Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENERAPAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) GUNA MENGANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAGING BUAH PALA PADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) HUNILAI DI DUSUN TOISAPU DESA HUTUMURI Nil Edwin Maitimu; Marcy L Pattiapon
ALE Proceeding Vol 2 (2019): Archipelago Engineering (ALE)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/ale.2.2019.167-171

Abstract

Abstrak Salah satu tanaman tahunan yang banyak diusahakan dalam industri adalah buah pala. Pala merupakan tanaman rempah asli kepulauan Maluku, yang telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun temurun dalam bentuk perkebunan rakyat di sebagian besar kepulauan Maluku. Produk pala Indonesia termasuk unggul di pasar dunia karena memiliki aroma yang khas.Buah pala merupakan salah satu tumbuhan utama di Maluku. Namun, petani biasanya menggunakan buah pala ini untuk diambil bijinya sedangkan bagia lainnya seperti kulit dan daging tidak digunakan. Oleh karena itu bagian dari buah pala yang dianggap sebagai limbah menjadi sebuah ide untuk diolah menjadi Jus Pala. Memprediksikan permintaan secara tepat sangatlah sulit dikarenakan perusahaan tidak dapat memprediksikan keinginan konsumennya, Oleh karena itu setiap perusahaan harus tepat dalam mengendalikan persediaan bahan baku agar persediaan bahan baku selalu ada dan tidak mengalami kekosongan. Metoda manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model-model economic order quantity (EOQ). Hasil Penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah pembelian bahan baku yang optimal dilakukan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebanyak 2.182 buah dengan totalbiaya Rp. 1.466.529 dengan persediaan bahan baku optimal sebanyak 2.182 buah pada bulan September 2017. Hal ini menyebabkan UKM Hunilai mengalami kerugian sebesar Rp. 2.336.772. Persediaan pengaman yang harus selalu tersedia digudang penyimpanan sebanyak 426 buah dan pemesanan kembali bahan baku pada saat persediaan bahan baku di lantai produksi sebanyak 1.426 buah agar tidak terjadi kekurangan persediaan bahan baku.
PENERAPAN LEAN CONSTRUCTON PADA PROYEK PT. PESONA GRAHA MANDIRI AMBON GUNA MEREDUKSI NON ADDED VALUE ACTIVITY Nil Edwin Maitimu; Marcy L Pattiapon
ALE Proceeding Vol 1 (2018): Archipelago Engineering (ALE)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/ale.1.2018.168-175

Abstract

Abstrak Setiap pelaksanaan proyek konstruksi tidak lepas dari berbagai kendala ataupun kegagalan konstruksi, yang disebabkan oleh rendahnya kinerja ataupun produktivitas para tenaga kerja, perencanaan proyek yang kurang matang, anggaran yang membengkak, dan juga spesifikasi yang tidak sesuai.Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat secara nyata, namun jika berlangsung dengan intensitas yang besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan dampaknya akan terlihat pada akhir proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi aktivitas yang tergolong dalam waste (non value addedactivity) jenis dan frekuensi kemunculannya serta mengidentifikasi penyebab waste serta memberikan usulan perbaikan yang bertujuan untuk mereduksi waste sebagai dasar dalam merumuskan rekomendasi perbaikan melalui pendekatan lean dan FMEA. Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang atau jasa) agar memberikan nilai kepelanggan.FMEA (FailureModeandEffectsAnalysis) adalah metode yang secara kualitatif untuk mengidentifikasi ragam kegagalan dan dampaknya secara kuantitatif dapat dihitung ragam kegagalan dengan prioritas tertinggi yang memerlukan tindakan perbaikan dengan segera. Hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa Defect dengan bobot 3.91, Waiting dengan bobot 3.40 dan Innapropriate processing dengan bobot 3.17. Berdasarkan risk priority number maka diperoleh bentuk-bentuk waste sebagai berikut Plat beton pecah dengan risk priority number 147, Rework pada pemasangan keramik dengan risk priority number 126 dan Rework Pemasangan instalasi perpipaan yang kurang bagus dengan risk priority number 126.