Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Upgrading Traditional Techniques of Food Fermentation: Kabuto-Making Susilowati, Prima Endang; ., Sanatang; Safitri, Meilani; Raharjo, Sapto
International Journal of Science, Engineering, and Sustainable Technology (IJSESTech) Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : International Journal of Science, Engineering, and Sustainable Technology (IJSESTech)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12.947 KB)

Abstract

The capacity to preserve food is directly related to the level of technological development. The slow progress in upgrading traditional food processing and preservation techniques in Sulawesi Tenggara contributes to food and nutrition insecurity in the sub-region. Simple, low-cost, traditional food processing techniques are the bedrock of small-scale food processing enterprises that are crucial to rural development in Sulawesi Tenggara. While a lot still needs to be done, some successes have been achieved in upgrading traditional sulawesi Tenggara food processing technologies including the mechanization of kabuto (fermented cassava meal) processing.
Alternatif Pengolahan Limbah Organik Rumah Tangga Untuk Produksi Biogas Susilowati, Prima Endang
Jurnal Progres Kimia Sains Vol 1, No 2 (2011): JPKS Open Access
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.993 KB)

Abstract

Waste is a source of organic material that can be recycled into biogas. This studysought to produce biogas from the fermentation of organic waste using anaerobic microbesisolated from sewage and cow rumen fluid. The study was conducted in the laboratory-scaleanaerobic reactor with a volume of 750 mL, at room temperature, incubation time of 7, 14, 21,28, 35, 42, 49 days, waste solids concentration 1%, 3%, 5%, 7% and 10 %. CO2 produced wasmeasured by the method of deposition by solution of Ba (OH) 2 is converted into volumeusing the general equation of the ideal gas. The difference between the total gas volumeproduced by CO2 gas is methane gas volume value (CH4). The results showed the highestproduction of waste solids obtained at 7% concentration, incubation time of 42 days. Biogas isproduced 99.86 mL / g litter, the total amount of biogas produced during the 7 weeks of 537mL / gram of waste.
FORMULASI CUPCAKE DARI TEPUNG JAGUNG (Zea maysL.) DENGAN PENAMBAHAN BAYAM (Amarahantus spp.) SEBAGAI SUMBER ZAT BESI UNTUK MENGATASI ANEMIA REMAJA PUTRI Sam, Meriana Ahmad; Susilowati, Prima Endang; rejeki, sri
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 3, No 2 (2018): JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI PANGAN
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.399 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v3i2.4422

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine the content of iron (Fe) on corncake products with the addition of spinach. This study used aCompletely Randomized Design (RAL) with 5 treatment formulations, ie cornstarch of 100%, corn flour of 85%: spinach of15%, corn starch of 75%: spinach of 25%, corn starch of 65%: spinach of 35% and corn flour of 55%: spinach of 44%. Theresults showed that the ratio of corn and spinach flour had no significant effect on organoleptic quality of color and textureparameter but had significant effect on aroma and taste parameter. Moisture, ash, protein, fat, carbohydrate, fiber, and ironof selected cupcakes 35.62%, 1.96%, 9.53%, 3.86%, 49.03 %, 4.63 % and 0.21 ppm. The value of organoleptic test of M1sample consisting of color, aroma, taste, and texture were 3,83 (like), 3,57 (like), 3,37 (rather like) and 3,33 (rather like).Based on the results of the study, it can be concluded that cupcake products with corn and spinach starch formulations wereaccepted by panelists and met the SNI standard. Keywords: Corn flour, cupcake, spinach, and iron. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat besi (Fe) produk cupcake tepung jagung dengan penambahanbubur bayam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan formulasi, yaitu 100%tepung jagung, formulasi tepung jagung 85% : bayam 15%, formulasi tepung jagung 75% : bayam25%, formulasi tepungjagung 65% : bayam 35% dan formulasi tepung jagung 55% : bayam 44%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaanperbandingan tepung jagung dan bayam berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas organoleptik parameter warna dantekstur tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter aroma dan rasa. Kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,kadar karbohidrat, kadar serat, dan zat besi cupcake terpilih berturut-turut sebesar 35,62 (%bb), 1,96 (%bb), 9,53 (%bb),3,86 (%bb), 49,03 (%bb), 4,63 (%bb) dan 0,21ppm. Nilai uji organoleptik sampel M1 yang terdiri dari warna, aroma, rasa,dan tekstur berturut-turut sebesar 3,83 (suka), 3,57 (suka), 3,37 (agak suka) dan 3,33 (agak suka). Berdasarkan Hasilpenelitian, dapat disimpulkan produk cupcake dengan formulasi tepung jagung dan bayam dapat diterima panelis dan telahmemenuhi standar SNI.Kata kunci: Tepung jagung, bayam, cupcake, zat besi.
Substitusi Tepung Kedelai (Glycine max) dengan Tepung Bungkil Biji Kapuk (Ceiba petandra) Hasil Fermentasi dalam Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Ketut Triastini, Ni Gusti; H. Muskita, Wellem; Susilowati, Prima Endang
JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) Vol 1, No 2 (2017): JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.013 KB) | DOI: 10.33772/jsipi.v1i2.6625

