Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Private Television Media and Political in Presindential Election 2019 from the Agenda Setting of Perspective Hendra Sapitri; Nisma Laela Nurafifah
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol 24, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK - Desember 2020
Publisher : BPSDMP Kominfo Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33299/jpkop.24.2.3024

Abstract

ABSTRAKBerita politik terkait dengan Kandidat Presiden dan Wakil Presiden disampaikan oleh media televisi dijadikan alternatif masyarakat dalam pendidikan politik. Tapi media televisi di Indonesia dikuasi oleh swasta sekaligus sebagai politisi, kemudian hal ini berdampak pada penyampaian berita politik menjadi tidak netral. Permasalahan ini kemudian mendorong penelitian lebih lanjut mengenai media televisi dan politik dalam pemilu di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan analisis politik dan media televisi dalam Pemilihan Presiden di Indonesia tahun 2019. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.  Hasil penelitian ini menemukan bahwa tahun 2019 media televisi lebih banyak mendukung Jokowi daripada Prabowo, hal ini berlawanan dengan Pilpres tahun 2014. Kemudian penyampaikan berita politik media televisi akan mengikuti arahan dari pemilik media. Kesimpulanya peran media televisi dalam menyampaikan berita politik berhasil menggiring masyarakat untuk memilih Jokowi. Namun media televisi gagal menjaga kepercayaan masyarakat dalam memberikan informasi politik yang netral. Kata Kunci: Politik, Pemilihan Presiden, dan Media Televisi.
Keberpihakan Semu dalam Pencalonan: Kegagalan Calon Legislatif Perempuan Nomor Urut 1 Nisma Laela Nurafifah; Fitriyah Fitriyah
JCIC : Jurnal CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial Vol 3 No 2 (2021): JCIC: Jurnal CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial
Publisher : CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51486/jbo.v3i2.32

Abstract

The Golkar party in Sragen district for the Sragen election area in the 2019 elections carried out Women’s candidate at number one, a strategic number for affordability. Yet the candidate failed to be chosen. Fenemena recruitment for women’s candidacy is thought to be the factor, and the legislative candidate is not strong enough from the modality. The study used qualitative methods, data collecting used interviews and document studies. Informants in the study were Women’s legislative candidate in the Sragen-1 election area, successful teams, party administrators, and voters. Studies indicate that the nomination of the women’s was done in a manner indicated by the party steward to the community and by the village manager. The way it is justified to make Women’s legislative candidate on the bike not competent. In addition to the small percentage of Women’s legislative candidate, it is not known to the public. Women’s legislative candidate are also hempered by limited modality holdings in order to win elections. Partai Golkar di kabupaten Sragen untuk daerah pemilihan Sragen 1 pada Pemilu 2019 mengusung calon perempuan di nomor urut satu. Nomor strategis untuk keterpilihan. Namun calon tersebut gagal terpilih. Fenomena asal rekrutmen dalam pencalonan perempuan diduga menjadi faktor penyebabnya. Selain itu calon legislatif tersebut tidak cukup kuat dalam kepemilikan modalitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi dokumen. Informan dalam penelitian ini adalah calon legislatif perempuan di daerah pemilihan Sragen-1, tim sukses, pengurus partai, dan pemilih. Hasil penelitian menunjukkan penominasian calon perempuan dilakukan dengan cara “penunjukan” yang dilakukan oleh pengurus partai kepada masyarakat serta pengurus partai yang berada di tingkat Desa. Cara tersebut menyebabkan calon legislatif perempuan yang diusung tidak memiliki kompetensi yang sesuai. Selain itu calon legislatif perempuan yang diusung juga kurang dikenal oleh masyarakat. Calon legislatif perempuan juga dihambat oleh kepemilikan modalitas terbatas untuk bisa memenangkan pemilihan.