Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Ratnasari, Pande Made Desy; Yuliawati, Agustina Nila; Dhrik, Mahadri; Cahyadi, Kadek Duwi
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol 20, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/jiffk.v20i2.8379

Abstract

Gagal ginjal kronik (GGK) membutuhkan terapi hemodialisis (HD) serta pengobatan lainnya untuk bertahan hidup. Faktor pendukung yaitu pengetahuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien GGK. Rancangan penelitian berupa cross sectional pada salah satu rumah sakit swasta Denpasar, Bali. Penelitian melibatkan 105 pasien GGK yang rutin menjalani HD pada bulan Mei 2021. Sampel diperoleh dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi meliputi usia ≥18 tahun, data rekam medis lengkap serta bersedia mengisi kuesioner. Pasien dengan kondisi lemah, hamil/menyusui tidak dilibatkan dalam penelitian. Data dikumpulkan berdasarkan rekam medis dan pengisian kuesioner yaitu Chronic Kidney Disease Knowledge Questionnaire terkait pengetahuan dan End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire untuk kepatuhan. Data dianalisis menggunakan uji Kendall's Tau-b (CI:95%). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan dan kepatuhan pengobatan pada kategori sedang. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan (p=0,108;r=-0,158). Pasien dengan pengetahuan tinggi menunjukkan kepatuhan tinggi pada dimensi pengobatan HD, pembatasan cairan dan rekomendasi diet. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akan penyakit dan pengobatan pada penderita GGK sangat penting diberikan pada awal pengobatan secara berkelanjutan guna meningkatkan kepatuhan serta menunjang keberhasilan terapi sehingga kualitas hidup pasien dapat dipertahankan atau ditingkatkan
KAJIAN PEMILIHAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS Dhrik, Mahadri; Prasetya, A.A. N. Putra Riana
Acta Holistica Pharmaciana Vol 1 No 2 (2019): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62857/ahp.v1i2.14

Abstract

Salah satu komorbid yang berperan penting terhadap terjadinya komplikasi kardiovaskular pada PGK-HD adalah hipertensi. Berdasarkan pedoman KDOQI (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) target pengendalian tekanan darah yang diharapkan pada pasien dialisis adalah tekanan darah pre-HD < 140/90 mmHg dan tekanan darah post-HD <130/80 mmHg. Prevalensi keberhasilan pengendalian tekanan darah pada kondisi ini cukup rendah yang hanya mencapai 10-20%. Tekanan darah pre-HD > 140/90 mmHg diasosiasikan dengan terjadinya gagal jantung serta left ventrikel hipertrophy (LVH), sedangkan tekanan darah post-HD <130/80 mmHg diasosiasikan dengan peningkatan angka mortalitas. Adanya interdependensi yang tinggi antara hipertensi dan PGK khususnya yang telah berada pada stadium akhir dan menjalani hemodialysis menyebabkan perlunya suatu kajian yang menyeluruh mengenai pilihan terapi serta pertimbangan-pertimbangan esensial yang harus diperhatikan dalam manajemen terapi hipertensi pada pasien dengan PGK-HD. Berbagai perubahan fisiologis pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien PGK-HD. Pada pasien PGK-HD adanya volume overload merupakan penyebab utama munculnya hipertensi, dimana ketidakmampuan ginjal untuk membuang kelebihan sodium dan air menyebabkan tingginya volume ekstraseluler sehingga meningkatkan cardiac output dan berimplikasi pada peningkatan tekanan darah. Antihipertensi golongan ACE-I dan ARB memegang peranan penting dan merupakan pilihan untuk dikombinasikan dengan antihipertensi lain jika tekanan darah tetap tidak terkontrol. Pada kondisi komorbid tertentu maka dibutuhkan pilihan antihipertensi yang tepat pada komorbid tersebut. Ketika terjadi hipertensi resisten maka regimen seharusnya telah mendekati dosis maksimum dari paling sedikit 3 obat dengan mekanisme farmakologi yang berbeda antara lain ACEI, calcium channel blocker (CCB), b-blocker, antiadrenergik dan vasodilator langsung.
POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK UNTUK INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DI GIANYAR TAHUN 2018 Wulandari, Ni Putu Diah; Kurnianta, Putu Dian Marani; Dhrik, Mahadri; Arini, Heny Dwi
Acta Holistica Pharmaciana Vol 3 No 1 (2021): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62857/ahp.v3i1.30