Abstract

Tepung bungkil biji kapuk merupakan sumber protein nabati alternatif yang dapat dimanfaakan untuk mengsubstitusi tepung kedelai. Masalahnya adalah bungkil biji kapuk mengandung antinutrisi yaitu gosypol dan asam lemak siklopropenat. Salah satu cara untuk mengurangi kedua antinutrisi tersebut dapat digunakan dengan cara biologi yaitu fermentasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kedelai (TK) dengan tepung bungkil biji kapuk hasil fermentasi (TBBKHF) dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang vaname.  Udang vaname yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 2,54±0,16 g. Udang dipelihara selama 40 hari  dalam akuarium yang berukuran 60x50x40 cm dengan kepadatan 15 ekor/akuarium menggunakan sistem resirkulasi tertutup. Udang diberi pakan secara satiation dengan frekuensi 4 kali sehari. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan pakan uji dan diulang 3 kali. Perlakuan  A (30% TK + 10% TBBKHF), perlakuan B (20% TK + 20% TBBKHF), perlakuan C (10% TK + 30TBBKHF), dan perlakuan D (Pakan Komersial X). Pertumbuhan mutlak (PM), laju pertumbuhan spesifik (LPS), kelangsungan hidup (SR), Konsumsi pakan (KP),  efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), dan retensi energi (RE) dievaluasi dalam penelitian ini. Uji statistik dilakukan pada semua parameter yang dievaluasi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A bila dibandingkan dengan perlakuan B dan C  memberikan  PM  (1,64 g), LPS (1,22%), SR (84,44%), KP (25,68 g), EP (44,11%), RP (1,02%) dan RE (19,54) terbaik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian substitusi 10% TBBKHP dengan 30% TK dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil udang vaname. Kata kunci: Bungkil biji kapuk, fermentasi, asam lemak siklopropenat, udang  vaname.
Produksi Xilanase dari Isolat Sumber Air Panas Sonai, Sulawesi Tenggara, menggunakan Limbah Pertanian Susilowati, Prima Endang; Raharjo, Sapto; Kurniawati, Desi; Rahim, Rahmawati; Sumarlin, Sumarlin; Ardiansyah, Ardiansyah
Jurnal Natur Indonesia Vol 14, No 3 (2012)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.469 KB) | DOI: 10.31258/jnat.14.3.199-204

