Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERUBAHAN MORFOLOGI STRUKTUR MIKRO PADUAN Cu-Zn 70/30 YANG DILAKUKAN TMCP DI SUHU 300°C DENGAN VARIASI WAKTU TAHAN PEMANASAN Eka Febriyanti; Ahmad Fadli; Amin Suhadi; Rini Riastuti
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 12, No 1 (2018): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cu-Zn alloy (70/30) used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component, and architectural hardware so that susceptible to exposure of corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Therefore, this research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Thermo-Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled heating and controlled forming to produce high quality materials. Rolling process was conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as the longer holding time of the heating and was continued by further deformation, it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm. In addition, it is also found an increasing of annealed twin, deformed twin, as well as finer and newer grains that indicate partial dynamic recrystallization.
PENGARUH PENINGKATAN % REDUKSI TERHADAP PENGHALUSAN BUTIR DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Cu-Zn 70/30 SETELAH DEFORMASI PADA SUHU 400°C Eka Febriyanti; Amin Suhadi; Rini Riastuti; Dedi Priadi
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v10i3.155

Abstract

 Paduan Cu-Zn 70/30 banyak digunakan dalam berbagai aplikasi industri karena memiliki sifat yang unggul dan belum ada penggantinya. Untuk memperoleh paduan Cu-Zn 70/30 dengan sifat mekanik yang tinggi maka dilakukan riset baik modifikasi dari jenis material yang sudah ada ataupun material baru agar sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk mengurangi biaya produksi, namun tetap menghasilkan sifat mekanik yang baik tanpa penambahan paduan maka dikembangkan metode penghalusan butir. Salah satu alternatif proses fabrikasi untuk mengoptimalkan sifat mekanik paduan Cu-Zn 70/30 yaitu dengan metode warm rolling. Warm rolling yang dilakukan pada pelat paduan Cu-Zn 70/30 menggunakan % reduksi sebanyak 29,03%, 34,4%, dan 38,16% pada suhu 400°C secara double pass reversible. Untuk paduan Cu-Zn 70/30, rentang pengerjaan warm rolling berada pada suhu 0,4 s/d 0,6 Tm (melting point) yaitu berkisar antara 382°C-573°C. Hasil metalografi didapat ukuran butir yang semakin menurun sebesar 30,03 µm di bagian tepi dan 33,45 µm di bagian tengah pada % reduksi 38,16%. Hasil uji tarik dengan % reduksi 38,16% menghasilkan nilai ultimate tensile strength (UTS) sebesar 478 MPa, yield strength (YS) sebesar 434 MPa, dan persentase elongasi sebesar 9%. Untuk hasil uji kekerasan menghasilkan nilai kekerasan sebesar 135,8 HV di bagian tepi dan 128,4 HV di bagian tengah pada % reduksi 38,16%. 
ANALISA KEGAGALAN TRACK LINK EXCAVATOR Eka Febriyanti; Abdul Gafar; Hermawan Agus Suhartono
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 12 No. 3 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v12i3.2886

Abstract

Track link merupakan salah satu jalur kunci dalam system ekskavator selama penggalian dengan beban berlebih. Fungsi dari track link pada excavatoryaitu mengubah gerakan putar menjadi gulungan dan menjadi tumpuan bagi track roller sehingga memungkinkan unit dapat berjalan.Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian menunjukkan bahwapin yang merupakan salah satu komponen utama dari track link mengalami patah sehingga menyebabkan excavator berhenti beroperasi. Hasil pemeriksaan visual menunjukkan bahwa pada daerah pin sebagai penyambung antar rantai terjadi retak dimanaretak awal dimulai dari sisi luar dan penjalaran retak dimulai dari material bagian tipis ke tebal. Hasil pemeriksaan tersebut juga dikonfirmasi dengan pemeriksaan metalografi yang menunjukkan adanya inklusi pengotor di lokasi pin yang patah. Oleh karena itu, cacat inklusi akibat proses manufaktur berperan sebagai inisiasi perambatan retak, lalu menjalar akibat pembebanan dinamis dari perputaran track rollersampai akhirnya material pin patah. Analisis kimia dari material pin menunjukkan bahwa material pinyang diperiksa merupakan jenis low alloy steel yang tidak sesuai dengan spesifikasi standard sehingga menyebabkan material pin rentan terhadap serangan korosi setelah retak timbul di permukaan akibat pembebanan fatik.
ANALISA KEGAGALAN POLISHED ROD PADA POMPA ANGGUK Eka Febriyanti; Dr. Ir. Amin Suhadi, M.Eng.; Laili Novita Sari
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v13i2.3172

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kerusakan polished rod akibat material yang digunakannya bersifat getas dan memiliki mikrostruktur yang tidak homogen. Pemeriksaan pada polished rod dari pompa angguk  menggunakan metode pengamatan visual, fraktografi makro, metalografi, uji kekerasan, analisa komposisi kimia, pemeriksaan SEM, serta uji komposisi produk korosi dengan EDX. Hasil pemeriksaan visual dan uji penetran menunjukkan adanya retak melintang yang menyebar pada satu sisi permukaan polished rod menunjukkan bahwa polished rod mengalami pembebanan bending sebelum patah. Sedangkan hasil pemeriksaan fraktografi memperlihatkan adanya daerah patahan getas dengan pola radial mark yang menandakan bahwa jenis pembebanan merupakan beban statis dengan alur perambatan yang berlangsung cepat. Selain itu, hasil pengamatan metalografi memperlihatkan bahwa struktur mikro pada polished rod bersifat tidak homogen yang terdiri atas ferit-perlit, bainit, dan martensit yang bersifat getas.  Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab kerusakan adalah ketidakhomogenan pada mikrostruktur dan sifat material yang bersifat getas yang berperan sebagai konsentrasi tegangan. Dengan tertahannya sistem kerja pompa angguk menyebabkan satu sisi polished rod mengalami pembebanan bending sampai material tidak mampu lagi menahan beban lalu patah.
FATIGUE AND CORROSION PHENOMENON ON FAILURE OF WATER WALL TUBE BOILER Eka Febriyanti; Amin Suhadi; Laili Novita Sari
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 1 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v14i1.3565

Abstract

Water wall tube is one of a boiler components which has a function to transform water to be vapour so that it is normally called steam generating tubes. Any failure on wall tube will affect to the whole boiler system.  The purpose of this research is to find out root cause of failure of wall tube in order to avoid similar case in the future.  Research is conducted by examining and testing the specimens on all aspects including visual, fractography, metallography, chemical analysis, hardness test and tensile test. Examination on the fracture surface by fractographic method found the evidence of fatigue fracture with the presence of beachmark. Another examination on uninstalled boiler tube shows indication of fabrication defect and trans-granular cracks which allowed corrosive agent infiltrated into the microstructure of the tube. However, the result of chemical analysis and tensile test indicated that the tubes investigated are in accordance with ASTM A 210 Grade C specifications. Therefore, the failure of the tube is not caused by wrong material selection, but through the combination of fatigue fracture and corrosion attack where initiated at fabrication defect that acted as stress raisers.