Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERUBAHAN PELAFALAN BUNYI [s] DAN [r] OLEH PEMELAJAR BIPA KOREA TINGKAT DASAR (KAJIAN FONETIK) Afina Naufalia; Lia Maulia Indrayani
Jurnal Sasindo UNPAM Vol 10, No 2 (2022): Sasindo Unpam
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/sasindo.v10i2.74-85

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pelafalan berbagai bunyi bahasa Indonesia oleh pemelajar BIPA asal Korea, salah satunya adalah fonem [s] dan [r]. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan aturan fonologi antara bahasa dengan bahasa Korea. Dalam bahasa Indonesia, huruf s dilafalkan dengan [s] sedangkan di dalam bahasa Korea, bisa dilafalkan dengan [s] dan [š]. Begitu pun pada fonem /r/ yang dalam bahasa Korea bisa dilafalkan dengan [r] atau [l]. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan pelafalan fonem oleh pemelajar BIPA Korea ketika melafalkan kosakata bahasa Indonesia dan mendeskripsikan perbedaan sistem fonologi antara bahasa Korea dengan bahasa Indonesia sebagai penyebab perubahan pelafalan fonem tersebut. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan subjek penelitiannya adalah pemelajar asal BIPA Korea tingkat dasar sebanyak 18 pemelajar dari Balai Bahasa UPI. Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan hasil bahwa sebanyak 40 bunyi [s] dilafalkan berbeda oleh pemelajar BIPA, yaitu menjadi bunyi [š]. Selanjutnya, perubahan pelafalan bunyi [r] terjadi sebanyak 27 jenis masalah yang dilafalkan menjadi [l]. Perbedaan pelafalan tersebut disebabkan oleh adanya interferensi bahasa ibu pemelajar BIPA ketika melafalkan bunyi bahasa Indonesia. Hasil temuan dalam ini, yakni berupa data perbedaan pelafalan fonem oleh pemelajar BIPA Korea dan data berupa perbedaan sistem fonologi bahasa Indonesia dan bahasa Korea bisa dimanfaatkan oleh pengajar BIPA sebagai bahan pembelajaran agar pemelajar bisa beradaptasi melafalkan bunyi bahasa Indonesia. Hal ini karena pelafalan adalah aspek penting dalam pembelajaran bahasa kedua. Peneliti berharap penelitian ini bisa memperkaya penelitian dalam bidang BIPA dan Fonologi.
ANALYSIS OF LANGUAGE COMPLIANCE IN THE FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM AS A REPRESENTATION OF JAVA CULTURE Afina Naufalia; Wulan Fajrideani
SAMPURASUN Vol 8 No 2 (2022): Sampurasun Vol. 8 No. 2 - 2022
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/sampurasun.v8i2.6231

Abstract

The Film is a tool to convey various messages to the general public through communication or dialogue. In communication, in addition to paying attention to context, speakers must also have politeness in their language. Everyone's language politeness is different, depending on the context or speech situation and social distance between individuals, especially if it is associated with culture. Every culture has different standards of politeness. This study aims to examine language politeness as a representation of Javanese culture in the film Perempuan Tanah Jahanam by Joko Anwar. The principle of politeness in the language is based on Leech's theory which consists of (1) the maxim of wisdom, (2) the maxim of generosity, (3) the maxim of praise, (4) the maxim of humility, (5) the maxim of compatibility, and (6) the maxim of sympathy. The method used in this research is the descriptive qualitative method. The data collection technique in this research used the Listen Free Libat Cakap (SBLC) technique and the notetaking technique as further research techniques. Based on the results of data analysis, it can be concluded that there are violations and fulfillment of politeness principles in this film's dialogue. Most show the fulfillment of the maxims of wisdom and praise, while the maxims of humility and sympathy are often violated. The results of this study can represent politeness in Javanese culture. it can be concluded that there are violations and fulfillment of politeness principles in this film's dialogue. Most show the fulfillment of the maxims of wisdom and praise, while the maxims of humility and sympathy are often violated. The results of this study can represent politeness in Javanese culture. it can be concluded that there are violations and fulfillment of politeness principles in this film's dialogue. Most show the fulfillment of the maxims of wisdom and praise, while the maxims of humility and sympathy are often violated. The results of this study can represent politeness in Javanese culture.
Conceptual Metaphors in A Collection of Cirebon Folklore by Made Casta and Masduki Sarpin Afina Naufalia; Tajudin Nur; Sutiono Mahdi; Agus Suherman Suryadimulya
Anaphora : Journal of Language, Literary, and Cultural Studies Vol 5 No 2 (2022): DECEMBER
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Prodi sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/anaphora.v5i2.6679

