2015): Volume 3 Number 1 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i1.7230

Abstract

Telah dilakukan penatalaksanaan anestesi operasi bedah sesar elektif pada pasien wanita berusia 28 tahun primigravida hamil aterm 38 minggu belum dalam persalinan dengan infeksi HIV dalam terapi antiretroviral. Pasien diklasifi kasikan ASA II dan dilakukan anestesi regional teknik blok subarakhnoid dengan obat bupivakin 0,5% hiperbarik 10 mg dengan standar keamanan universal precaution. Dilahirkan bayi perempuan berat lahir 2300 gram, dengan skor Apgar 7/9. Operasi berlangsung selama 1 jamdengan hemodinamik TD 90-130/65-80 mmHg, HR 85-100 x/mnt, SpO2 99-100%, perdarahan 400 cc, produksi urin 100 cc. Paska operasi pasien diobservasi di ruang pemulihan hingga skor Bromage 0 sebelum dikembalikan ke bangsal. (Keterangan: HIV human immunodefi ciency virus; TD tekanan darah; HR heartrate; SpO2 saturasi oksigen).
Aplikasi Klinis Analisis Gas Darah Pendekatan Stewart pada Periode Perioperatif Rahman, Farhan Ali; Wisudarti, Calcarina Fitriani Retno; Pratomo, Bhirowo Yudo
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 1 (2015): Volume 3 Number 1 (2015)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i1.7232

Abstract

Kondisi keseimbangan asam basa sangat berpengaruh terhadap perubahan fi siologi pasien secara keseluruhan. Gangguan asam basa perioperatif potensial terjadi pada kondisi preoperatif gawat darurat, durante operasi, paska operasi, dan kondisi kritis di ruang intensif. Ketika dikonfi rmasi dengan manifestasi klinis pasien, analisis gas darah (AGD) dapat menunjang diagnosis dan penatalaksanaan. Pendekatan Stewart yang melibatkan strong ion difference (SID), asam lemah (ATOT), dan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) dapat melihat keseluruhan proses yang terlibat dalam gangguan asam basa secara lebih luas. Dokter anestesi dapat menggunakan pendekatan Stewart untuk menegakkan diagnostik yang lebih tepat dalam masalah keseimbangan asam basa serta menentukan terapi, pilihan cairan, dan strategi ventilasi mekanik yang sesuai untuk kesembuhan pasien.
Perbandingan Lama Blok Sensorik dan Motorik pada Anestesi Spinal dengan Bupivacaine 0,5% Hiperbarik 7,5 mg Ditambah Fentanyl 25 μg dan Sufentanil 2,5 μg pada Operasi Transurethral Resection Anwar, Yusuf ‘Alim Musthofa; Pratomo, Bhirowo Yudo; Sari, Djayanti
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 2 (2016): Volume 3 Number 2 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i2.7237

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan lama blok sensorik dan motorik pada anestesi spinal dengan bupivacaine 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanyl 25 μg dan sufentanil 2,5 μg pada operasi reseksi transuretra.Penelitian dengan menggunakan metode uji acak buta ganda terkontrol pada pasien yang menjalani operasi TUR elektif di GBST RSUP Dr. Sardjito, IBS RSST Klaten, dan IBS RSKB Diponegoro Klaten. Subjek berjumlah 70 pasien yang dibagi dalam dua kelompok perlakuan, masing-masing 35 pasien. Kelompok BF adalah yang mendapatkan bupivacaine 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah fentanyl 25 μg sedangkan kelompok BS adalah yang mendapatkan bupivacaine 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah sufentanil 2,5 μg.Dilakukan pengamatan onset, tingkat, dan lama blok sensorik dengan metode pinprick test serta tingkat dan lama blok motorik dengan bromage score.Kelompok BF memiliki lama blok sensorik 95,06 ± 35,13 dan kelompok BS 116,86 ± 31,27 menit. Kelompok BS memiliki lama blok sensorik yang lebih panjang dibanding kelompok BF yang bermakna secara statistik dengan p < 0,05. Lama blok motorik pada kelompok BF 112,43 ± 30,42 menit dan kelompok BS 108,71 ± 36,53 menit. Keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan p > 0,05.Kelompok BS memiliki lama blok sensorik yang lebih panjang dibandingkan kelompok BF dengan tanpa perbedaan blok motorik di antara dua kelompok.
Perbandingan Kadar Sevoflurane dan Nitrous Oxide (N2 O) selama Anestesi di Ruang-Ruang Operasi dengan Filter Hepa (High Efficiency Particulate Air) dan Tanpa Filter Hepa Husein, Akhmad Syaiful Fatah; Pratomo, Bhirowo Yudo; Suryono, Bambang
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 2 (2016): Volume 3 Number 2 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i2.7239