Abstract

Xylanase is the enzyme with prospec for hydrolysis hemicellulases. Many industry use xylanase thermostable. This processes require enzymes which are operationally stable at high temperature thus allowing e.g. easy mixing, better substrate solubility, high mass transfer rate, and lower risk of contamination. Thermophiles have often been proposed as sources of industrially relevant thermostable enzymes. Thermophilic bacteria, live at hot-springs, are can produced thermostable enzymes. In this work, we studied the bacteria strains isolated from water collected in the Sonai hot-springs of Southeast Sulawesi region and condition production enzyme. Screaning bacteria xylanolitic use semi-quantitative detection at agar plate with xilan, and quantitative detection activity enzyme. Result experinces in the 28 isolates screened, isolat IIA-3 (Pseudomonas sp.) showed the highest xylanase production. Organism efficiently used 2% rice straw as substrates. Pseudomonas sp. was used to hydrolyses rice straw at 50oC, agitation 150 rpm and pH 9.
ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK DAN PENILAIAN ORGANOLEPTIK MIE BASAH TEPUNG UBI KANO (Dioscorea rotundata) HASIL FERMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT Chahyani, Nur Azmi; Wahyuni, Sri; Susilowati, Prima Endang
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 5, No 6 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.251 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v5i6.15723

Abstract

ABSTRACTOne of the efforts to reduce dependence on wheat flour is by utilizing local food in several regions in Indonesia, one of which is Wakatobi, Southeast Sulawesi. Kano tuber can be processed in the manufacture of wet noodles, because it has the potential as a fairly high carbohydrate source. However, there are several physicochemical properties that must be improved in order to improve the characteristics of the flour produced. One way that can be done to modify starch is by fermentation using LAB. This study aimed to analyze the effect of LAB fermentation on physical characteristics and organoleptic assessment of wet noodles. The results showed that the organoleptic test of wet noodles Kano flour with an overall fermentation of 3.8 (slightly like) and non-fermented wet noodles of sweet potato flour of 3.4 (slightly like).Keywords: Kano’s flour, Modification, Wet NoodleABSTRAKSalah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan tepung terigu yaitu dengan memanfaatkan pangan lokal pada beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Wakatobi Sulawesi Tenggara. Ubi kano dapat diolah dalam pembuatan mie basah, karena berpotensi sebagai sumber karbohidrat yang cukup tinggi. Namun, ada beberapa sifat fisikokimia yang harus diperbaiki agar dapat memperbaiki karakteristik tepung yang dihasilkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk modifikasi pati adalah dengan fermentasi menggunakan BAL. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fermentasi BAL pada karakteristik fisik dan penilaian organoleptik mie basah. Hasil penelitian uji organoleptik mie basah tepung ubi kano fermentasi secara overall 3,8 (agak suka) dan mie basah tepung ubi kano tanpa fermentasi 3,4 ( agak suka).Kata kunci : Tepung ubi kano, Modifikasi, Mie Basah
PENILAIAN ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK FISIK COOKIES TEPUNG UBI KANO (Dioscorea rotundata) FERMENTASI BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT SBM.4A Zikirah, Sitti; Wahyuni, Sri; Susilowati, Prima Endang
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.973 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v6i2.17771

Abstract

ABSTRACTOne effort to reduce dependence on wheat flour is by utilizing local food in several regions in Indonesia, one of which is Wakatobi, Southeast Sulawesi. Kano can be processed to make cookies because it has a high potential as a carbohydrate source. However, several physicochemical properties must be improved to produce the flour with better characteristics. One way that can be done to modify starch is by fermentation using LAB. This study aimed to analyze the effect of LAB fermentation on the organoleptic assessment and physical characteristics of cookies. The result of the research on the organoleptic test of fermented kano potato flour cookies was 3.20 (slightly like) and unfermented kano sweet potato flour cookies was 4.20 (like).Keywords: Kano’s flour, Modification, CookiesABSTRAKSalah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan tepung terigu yaitu dengan memanfaatkan pangan lokal pada beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Wakatobi Sulawesi Tenggara.Ubi kano dapat diolah dalam pembuatan cookies, karena berpotensi sebagai sumber karbohidrat yang cukup tinggi. Namun, ada beberapa sifat fisikokimia yang harus diperbaiki agar dapat memperbaiki karakteristik tepung yang dihasilkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk modifikasi pati adalah dengan fermentasi menggunakan BAL. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fermentasi BAL pada penilaian organoleptik dan karakteristik fisik cookies. Hasil penelitian uji organoleptik cookies tepung ubi kano fermentasi secara overall 3,20 (agak suka) dan cookies tepung ubi kano tanpa fermentasi 4,20 (suka).Kata kunci : Tepung ubi kano, Modifikasi, Cookies
DAYA TERIMA DAN INDEKS GLIKEMIK KUE BROWNIES YANG DISUBSTITUSI TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK ( Musa paradisiaca) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) Siska, Siska; Susilowati, Prima Endang; Sadimantara, Muhammad Syukri
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 5, No 3 (2020): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.989 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v5i3.13111

