Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelatihan Relaksasi dan Skrining PTM dalam Penguatan Kesehatan Mental serta Fisik pada Diaspora PCI IMM Malaysia Ginanjar Zukhruf Saputri; Dwi Utami; Woro Supadmi; Siti Muthia Dinni; Aunillah Ahmad
Jurnal Pengabdian Masyarakat (JUDIMAS) Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKes Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/judimas.v2i2.268

Abstract

Kejadian gangguan Kesehatan mental serta PTM (penyakit tidak menular) seperti hipertensi, maupun dislipidemia menunjukkan peningkatan baik di Indonesia maupun di Malaysia. Beberapa faktor dapat mempengaruhi peningkatan gangguan Kesehatan mental salah satunya kecemasan, serta faktor lingkungan baik akademik maupun non akademik bagi Diaspora Indonesia Malaysia. Faktor pola hidup seperti pengaturan diet maupun aktivitas fisik juga menjadi salah satu faktor peningkatan PTM di kalangan remaja hingga dewasa awal. Diaspora Indonesia yang tinggal di Malaysia tergabung dalam organisasi PCI IMM Malaysia memiliki peran dalam pendampigan Kesehatan mental maupun fisik. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat internasional ini dilakukan dengan tujuan melakukan pendampingan dan pelatihan relaksasi dalam penguatan Kesehatan mental serta skrining PTM pada Diaspora Indonesia Malaysia di PCI IMM Malaysia. Kegiatan pendampingan dilakukan secara tatap muka, dengan metode ceramah berupa penyampaian edukasi strategi pencegahan stress dan kecemasan. Kegiatan pelatihan dilakukan secara simulasi pada skrining tekanan darah, asam urat, gula darah serta pelatihan relaksasi untuk pengatasan stress. Evaluasi dilakukan dengan pengisian kuisioner penilaian kualitas hidup. Kegiatan diikuti sejumlah 17 orang Diaspora Indonesia-Malaysia. Hasil skrining Kesehatan menunjukkan rerata tekanan darah responden 121,77/80,5mmHg, sedangkan kadar gula darah sewaktu (GDS) menunjukkan 99,8mg/dl; serta Asam Urat (AU) adalah 5,7 mg/dl (laki-laki) dan 5,3 mg/dl (Perempuan). Adapun hasil survey kesehatan mental pada pengukuran kualitas hidup menunjukkan mayoritas pada kategori baik. skor rerata paling tinggi pada domain Kesehatan mental dan domain tempat tinggal atau rumah dengan masing-masing skor 7,76 dan 7,95. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah mayoritas Diaspora Indonesia PCI IMM Malaysia memiliki Kesehatan fisik dengan Kesehatan mental yang baik, ditunjukkan dari hasil skrining PTM dengan nilai dalam rentang normal dan kualitas hidup yang baik.
The Paradigm of Physical Punishment from the Perspective of Islamic Education and Its Implementation in Indonesia and Malaysia Ibnu Fitrianto; Nurhuda Alfina Layalin; Aunillah Ahmad
International Journal of Post Axial: Futuristic Teaching and Learning Vol. 3 No. 3 September 2025: International Journal of Post-Axial
Publisher : Yayasan Azhar Amanaa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59944/postaxial.v3i3.474

Abstract

This study explores the paradigm of physical punishment within Islamic educational institutions in Indonesia and Malaysia, examining its theological justifications, cultural roots, institutional frameworks, and practical implications. Using a qualitative comparative case study approach, data were collected through interviews with educators, students, and community leaders; classroom observations; and analysis of policy and curriculum documents. The findings indicate that while both countries share normative references to Islamic teachings, their interpretations and applications of physical discipline vary. In Indonesia, especially in traditional pesantren, physical punishment is often viewed as a tool for moral formation under the concept of ta’dib. In contrast, Malaysia demonstrates a gradual shift toward more compassionate and rights-based approaches to discipline, driven by stronger regulatory frameworks and public discourse. However, challenges such as lack of teacher training, uneven policy implementation, and persistent cultural beliefs continue to shape practices in both countries. The study concludes that a transformative approach to Islamic education requires balancing religious values with child protection principles and contemporary pedagogical thought, encouraging a shift toward holistic, non-violent educational practices.