Abstract

Latar belakang. Semakin luasnya penggunaan sevofl urane sebagai zat anestesi inhalasi dan nitrous oksida (N2O) masih menjadi zat inhalasi umum karena memiliki efek anxiolitik, analgesi dan euforia. Sevofl urane dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan ginjal akibat akumulasi metabolit dalam urin, sementara N2O berpotensi menyebabkan defisiensi neurologis, anemia megaloblastik hingga pemanasan global, tetapi keduanya tidak diukur secara rutin. Kadar keduanya sangat dipengaruhi oleh adanya instalasi HEPA, sistem penghisapan (exhausted) di ruang operasi dan sirkuit napas mesin anestesi.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Sevofl urane dan N2O di ruang-ruang operasi yang memiliki filter HEPA dibandingkan dengan ruang- ruang operasi tanpa filter HEPA yang berada di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kadarnya dinilai keseuaiannya dengan standard National Institute of Occupational Safety and Health 1977 (NIOSH 1977).Metode. Dengan metode potong lintang, hasil penelitian diambil dari populasi seluruh ruang operasi yang digunakan operasi dengan anestesi umum lebih dari 2 jam dan menggunakan anestesi sevofl urane dan N2O selama operasi. Dari 18 ruang operasi didapatkan sampel sebanyak 7 ruang operasi dan diukur pada zona 4 dan zona 5 pada 30 menit sebelum anestesi dimulai, jam ke-2 anestesi, jam ke-4 anestesi dan30 menit setelah anestesi.Hasil. Hasilnya didapatkan rata-rata kenaikan kadar sevofl urane dan N2O di ruang-ruang operasi dengan sistem HEPA adalah 12,69 ppm (2,27 %) dan 17,53 ppm (2,70%). Kenaikan kadar sevofl urane dan N2O di ruang-ruang operasi tanpa fi lter HEPA adalah 168,46 ppm (3,45 %) dan 8,61 ppm (1,86 %).Kesimpulan. Ruang operasi yang menggunakan sistem fi lter HEPA kadarnya lebih rendah 65,5 % dibanding ruang operasi tanpa fi lter HEPA dan masih memenuhi standard NIOSH 1977.
Penatalaksanaan Anestesi Colostomy pada Pasien Atresia Ani dengan Tetralogi of Fallot (TOF) Artika, I Gusti Ngurah Rai; Pratomo, Bhirowo Yudo; Setiawan, Yosy Budi
Jurnal Komplikasi Anestesi Vol 3 No 3 (2016): Volume 3 Number 3 (2016)
Publisher : This journal is published by the Department of Anesthesiology and Intensive Therapy of Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, in collaboration with the Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Therapy , Yogyakarta Special Region Br

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jka.v3i3.7260

Abstract

Insiden kejadian penyakit jantung kongenital berkisar antara 0,3% - 1,2% pada neonates. Tetralogi of fallot (TOF) merupakan penyakit jantung congenital tipe sianotik yang paling banyak didapatkan, dimana kelainannya terdiri dari defek septum ventrikel (VSD), overriding aorta, stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH). Pengelolaan anestesi pada anak dengan kelainan jantung kongenital untuk operasi non jantung memiliki suatu hal khusus yang harus diperhatikan sesuai dengan defek yang terjadi, agar tidakmemperberat kondisi penderita. Pada kasus berikut dilaporkan penatalaksanaan anestesi pada anak usia enam bulan dengan tetralogi of Fallot yang menjalani operasi kolostomi.