Abstract

ABSTRACTThis research aimed to determine the effect of plantain hump flour and red bean flour substitution on organoleptic values, nutritional value, glycemic index, and physical characteristics of brownies. This study used a completely randomized design (CRD) with various percentage of plantain flour: red bean flour substitution namely P1 (100%:0%), P2 (60% : 20%), P3 (20%:60%), P4 (50%:30%), and P5 (30%:50%). The data were analyzed using analysis of variance then continued with Duncan's multiple range test (DMRT) at 95% confidence level. P3 treatment was the most preferred by panelists with color organoleptic assessment scores of color, aroma, texture, and taste reached 4.17 (like), 3.91 (like), 3.73 (like), and 4.01 (like), respectively. The selected brownies (P3) contained 14.27% water, 1.47% ash, 34.86% fat, 14.68% protein, 34.70% carbohydrate, 32.52% crude fiber, and 34.54% glucose. The P3 brownies had a glycemic index of 47.31, which was lower than the control (60.11). Compared to the control, P3 brownies had 4.36% lower water absorption and 9.09% lower developing power but 0.02 g/mL higher bulk density. The brownies made from plantain hump flour and red bean flour did not meet the national standards of fat, protein, and crude fiber contents.Keyword: Glycemic Index, plantain brownies, plantain flour, red bean flour.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh substitusi tepung bonggol pisang kepok dan tepung kacang merah terhadap kualitas penilaian organoleptik, nilai gizi, Indeks Glikemik dan karakteristik fisik cake brownies. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan berbagai presentase perlakuan, substitusi tepung bonggol pisang kepok: tepung kacang merah yaitu P1 (100% : 0%), P2 60% : 20%), P3 (20% : 60%), P4 (50% : 30%) dan P5 (30% : 50%). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (Analisis of varian), dengan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan P3 merupakan perlakuan yang paling disukai oleh panelis dengan skor penilaian hedonik warna 4.17 (suka), aroma 3.91 (suka), tekstur 3.73 (suka) dan rasa 4.01 (suka). Kandungan nilai gizi brownies terpilih (P3), yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat kadar serat kasar dan kadar glukosa berturut-turut sebesar 14.27%, 1.47%, 34.86%, 14.68%, 34.70%, 32.52% dan 34.54%. Indeks Glikemik brownies P3 dengan nilai Indeks Glikemik 47.31 lebih rendah dari pada brownies kontrol 60.11. Hasil analisis brownies P3 yang dibandingkan dengan brownies P1, pada analisis daya serap air brownies mengalami penurunan sebesar 4.36% dan daya kembang sebesar 9.09%. Sedangkan pada densitas kamba terjadi peningkatan sebesar 0.02 g/mL. Berdasarkan standar mutu SNI brownies bahwa produk brownies bonggol pisang kepok kacang merah belum memenuhi standar mutu SNI untuk kadar lemak, protein dan serat kasar.Kata kunci: Indeks Glikemik, Brownies bonggol pisang kepok, tepung bonggol pisang kepok, tepung kacang merah.
KARAKTERISTIK FISIK BISKUIT FORMULASI TEPUNG WIKAU MAOMBO DENGAN TEPUNG SPIRULINA PLANTESIS Pebriana, Sri M; Wahyuni, Sri; Susilowati, Prima Endang
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.842 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v6i1.16635

