Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kajian Penunasan Berat Pelepah terhadap Kuantitas dan Kualitas Bunga Jantan Kelapa Sawit serta Ketertarikan Elaeidobius kamerunicus FAUST Agus Eko Prasetyo; Nanang Supena; Agus Susanto
Buletin Palma Vol 22, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v22n1.2021.52-61

Abstract

Praktek penunasan berat pelepah kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan bunga jantan sehingga kebutuhan polen dan kumbang Elaeidobius kamerunicus dapat terpenuhi sehingga penyerbukan alami dapat menjamin pembentukan fruit set tandan yang normal. Penunasan berat dilakukan mulai tanaman umur 2 tahun dengan perlakuan penunasan hingga menyisakan hanya satu lingkar pelepah muda (8 pelepah/tanaman) dan sisa 2 lingkar pelepah muda (16 pelepah/tanaman) setiap bulan. Sebagai kontrol digunakan tanaman dengan penunasan normal yakni menyisakan 48-56 pelepah/tanaman. Hasil pengamatan selama 48 bulan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah bunga jantan pada kedua perlakuan penunasan berat, jumlah produksi bunga jantan pada penunasan berat dengan menyisakan 8 pelepah/tanaman. Namun ukuran bunga jantan yang terbentuk lebih kecil (menurun sebesar 30,15-51,11%) bila dibandingkan dengan kontrol sehingga jumlah polen yang dihasilkan juga lebih sedikit dengan penurunan sebanyak 28,59-38,28%. Bahkan viabilitas polen kelapa sawit pada perlakuan penunasan berat juga berkurang 12,58-15,51%. Penurunan kualitas bunga jantan ini diikuti dengan penurunan jumlah kunjungan kumbang E. kamerunicus sebesar 22,63-31,01% dan penurunan jumlah kemunculan kumbang baru dari tandan bunga jantan lewat mekar sebanyak 40,89-49,40%. Kualitas bunga jantan pada kedua perlakuan penunasan berat tidak berbeda. Aplikasi penunasan berat pelepah kelapa sawit berdampak pada peningkatan kuantitas bunga jantan tetapi memiliki kualitas yang menurun bahkan kurang menarik bagi E. kamerunicus untuk berkembang biak.
Response of Oil Palm Varieties to Aluminium Stress Nanang Supena
Journal of Tropical Life Science Vol. 4 No. 1 (2014)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aluminum (Al) will be toxic to plants when soil is very acid. Soil reaction on acid condition tends to turn Al into trivalent cation (Al3+) disturbing the function of the root end cells in doing the division and elongating the function. Today, the study of Al stress on crop trees as oil palm is very little. This research was aimed to study the growth of oil palm varieties in growing media treated Al stress. The experiment was conducted in the screen house using a randomized block design with two treatments, oil palm varieties and concentrations of Al. Varieties consisted of five oil palm progenies (OPP) i.e. PPKS239, PPKS540, PPKS718, Simalungun, and Dumpy. They were planted into the sterile sand medium in the form of sprouts and Al was treated with five different concentrations, 0, 75, 150, 225, and 300 ppm. Al was applied at the same time in the plant from 4 to 12 weeks after planting. Observations were conducted on several morphological and physiological variables at shoots and roots. The results showed a significant interaction between varieties and Al on the length of primary roots and reducing sugar content. The average of reducing sugar content was 24% less from control than it was when treated by Al 300 ppm. Simalungun varieties had more tolerant to Al than others. The length of Simalungun primary roots was more stable when the concentration of Al was 300 ppm whereas PPKS718 and PPKS540 varieties were decreased 24.3 and 12.4% respectively. The tolerance of Simalungun was also marked from reducing sugar content which was lower than other varieties. According to Koch (2004), the low content of reducing sugar when given Al was an indication of plant resistance mechanisms against Al toxicity where the number of sugar was transported from roots to the shoots for immobilizing Al. Consequently, it decreased sugar content in the shoot.
KERAGAAN PERKEMBANGAN PEMBUNGAAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN DUA VARIETAS YANG BERBEDA DI KEBUN PRAKTIK INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA Wagino; Eka Bobby Febrianto; Nanang Supena; Yusvita Seto Okta Viani; Henry Budi Hasibuan
Agro Estate Vol 9 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Institut Teknologi Sawit Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious yang memiliki bunga betina dan bunga jantan yang terdapat pada satu pohon. Biasanya perkawinan silang terjadi dengan bantuan agen polinasi (Elaeidobius kamerunicus) untuk menghasilkan tandan buah kelapa sawit. Fenologi merupakan ilmu yang mempelajari fase-fase alami pada tanaman. Fenologi pembungaan merupakan jenis tanaman yang menjadi karakter penting dalam siklus hidup tanaman untuk berkembang biak. Pengamatan siklus perkembangan bunga hingga buah dapat menjadi acuan saat panen dan diperlukan untuk mengatasi permasalahan terkait rendahnya produksi buah. Penelitian dilaksanakan di kebun praktik Institut Teknologi Kelapa Sawit Indonesia (ITSI) Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan September 2021 sampai dengan Maret 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana tahapan pembungaan tanaman kelapa sawit pada dua varietas yang berbeda sebagai perkembangan bahan tanaman kelapa sawit dengan karakteristik pembungaan yang berbeda pada dua varietas yang berbeda. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan model kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan hasil perkembangan yang berbeda terhadap pertumbuhan generatif dan vegetatif tanaman kelapa sawit. Fase pertumbuhan generatif dan vegetatif sangat dipengaruhi oleh bibit unggul yang digunakan. Pengamatan vegetatif dilakukan sebagai penunjang perkembangan tanaman kelapa sawit. Hasil uji T-Test menunjukkan bahwa nisbah kelamin, tinggi tanaman, jumlah helaian daun, panjang rachis, tebal tangkai daun, penampang melintang tangkai daun (PxL), jumlah anak daun sepihak, lebar anak daun, luas daun dan luas daun total berpengaruh terhadap penerimaan H0 (perbedaan tidak nyata) sedangkan uji T-Test pada keliling batang, lebar tangkai daun dan panjang anak daun memberikan pengaruh menolak H0 (berbeda nyata)