Abstract

This research is motivated by themetaphorical language that often appears in literary works because literary works contain many connotative meanings, so they use majas. One of the literary works is folklore. In this study, researchers were interested in analyzing conceptual metaphors found in several folklore. The source of the research used is based on a collection of folklore entitled "Folklore from Cirebon" by Made Casta and Masduki Sarpin published in 1998. That way, the purpose of this study is to describe the types of metaphors, conceptual meanings, and image schemes in the cirebon folklore collection. This research uses descriptive qualitative methods. The data collection technique in this study is a reading and note-taking technique, namely by reading the book of the collection of folklore, then recorded and classified the type of metaphor obtained. The data analysis techniques used are analysis techniques according to Miles and Huberman (1992), namely: (1) data reduction (data reduction), (2) data presentation (data display), and (3) conclusion drawing. From the research, the results were obtained, namely from the 6 folklore analyzed, there were 14 data that contained metaphorical meanings. The metaphor is based on three types of metaphors, namely structural, orientational, and ontological. The results stated that this collection of folklore from Cirebon uses the most orientational metaphors with the image scheme that appears the most is the spatial image scheme. Both metaphors and image schemes are found in many folklore entitled The Origin of the Name Cirebon. This research is expected to be useful for literature learning in high school and for the advancement of conceptual metaphorical research.
Budaya Jepang pada Tuturan Implikatur Percakapan Pembelajar BIPA Jepang Tingkat Dasar: Kajian Pragmatik Lintas Budaya Afina Naufalia; Nani Darmayanti; Nani Sunarni
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v9i2.2810

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian Pragmatik yang fokus pada kajian Pragmatik Lintas Budaya, yakni mengkaji komunikasi yang dilakukan oleh budaya yang berbeda pada lingkungan yang berbeda. Adapun yang dikaji adalah implikatur percakapan yang dituturkan oleh pembelajar BIPA asal Jepang tingkat dasar ketika berbicara bahasa Indonesia saat proses pembelajaran berlangsung. Melalui implikatur percakapan yang dituturkan pembelajar Jepang, akan tampak ciri khas budaya Jepang ketika pembelajar menyampaikan maksud yang ingin mereka sampaikan secara tersirat, sehingga akan muncul keunikan budaya dalam peristiwa tutur. Itulah keunikan dan keterbaruan penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud implikatur percakapan yang dituturkan oleh pembelajar BIPA asal Jepang tingkat dasar di Universitas Padjadjaran. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pembelajar BIPA asal Jepang berjumlah dua orang yang tergabung dalam program pembelajaran BIPA di Pusat Bahasa Unpad, Dipatiukur. Data dikumpulkan dengan teknik rekam, simak, catat, kemudian ditranskripsi. Selanjutnya, data dianalisis dengan menganalisis tuturan yang mengabaikan prinsip kerja sama pada dialog. Dari hasil analisis terhadap implikatur, kemudian dijelaskan budaya yang terkandung dalam implikatur tersebut. Secara singkat, hasil analisis mendeskripsikan bahwa pembelajar Jepang melakukan implikatur sebanyak lima kali, di antaranya implikatur memberikan informasi, menyindir, menolak, dan mengakui. Dari implikatur yang dituturkan oleh pembelajar Jepang, dapat disimpulkan bahwa budaya Jepang adalah memiliki budaya yang bebas, taat aturan, suka berbasa-basi, dan sangat sopan (menjaga privasi). Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran BIPA, khususnya bagi pengajar untuk menyiapkan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan latar belakang budaya pembelajar BIPA.
Kesalahan Perubahan Bunyi pada Pelafalan Pembelajar BIPA Dasar Asal Korea Selatan Nunung Sitaresmi; Afina Naufalia; Lilis Siti Sulistyaningsih; Isah Cahyani
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 10 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v10i1.3003

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan aturan berbahasa antara bahasa Indonesia dan Korea. Hal ini menyebabkan pembelajar BIPA asal Korea mengalami kesalahan berbahasa, khususnya kesalahan pelafalan. Aturan fonetik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Korea sangat berbeda. Kesalahan pelafalan tersebut menyebabkan pembelajar BIPA Korea melakukan perubahan bunyi atau fonem, yakni melafalkan bunyi lain untuk mengganti bunyi yang seharusnya dilafalkan. Dengan begitu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan fonem yang terjadi ketika pembelajar BIPA asal Korea melafalkan kata dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber dan subjek data penelitian ini adalah pembelajar BIPA asal Korea di Balai Bahasa UPI. Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan adalah teknik wawancara. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan mengklasifikasikan kesalahan pelafalan yang berupa perubahan bunyi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perubahan bunyi dari bunyi [ə] menjadi bunyi [ε], bunyi [s] berubah menjadi bunyi [š], dan bunyi [r] berubah menjadi [l]. Penyebabnya adalah pembelajar BIPA masih terpengaruh oleh aturan pelafalan bahasa Korea yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Berdasarkan penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian BIPA dan mempermudah pengajar BIPA untuk menyusun perangkat pembelajaran yang dapat membantu melancarkan pelafalan pembelajar BIPA asal Korea.