Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU – KIJANG, KABUPATEN BINTAN Puspita, Lani
JURNAL DIMENSI Vol 5, No 3 (2016): JURNAL DIMENSI (NOVEMBER 2016)
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.823 KB) | DOI: 10.33373/dms.v5i3.58

Abstract

Makroozoobenthos adalah salah satu kelompok biota yang umum dijadikan bioindikator kualitas lingkungan. Pada kegiatan penelitian ini, dilakukan pengamatan terhadap struktur komunitas makrozoobenthos di perairan intertidal (pasang surut) Bukit Piatu – Kijang, Kabupaten Bintan. Perairan intertidal yang dijadikan lokasi penelitian merupakan pantai berlumpur yang berada di dekat Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) suatu perusahaan tambang granit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobenthos di perairan intertidal Bukit Piatu – Kijang, Kabupaten Bintan. Di perairan intertidal ini terdapat 3 kelompok makrozoobenthos yaitu Crustacea, Mollusca, dan Polychaeta; dimana spesies-spesies dari kelompok Mollusca mendominasi komunitas makrozoobenthos. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis menunjukkan bahwa komunitas makrozoo-benthos berada pada kondisi sedang/moderat yang mudah berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan. Keseragaman jenis makrozoobenthos di pantai sebelah Utara DUKS lebih rendah daripada pantai sebelah Selatan karena pada pantai sebelah Utara terdapat 3 spesies Mollusca yang cukup mendominasi, yaitu Xenoturris spp., Alvania spp., dan Corbula sp.
STUDI PENDAHULUAN PENDUGA STOK LESTARI IKAN TERI (Stolenphorus spp) DI PERAIRAN GALANG KOTA BATAM Winarto, Noto; Puspita, Lani
JURNAL DIMENSI Vol 2, No 3 (2013): JURNAL DIMENSI (NOVEMBER 2013)
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.979 KB) | DOI: 10.33373/dms.v2i3.131

Abstract

Ikan teri (Stolephorus spp) atau ikan bilis adalah salah satu jenis ikan yang populer di kalangan penduduk Indonesia. Ukuran panjang tubuh 6 - 9 cm, tergolong jenis ikan bersifat pelagik kecil yang hidup secara bergerombol pada kawasan perairan dangkal maupun dalam dengan tingkat kadar garam (salinitas) rendah antara 10-15 per-mil (Hardenberg, 1934 dalam Effendie, 2002). Teri (Stolephorus spp) terdapat diseluruh perairan pantai di Indonesia dijumpai ± 12 jenis  (Pottler and Nurhakim, 2003). Secara biologi reproduksi ikan teri dapat memijah sepanjang tahun dan makanan utama adalah berbagai jenis plankton (Nontji, 1993 dalam Mulyani, S., 2004).Kondisi umum sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable) dan bersifat kepemilikan umum (common property), sehingga siapapun boleh memanfaatkannya (open access resources). Makauntuk menjaga keseimbangannya dan akan sia-sia bila tidak dimanfaatkan serta mengandung implikasi bahwa pengelolaannya harus berhati-hati dan penuh bijaksana dalam memanfaafkan sumberdaya ikan, sehingga aliran manfaatnya akan berjalan terus-menerus sepanjang masa (Nikijuluw, 2002 dalam Mulyani, 2004). Dengan sifat ikan yang secara alami dapat memperbaharui sendiri (renewabel), diperlukan suatu pengelolaan yang dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan potensi dan daya dukung lingkungannya. Apabila tingkat pemanfaatannya terIalu besar atau tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan yang tersedia dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi pengembangan usaha perikanan di masa mendatang. Menurut Dahuri (2004) dalam Renstra DKP (2005) menyatakan bahwa hingga saat ini sebagian besar sumberdaya perikanan dimanfaatkan oleh para pengusaha perikanan skala besar, sedangkan kecil perikanan rakyat telah semakin terpuruk. Keadaan usaha mereka pada umumnya masih sangat sederhana, menggunakan alat tangkap tradisional, jangkauan usaha yang masih terbatas di perairan pantai, dan produktifitasnya relatif rendah sehingga efektifitas dan efisiensinya belum optimal.Konsep dasar pengelolaan sumberdaya adalah upaya mendeskripsikan dinamika suatu sumberdaya perairan yang dieksploitasi adalah stok (stock), maksud pengkajian stock adalah memberikan saran tentang pemanfaatan yang optimum sumberdaya hayati perairan seperti ikan teri, pemanfaatan sumberdaya yang tidak rasional dan tidak terkendali akan mengakibatkan menipisnya sediaan (stock), punahnya populasi ikan, akumulasi modal yang berlebih, penurunan hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit effort / CPUE)Mengingat peningkatan teknologi penangkapan akan berkaitan dengan masalah kelimpahan/kesediaan stok sumberdaya perikanan, produksi dan karakteristik lingkungan maka diperlukan pengkajian awal mengunakan pendekatan bio-ekologi. Dengan pendekatan ini akan diperoleh suatu konsep bagaimana pengelolaan sumberdaya perikanan akan tetap lestari dan menguntungkan dari sudut ekosistem maupun ekonomi sosial masyarakat. Sumberdaya ikan dapat lestari bila jumlah yang dipanen paling banyak adalah sebesar kemampuan pulih dinamakan meuserment sustainable yield (MSY). Pemanfaatan yang melebihi kemampuan pulih akan mengancam kelestarian (Purwanto, 2003 dalam Azman, 2008). Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk dapat menduga pemanfaatan atau eksploitasi sumberdaya ikan teri dengan alat tangkap pukat di perairan Galang.
Yarsi Analisis Vegetasi dan Realitas Kerusakan Ekosistem Mangrove di Gunung Kijang Bintan Efendi, Yarsi; Puspita, Lani; Syamsi, Fauziah; Ardiansyah, Rio
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 7 No 2 (2025): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.bioe.2025.7.2.14468