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi di saluran pernapasan yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam, dan mudah menular. Kejadian ISPA, khususnya bagian atas, sering menimpa populasi yang rentan, seperti anak-anak. Secara umum, tata laksana penyakit ISPA melibatkan penggunaan antibiotik serta obat-obat simtomatis yang mempertimbangkan diagnosis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan parameter penunjang lainnya. Oleh karena itu, pola pengobatan pasien anak yang mengalami ISPA cenderung bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan antibiotik dan obat simtomatis pada pasien anak rawat jalan yang mengalami ISPA di salah satu rumah sakit umum di Gianyar tahun 2018. Penelitian observasional dengan desain cross sectional secara retrospektif telah dilakukan. Sampel penelitian ini memenuhi kriteria inklusi yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian bersumber pada rekam medik dan resep pasien anak yang terdiagnosis ISPA selama bulan Januari sampai Mei 2018 di salah satu rumah sakit umum di Gianyar. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan bantuan software Microsoft Excel. Dari sebanyak 77 sampel, diagnosis golongan ISPA bagian atas tertinggi adalah rhino-faringitis (RFA) (82%) dengan frekuensi pemberian golongan antibiotik yang paling sering diresepkan, yaitu sirup azitromisin 200 mg/ 5 ml (47%). Rentan usia yang paling banyak terkena ISPA bagian atas, yaitu 1-5 tahun (76,6%), dan berat badan 10-17 kg (52%). Pola peresepan obat simtomatis tertinggi ditempati oleh golongan dekongestan (pseudoefedrin HCl) (41,5%). Penggunaan obat simtomatis lainnya adalah golongan antipiretik dan analgesik yaitu parasetamol sirup (36,66%). Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan untuk mengetahui efektivitas pengobatan antibiotik dan simtomatis pasien anak dengan ISPA secara lebih mendalam.
Profil Terapi Antihipertensi pada Pasien Hipertensi dengan Komplikasi Tunggal Kurnianta, Putu Dian Marani; Darmiati, Ni Komang Ari; Dhrik, Mahadri; Yuliawati, Agustina Nila
Acta Holistica Pharmaciana Vol 6 No 1 (2024): Acta Holistica Pharmaciana
Publisher : School of Pharmacy Mahaganesha (Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62857/ahp.v6i1.158

Abstract

Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah sistolik dan/ atau diastolik yang membutuhkan upaya pengendalian untuk mencegah morbiditas dan mortalitas di tengah prevalensinya yang tinggi di Indonesia, termasuk di Bali. Kontrol hipertensi untuk memperlambat perburukan penyakit berupa komplikasi organ dilakukan berdasarkan algoritma tata laksana. Intervensi farmakologi berperan besar dalam terapi hipertensi, terlebih akibat keragaman pemilihan antihipertensi yang diberikan pada pasien hipertensi dengan komplikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi tunggal di salah satu rumah sakit umum swasta “X” Gianyar berdasarkan peresepan pada periode Januari-Desember 2019. Desain cross sectional diterapkan dengan pendekatan retrospektif non eksperimental terhadap data sekunder yang bersumber dari rekam medis sesuai kriteria inklusi. Data yang diikutsertakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan jika melibatkan pasien hipertensi rawat jalan dewasa dengan satu macam komplikasi yang menjalani pengobatan sama pada minimal dua kali peresepan secara berturut-turut. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan penyajian berupa tabel dan diagram. Dari sejumlah total 108 pasien hipertensi, kejadian komplikasi yang paling banyak dialami adalah diabetes melitus (50,00%). Kombinasi dua jenis antihipertensi berbeda paling sering ditemukan pada seluruh pasien (45,40%). Antihipertensi golongan angiotensin receptor blocker (ARB) dan calcium channel blocker (CCB) kelas dihidropiridin mendominasi profil penggunaan obat pada penelitian ini, baik pada monoterapi maupun terapi kombinasi (≥20%). Profil antihipertensi pada pasien yang diteliti menunjukkan pola yang cenderung taat pada algoritma terapi, sehingga kesesuaian obat ini perlu dievaluasi lebih lanjut terkait hasil kontrol tekanan darah pasien pada periode pengamatan yang lebih lama.
Evaluasi Kesesuaian Dosis dan Interaksi Obat Potensial pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Swasta Denpasar Bali Ratnasari, Pande Made Desy; Dhrik, Mahadri; Rizqy, Laili Kurnia Rizqy; Devi, Ni Kadek Dwi Rosita
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 10 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v10i2.9143

