Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendeskripsikan serta mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala sekolah laki-laki maupun perempuan ditengah bayang-bayang patriarki. Selain itu, juga berfokuskan pada bagaimana tantangan kepemimpinan yang dihadapi oleh kepala sekolah laki-laki dan juga perempuan. Banten merupakan provinsi yang terkenal dengan seribu pondok dimana dengan mayoritas muslim memunculkan banyak tokoh serta pemimpin dari golongan laki-laki. Tak hanya itu, budaya patriarki yang langgeng serta masih kuat di Banten menjadikan atmosfer kepemimpinan laki-laki semakin pekat. Hal tersebut selaras dengan kedudukan kursi parlemen di Banten lebih besar diduduki oleh laki-laki dan sisanya perempuan.Tidak hanya dalam kursi parlemen saja, peran kepemimpinan perempuan dalam dunia pendidikan khususnya sebagai Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Serang juga masih minim, sehingga dengan masih minimnya kepemimpinan perempuan di ranah Sekolah Menengah Atas tentunya ada perbedaan segi gaya kepemimpinan dalam memimpin serta bagaimana dalam mengatasi tantangan kepemimpinan dalam menjabat sebagai kepala sekolah. Lalu, dengan minimnya peran perempuan dalam kepemimpinan Kepala Sekolah Negeri di Kota Serang, penelitian ini juga dapat membantu kita memahami lebih lanjut tentang perbedaan gender dalam dunia pendidikan dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi cara seseorang memimpin sebuah institusi pendidikan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik. Deskriptif analitik menggambarkan dimana suatu objek yang diteliti melalui data yang telah dikumpulkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah melalui tahapan observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan adanya perbedaan pandangan gaya kepemimpinan antara kepala sekolah laki-laki dan perempuan dalam memimpin. Perbedaan gaya kepemimpinan ini berupa sudut pandang dari penilaian siswa tentang bagaimana kepemimpinan laki-laki dan perempuan. Perbedaan gaya kepemimpinan ini berdasarkan sifat maskulin dan feminimnya seorang kepala sekolah dalam menyelesaikan permasalahan serta membangun pola komunikasi.