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi vegetasi mangrove di Pulau Bintan, khususnya di kawasan Gunung Kijang, serta mengevaluasi tingkat kerusakannya. Metode yang digunakan adalah survei dengan penempatan tiga transek untuk mengumpulkan data mengenai kerapatan, frekuensi, dominansi, nilai penting, dan tingkat kerusakan vegetasi mangrove. Ditemukan 13 jenis mangrove sejati dan 3 jenis mangrove asosiasi, dengan Rhizophora apiculata sebagai spesies dominan di semua transek berdasarkan hasil sensus dan pengamatan. Terdapat variasi dalam vegetasi, dengan total 796 pohon per hektar di lokasi pengamatan, yang menunjukkan kondisi "rusak" sesuai dengan kriteria kerusakan mangrove yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 201 Tahun 2004. Oleh karena itu, diperlukan upaya rehabilitasi dan konservasi mangrove, termasuk penanaman kembali spesies mangrove dan pengelolaan berkelanjutan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini. Kata kunci : Analisis Vegetasi, Gunung Kijang Bintan, Tingkat Kerusakan
PROFIL LITERASI LINGKUNGAN DAN LITERASI TEKNOLOGI PADA MAHASISWA CALON GURU: ANALISIS AWAL UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI PENGAJAR BERKELANJUTAN Dewi, Tisrin Maulina; Sumarni, Woro; Ridlo, Saiful; Marianti, Aditya; Oprasmani, Elfa; Puspita, Lani
Proceeding Seminar Nasional IPA 2025
Publisher : LPPM UNNES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis profil literasi lingkungan dan literasi teknologi pada mahasiswa calon guru sebagai upaya mempersiapkan generasi pengajar yang berkelanjutan. Literasi lingkungan dan literasi teknologi merupakan keterampilan esensial yang harus dimiliki oleh calon guru untuk dapat mengintegrasikan isu-isu keberlanjutan (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / SDGs) dalam pembelajaran serta memanfaatkan teknologi guna meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei deskriptif dengan instrumen angket untuk mengukur tingkat penguasaan literasi lingkungan dan teknologi di kalangan mahasiswa calon guru. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemahaman dasar terhadap literasi lingkungan dan penguasaan literasi teknologi termasuk dalam kategori baik, dengan skor berturut-turut untuk pengetahuan sebesar 71,95 dan 75,23, sedangkan untuk sikap dan perilaku mahasiswa calon guru terhadap lingkungan dan teknologi termasuk dalam kategori baik dengan skor berturut yaitu 79,72 dan 78,58. Meskipun rerata penguasaan tergolong baik, nilai pada aspek penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pembelajaran masih berada pada kategori cukup. Mengingat adanya penurunan kualitas lingkungan dan pesatnya perkembangan teknologi, diperlukan upaya sistematis untuk meningkatkan kedua literasi tersebut agar mahasiswa calon guru lebih siap menghadapi tantangan global di masa depan. Artikel ini juga mengidentifikasi kebutuhan integrasi literasi lingkungan dan teknologi ke dalam kurikulum pendidikan calon guru melalui pengembangan model pembelajaran berbasis prinsip keberlanjutan dan pemanfaatan teknologi. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan program pendidikan yang lebih relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman, serta mencetak generasi pengajar yang mampu menginternalisasikan konsep-konsep keberlanjutan dalam praktik pembelajaran.
Stand Structure and Degradation Level of Mangrove Vegetation in Pongkar Village, Karimun Regency, Kepulauan Riau, Indonesia Hasibuan, Muhammad Alfandi; Efendi, Yarsi; Agustina, Fenny; Puspita, Lani
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 11, No 3: Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus September 2025
Publisher : Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v11i3.7924

Abstract

Background: Mangrove ecosystems are globally significant for biodiversity, carbon storage, and coastal protection, yet they are increasingly threatened by anthropogenic activities. Indonesia, which hosts the world’s largest mangrove area, also experiences one of the highest degradation rates, making site-specific assessments essential. This study investigates the stand structure and degradation level of mangrove vegetation in Pongkar Village, Karimun Regency, Riau Islands Province, where ecological importance intersects with human pressures. Methodolgy: Field surveys were conducted using five 100 m transects with 10 × 10 m plots for vegetation analysis and a 1 ha plot to assess degradation levels following the Indonesian Ministry of Environment Decree No. 201/2004. Vegetation parameters, including density, frequency, dominance, and Importance Value Index (IVI), were measured. Results: Nine mangrove species were identified, comprising seven true mangroves and two associated species. Rhizophora apiculata dominated the community (density 0.078 ind/m²; IVI 121.15%). Diversity indices revealed medium diversity (H′ = 1.45–1.89), low to medium richness (Dmg = 1.28–1.78), high evenness (E = 0.81–0.86), and low dominance (D = 0.18–0.26). Stand density reached 1,181 trees/ha, classified as medium.These results suggest that ecological functions remain active, but moderate diversity and richness indicate vulnerability to disturbance and degradation risks. Contribution: The study provides empirical evidence to inform conservation planning, emphasizing the need for regular monitoring, rehabilitation of underrepresented species, and community-based management to sustain the Pongkar mangrove ecosystem