Abstract

End-Stage Renal Disease (ESRD) is a chronic disease with a high mortality rate and increasing prevalence. Patients often experience complications from hemodialysis (HD) and comorbid conditions, leading to treatment complexity and polypharmacy. These factors increase the risk of drug-related problems, including inappropriate dosing and drug interactions. This study evaluated dose appropriateness and potential drug interactions in ESRD patients. The study employed a cross-sectional design involving 96 ESRD patients at the HD Clinic of a private hospital in Denpasar. Data collection was conducted in May 2021 using a data collection instrument based on medical records and purposive sampling techniques. Inclusion criteria included ESRD patients with or without complications and comorbidities, aged ≥18 years, and receiving ≥3 medications. Pregnant or breastfeeding patients were excluded. Dose adjustments were determined using the Cockcroft-Gault equation and therapeutic guidelines, while drug interactions were assessed using Stockley's Drug Interactions, Drug Interaction Facts, Drug Information Handbook, IBM Micromedex®, and Medscape®. The results showed that most patients were aged 45-59 years (46.88%), male (68.75%), had hypertension complications (42.31%), and had comorbid dyslipidemia (55.56%). Most patients received 5-7 drugs (40.62%), primarily vitamins (18.06%), administered once daily (38.26%) and orally (71.26%). A total of 23 prescriptions (23.96%) required dose adjustment, and 53.12% of prescriptions had potential drug interactions, mainly pharmacodynamic (82.72%), with moderate severity (87.65%) and risk category C (82.72%). Pharmacists' roles in reviewing prescriptions should be enhanced to prevent or minimize drug-related problems.
Hubungan Antara Kesesuaian Terapi Berdasarkan Guideline dengan Kejadian Eksaserbasi pada Pasien Asma Rawat Jalan RS T Denpasar Kurnianta, Putu Dian Marani; Hilwa, Ulfanni; Dhrik, Mahadri; Ratnasari, Pande Made Desy
Generics: Journal of Research in Pharmacy Vol 5, No 1 (2025): Generics: Journal of Research in Pharmacy, Volume 5, Edisi 1, 2025
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/genres.v5i1.25521

Abstract

Pengobatan asma yang mengikuti guideline tata laksana dalam mengontrol dan mengatasi gejalanya merupakan salah satu strategi untuk mencegah eksaserbasi. Penelitian dengan konsep evaluasi pengobatan dan eksaserbasi asma masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan kejadian eksaserbasi pada pasien asma rawat jalan di salah satu rumah sakit umum di Denpasar. Penelitian observasional dilaksanakan dengan desain cross-sectional dan pendekatan analitik. Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi (pasien asma periode Juni 2023-2024 dengan ketersediaan data pengobatan dan kontrol rawat jalan) diikutsertakan dengan teknik sampling jenuh. Acuan evaluasi pengobatan adalah Global Initiative Strategy for Asthma 2023. Hubungan antara seluruh kriteria kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan tingkat kejadian eksaserbasi akut dianalisis secara statistik dengan uji Fisher’s Exact. Dari total 64 pasien yang didominasi oleh perempuan usia produktif (>75%), kesesuaian pengobatan terhadap guideline berkisar 78-100% berdasarkan aspek indikasi, obat, dosis, dan kondisi pasien. Kesesuaian pengobatan secara menyeluruh terhadap guideline berada pada angka 65,62%. Hubungan antara tingginya angka kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan kecenderungan rendahnya kejadian eksaserbasi akut (12,5%) bersifat tidak signifikan (p = 0,255). Meskipun tidak signifikan, penelitian ini mendukung praktik pelayanan yang mematuhi guideline pengobatan untuk meminimalisasi beban kerugian akibat eksaserbasi asma.
Hubungan Antara Kesesuaian Terapi Berdasarkan Guideline dengan Kejadian Eksaserbasi pada Pasien Asma Rawat Jalan RS T Denpasar Kurnianta, Putu Dian Marani; Hilwa, Ulfanni; Dhrik, Mahadri; Ratnasari, Pande Made Desy
Generics: Journal of Research in Pharmacy Vol 5, No 1 (2025): Generics: Journal of Research in Pharmacy, Volume 5, Edisi 1, 2025
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/genres.v5i1.25521

Abstract

Pengobatan asma yang mengikuti guideline tata laksana dalam mengontrol dan mengatasi gejalanya merupakan salah satu strategi untuk mencegah eksaserbasi. Penelitian dengan konsep evaluasi pengobatan dan eksaserbasi asma masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan kejadian eksaserbasi pada pasien asma rawat jalan di salah satu rumah sakit umum di Denpasar. Penelitian observasional dilaksanakan dengan desain cross-sectional dan pendekatan analitik. Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi (pasien asma periode Juni 2023-2024 dengan ketersediaan data pengobatan dan kontrol rawat jalan) diikutsertakan dengan teknik sampling jenuh. Acuan evaluasi pengobatan adalah Global Initiative Strategy for Asthma 2023. Hubungan antara seluruh kriteria kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan tingkat kejadian eksaserbasi akut dianalisis secara statistik dengan uji Fisher’s Exact. Dari total 64 pasien yang didominasi oleh perempuan usia produktif (>75%), kesesuaian pengobatan terhadap guideline berkisar 78-100% berdasarkan aspek indikasi, obat, dosis, dan kondisi pasien. Kesesuaian pengobatan secara menyeluruh terhadap guideline berada pada angka 65,62%. Hubungan antara tingginya angka kesesuaian pengobatan terhadap guideline dengan kecenderungan rendahnya kejadian eksaserbasi akut (12,5%) bersifat tidak signifikan (p = 0,255). Meskipun tidak signifikan, penelitian ini mendukung praktik pelayanan yang mematuhi guideline pengobatan untuk meminimalisasi beban kerugian akibat eksaserbasi asma.