Abstract

ABSTRACTThis study aimed to determine the effect of wikau maombo flour and Spirulina plantesis flour formulations on the nutritional content and physical characteristics of biscuit products. The formulations of wikau maombo flour:Spirulina plantesis flour were P1 (100 g 0 g) and P2 (95 g:5 g). The research data on the nutritional value of control biscuit products (P1) and selected biscuits (P2) were analyzed using the t-test at the 95% significance level. The nutritional value of the selected biscuits (P2), which included moisture, ash, fat, protein, carbohydrates, and crude fiber contents were 5.077%, 2.296%, 16.885%, 9,358%, 66,114%, and 36,043%, respectively. When compared with the P1 biscuit (control), the water absorption capacity of P2 biscuits increased by 1.438%, while there was a decrease in the swelling power and bulk density by 0.1 cm and 0.042 g/mL. The biscuit products met the national standard no. 2973-2011 requirements on the moisture, protein, and carbohydrate contents, but the ash and fat contents did not.Keyword: Biscuits, Spirulina plantesis, and wikau maombo flour.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi tepung wikau maombo dan tepung Spirulina plantesis terhadap kandungan gizi dan karakteristik fisik produk biskuit. Presentase formulasi tepung wikau maombo : tepung Spirulina plantesis yaitu P1 (100 g : 0 g), P2 (95 g : 5 g), Data hasil penelitian nilai gizi terhadap produk biskuit kontrol (P1) dan biskuit terpilih (P2), dianalisis menggunakan uji T pada taraf signifikan 95% (). Kandungan nilai gizi biskuit terpilih (P2), yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat dan serat kasar berturut-turut sebesar 5.077%, 2.296%, 16.885%, 9.358%, 66.114% dan 36.043%. Hasil analisis biskuit P2 yang dibandingkan dengan biskuit P1 (kontrol), pada analisis daya serap air biskuit mengalami peningkatan sebesar 1.438%, sedangkan tejadi penurunan terhadap daya kembang dan densitas kamba sebesar 0.1 cm dan 0.042 g/mL. Produk biskuit yang dihasilkan memenuhi syarat SNI 2973-2011 pada variabel kadar air, protein dan karbohidrat. Pada variabel kadar abu dan lemak tidak memenuhi syarat SNI, karena memiliki kadar yang lebih dari kadar SNI yang disyaratkan.Kata kunci: Biskuit, tepung Spirulina plantesis dan tepung wikau maombo
KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI BERBAGAI JENIS UMBI-UMBIAN DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL: STUDI KEPUSTAKAAN Madu, Wa Ode Al Wahyuni Madu Al Wahyuni; Wahyuni, Sri; Susilowati, Prima Endang
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 7, No 1 (2022): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.912 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v7i1.24136

Abstract

ABSTRACTThis review aimed to see the effect of adding glycerol on the characteristics of edible films produced from various types of tubers. The addition of glycerol is done to increase the elasticity properties so that the bond can increase the molecular distance from the polymer. The glycerol compound is effective in increasing the plastic properties of the film because it has a small molecular weight so that it can reduce the intermolecular forces along the polymer chain which causes the starch film to be flexible and easy to bend. The results of the review show that the addition of glycerol has been proven to improve the characteristics of the edible film of various types of tubers. The physical and chemical properties improvements of edible films include thickness, tensile strength, percent elongation, and water content so that the edible films produced can be applied as packaging materials for food products.Keywords: edible film, tubers, glycerolABSTRAKReview ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan gliserol terhadap karakteristik edible film yang dihasilkan dari berbagai jenis umbi-umbian. Penambahan gliserol dilakukan untuk untuk meningkatkan sifat elastisitas sehingga ikatan dapat menaikan jarak molekul dari polimer. Senyawa gliserol efektif dalam menaikkan sifat plastik film karena memiliki berat molekul yang kecil sehingga mampu menurunkan gaya intermolekul sepanjang rantai polimernya yang menyebabkan film dari pati akan lentur dan mudah dibengkokkan. Hasil review menunjukkan bahwa penambahan gliserol terbukti dapat memperbaiki karakteristik edible film dari berbagai jenis umbi-umbian. Perbaikan yang dimaksud adalah sifat fisik dan kimia edible film yang meliputi ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan dan kadar air sehingga edible film yang dihasilkan mampu diaplikasikan sebagai bahan pengemas pada produk pangan.Kata kunci:edible film, umbi-umbian, gliserol