Penelitian ini dilatarbelakangi oleh memudarnya nilai gotong royong di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Karang Taruna dalam meingkatkan nilai gotong royong dikampung pancasila desa sitanggor. Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara yang terstruktur yang berarti peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap. Informan dalam penelitian ini adalah Pengurus karang taruna, anggota karang taruna, kepala desa, dan salah seorang masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh Karang Taruna dalam meningkatkan nilai gotong Royong di kampung pancasila adalah penetapan desa Sitanggor manjadi kampung pancasila dan perkembangan teknologi. Faktor pendorong dalam meningkatkan nilai gotong royong yakni adanya koordinasi antara anggota dengan pengurus dan adanya semangat dari pemuda karang taruna. Sedangkan faktor penghambat dalam meningkatkan nilai gotong royong yaitu masalah finansial, SDM dan partisipasi masyarakat, dan fasilitas kurang lengkap. Peran Karang Taruna dalam meningkatkan nilai Gotong Royong diperlukan dan diperhatikan oleh masyarakat. Peran nyata tersebut yaitu aktif membantu setiap kegiatan dalam masyarakat yang memerlukan bantuan, menjadikan gotong royong sebagai program kerja berkelanjutan, tanggap dan aktif terhadap masalah atau bencana yang terjadi, dan paling penting adalah menjadikan Desa Sitanggor menjadi desa yang mencerminkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Kata Kunci: Karang Taruna, Nilai Gotong Royong Abstract This research is motivated by the waning value of mutual cooperation in society. The purpose of this study was to determine the role of Youth Organization in increasing the value of mutual cooperation in the pancasila village of Sitanggor. This research uses descriptive qualitative methods, data collection is done by observation, interview and documentation techniques. Interviews conducted are structured interviews, meaning that researchers use interview guidelines that have been arranged systematically and completely. The informants in this study were the youth organization board, youth organization members, the village head, and a member of the community. The results of this study indicate that the challenges faced by Youth Organization in increasing the value of mutual cooperation in the Pancasila village are the establishment of Sitanggor village as a Pancasila village and technological developments. The driving factor in increasing the value of mutual cooperation is the coordination between members and administrators and the enthusiasm of youth coral taruna. While the inhibiting factors in increasing the value of mutual cooperation are financial problems, human resources and community participation, and incomplete facilities. The role of Youth Organization in increasing the value of Gotong Royong is needed and considered by the community. The real role is to actively help every activity in the community that requires assistance, to make mutual cooperation as an ongoing work program, to be responsive and active in problems or disasters that occur, and most importantly to make Sitanggor Village a village that reflects and practices the values of Pancasila. Keywords: mutual cooperation value, youth organization