NIDA KANIA DEWI, NIDA KANIA
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RAGAM DAN STRUKTUR BAHASA PADA UPACARA ADAT RITUS TIWU PANGANTEN DI KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON DEWI, NIDA KANIA
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3136

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam dan struktur bahasa yang digunakan pada saat Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten berlangsung. Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon merupakan daerah pengguna multibahasa. Dalam kesehariannya, masyarakat Babakan menggunakan bahasa Cirebon, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya. Masyarakat Kecamatan Babakan juga memiliki ritual upacara adat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya ketika musim giling tebu tiba. Upacara adat tersebut yakni Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahasa apa yang lebih sering digunakan dalam upacara adat tersebut, selain itu, struktur kata pun menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Setelah dilakukan penelitian, ternyata pada upacara adat ritus tiwu panganten, bahasa yang lebih dominan digunakan adalah bahasa Sunda. Ragam bahasa yang ditemukan adalah ragam bahasa sehari-hari dan ragam bahasa sastra. Termasuk ragam bahasa sastra karena terdapat ‘purwakanti’ yang di antaranya adalah purwakanti pangluyu, purwakanti maduswara, dan purwakanti larasmadya. Struktur kata yang ditemukan adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, kata majemuk, dan kata singkatan. Struktur kalimatnya yang dianalisis adalah kalimat konvensi atau kalimah yang mengandung subjek.This research aims to determine the register and structure of the language used during the traditional ceremonies of Tiwu Panganten rites. Babakan Subdistrict of Cirebon District is an area in which multiple languages are spoken. In daily communications, people use Cirebon language, Sundanese, and Indonesian. The people of Babakan also have a traditional ceremonial ritual that is regularly held every year when the sugarcane-milling season arrives. The ceremony in question is the traditional ceremony of Tiwu Panganten rites. This study aims to determine which language is more often used in this traditional ceremony. In addition, the structure of the language is also the focus of this study. The method used is the descriptive method. Results reveal that the most dominant language used in this traditional ceremoy of Tiwu Panganten rites is Sundanese. The register found is everyday language and literatury language. Included in the literary language are ‘purwakanti’, among others ‘purwakanti pangluyu’, ‘purwakanti maduswara’, and ‘purwakanti larasmadya’. The types of sentence structures found are ‘kata dasar’, ‘kecap rundayan’, ‘kecap rajékan’, ‘kecap kantétan’, and ‘kecap wancahan’. The sentences analysed are conventional sentences or sentences containing subject.
Budaya Sunda dan Budaya Korea: Studi Kasus Drama Korea Nur Alam, Fajar Sukma; Ratnawati, Ratnawati; Dewi, Nida Kania; Nur’aeni, Leni
LOKABASA Vol 14, No 1 (2023): April 2023
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v14i1.52554

Abstract

Secara objektif perlu diakui bahwa strategi pemerintah Korea Selatan dalam melestarikan kebudayaan dapat dikatakan berhasil. Disinilah masyarakat Sunda dapat mencontoh dalam melestarikan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan budaya Korea berdasarkan gambaran dalam drama Korea, dan menyajikan persamaan kebudayaan Sunda dengan Korea agar menarik minat masyarakat dalam melestarikan budaya Sunda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teknik pengumpulan data berupa teknik observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini berupa pemaparan budaya Korea yang tergambar dalam drama Korea dari tujuh unsur kebudayaan meliputi system religi, sistem organisasi, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, dan sistem teknologi atau peralatan. Komparasi budaya Sunda dan Korea dalam drama korea memiliki beberapa macam persamaan dan perbedaan yang dapat dilihat dari tujuh unsur kebudayaan. Persamaan dan perbedaan tersebut dalam setiap unsurya dipaparkan sebagai pelestasrian budaya Sunda yang pada saat ini bagi kaum milenial sudah tak mengetahuinya lagi.
GEJALA MORFOFONEMIK PADA TUTURAN ANAK-ANAK SUNDA DI WILAYAH PANGANDARAN Dewi, Nida Kania; Astuti, Dewi Siti
JALADRI : Jurnal Ilmiah Program Studi Bahasa Sunda Vol 4 No 1 (2018): Jurnal
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33222/jaladri.v4i1.287

Abstract

The study on morphophonemic symptoms of sundanese especially on children in Pangandaran RT 03 RW 08 Dusun Parapat Kec. Pangandaran was conducted due to many uniqueness in the language that spoken. It examines the symptoms of morphophonemic and the level found in morphophonemic symptoms of children who speak Sundanese. The method used in this research was qualitative. While recording the oral data source gained in area was used to collect the data. The techniques of analysis is focused on the symptoms of morphophonemic especially on basic morpheme and any level that experience symptoms of morphophonemic. The results obtained from this research are monomorphic and polymorphic monomorphic and polymorphic. Phrases include verb phrases, noun phrases, adjective phrases and adverb phrases. While meanings include lexical meanings and grammatical meanings.