Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Aquatic Plants for Acid Mine Drainage Remediation in Simulated Wetland Systems Munawar, Ali; Leitu, Farkhruddin Okte; Bustamam, Hendri
Jurnal Natur Indonesia Vol 13, No 3 (2011)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.575 KB) | DOI: 10.31258/jnat.13.3.244-249

Abstract

Aquatic plant is an important component of a constructed wetland system for treating acid mine drainage (AMD).This study was conducted to investigate the remediation effects of planting three aquatic plants species on AMDquality in simulated wetland systems. Simulated wetland systems were constructed using 10-L plastic containersas growth media comprising mixed-organic substrates and aquatic plant species as planting treatments. Thetreatments involved individual plantings with Fimbristilys hispidula (Vahl) Konth, Mariscus compactus (Retz) Druce,and Typha angustifolia L., and mixed-planting with a combined three-plant species. As the control was the unplantedmedia. The plants were continuously flooded with very acidic AMD collected from a mine pit in PT TambangBatubara Bukit Asam, South Sumatra. During the experiment, the acidity (pH), oxidation reduction potential (Eh),and electrical conductivity (EC) of the flooding AMD were measured after 24 hours of the flooding, and thenbiweekly until the plants entered their reproductive stage. To estimate Fe removed by plants, AMD samples weretaken from both planted and unplanted systems for total dissolved Fe analyses. The data revealed some remediationeffects of planting aquatic plants on AMD in the wetland treatment systems. The presence of plants in the wetlandsystem appeared to induce oxygen diffusion to surrounding roots, which might result in Fe precipitation on rootsurface. Although no differences among planting treatments, Fe removals by plants highly correlated (R2=0.92)with the production of plant biomass.
Chemical characteristics of organic wastes and their potential use for acid mine drainage remediation Munawar, Ali; Riwandi, Riwandi
Jurnal Natur Indonesia Vol 12, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.621 KB) | DOI: 10.31258/jnat.12.2.167-172

Abstract

Organic substrate is an important component of biological treatments for acid mine drainage (AMD) remediation systems. It provides organic substrates to sulfate-reducing bacteria (SRB) in the sulfate (SO4) reduction, resulting in increased alkalinity and metal sulfide precipitates. Natural organic matters vary in their characteristics, and therefore may perform differently for remediation properties. This study was aimed to characterize four locally available organic wastes (bark, empty fruit bunch, sawdust, and chicken manure) potential for AMD remediation. Their chemical properties and elemental compositions were measured. An anaerobic incubation of these wastes in AMD was undertaken to determine their remediation properties. The pH, electrical conductivity (EC), redox potential (Eh), and dissolved Fe and SO4 of the mixtures were measured after the 1st, 7th, 14th, and 30th day of the incubation at room temperature. The results demonstrated that organic wastes varied in their chemical properties and performed differently in treating AMD. Organic wastes containing high alkalinity (high pH) and nutrient concentrations (chicken manure and empty fruit bunch) improved AMD quality through increasing pH (>6) and reducing dissolved Fe and SO4 concentrations. Although sawdust and bark (high CEC) did not increase pH up to acceptable standard at most time, they apparently were able to remove dissolved Fe from AMD through adsorption mechanism.
Serapan Karbon oleh Mangium dan Sengon Berumur Empat Tahun pada Lahan Pascatambang yang Sudah Direklamasi Munawar, Ali; Wiryono, Wiryono
Jurnal Natur Indonesia Vol 16, No 1 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.563 KB) | DOI: 10.31258/jnat.16.1.42-47

Abstract

Revegetation is an important part of reclamation activities of mined land, partly due to potential CO2 absorption from theatmosphere, particularly through photosynthetic reactions. This research was aimed to calculate the amount of C absorbedby two major fast growing legume species in most reclaimed mined lands in Indonesia, mangium (Acacia mangium) andalbizia (Paraserianthes falcataria) at four years of age. Three tree samples of each species were destructively taken fromthe reclaimed mined land belong to PT Bukit Asam (PERSERO) Tbk, Tanjung Enim, South Sumatra to obtain plant biomassproduction of both above and below ground. The above ground plant biomass was separated into leaf, branches & twigs,and stem. All these components and the below ground biomass (roots) were then weighed for fresh weight determination.About 200 g of these tree components were dried in an oven at 70oC to obtain their dry weights, and then ground into 60mesh diameter for C analysis using wet destruction method of Walkley and Black. The results showed that up to the fourthyear, mangium sequestered C almost double of that sequestered by sengon stands, 21.66 and 10.35 kg C/tree respectively.
STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PADA LAHAN BEKAS GALIAN INDUSTRI BATU BATA Sarirotul 'Alim; Ali Munawar; Djoko Mulyanto
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v19i1.9460

Abstract

Kegiatan industri batu bata sering kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan mengakibatkan kerusakan sifat-sifat tanah, sehingga menurunkan produktivitas lahan bekas galian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis kegiatan dalam industri batu bata yang menyebabkan kerusakan sifat-sifat tanah, menentukan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa, dan memetakan status kerusakan lahan bekas galian di Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2021 menggunakan metode survey. Titik sampel pewakil ditentukan secara purposive, yakni pada lahan bekas galian yang belum difungsikan dan yang difungsikan kembali untuk budidaya. Parameter kriteria baku kerusakan tanah meliputi kedalaman jeluk , kebatuan permukaan, komposisi fraksi, berat isi (BV), porositas total, permeabilitas, pH, daya hantar listrik (DHL), redoks potensial (Eh), dan jumlah mikroba. Penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa melalui tahap matching dan scoring sesuai ketentuan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2009). Hasil penetapan diperoleh dua status kerusakan yaitu Rusak Ringan (R.I) dan Rusak Sedang (R.II) dengan faktor pembatas kedalaman jeluk (s), komposisi fraksi (f), porositas total (v), permeabilitas (p), dan redoks potensial (r). Status Rusak Ringan dengan faktor pembatas f dan r seluas 9 ha, Rusak Ringan dengan faktor pembatas f, p, dan r seluas 43,9 ha, Rusak Ringan dengan faktor pembatas s, f, p, dan r seluas 6 ha, dan Rusak Sedang dengan faktor pembatas s, f, v, p, dan r seluas 5 ha.
STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PADA LAHAN BEKAS GALIAN INDUSTRI BATU BATA Sarirotul 'Alim; Ali Munawar; Djoko Mulyanto
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v19i1.9460

Abstract

Kegiatan industri batu bata sering kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan mengakibatkan kerusakan sifat-sifat tanah, sehingga menurunkan produktivitas lahan bekas galian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis kegiatan dalam industri batu bata yang menyebabkan kerusakan sifat-sifat tanah, menentukan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa, dan memetakan status kerusakan lahan bekas galian di Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2021 menggunakan metode survey. Titik sampel pewakil ditentukan secara purposive, yakni pada lahan bekas galian yang belum difungsikan dan yang difungsikan kembali untuk budidaya. Parameter kriteria baku kerusakan tanah meliputi kedalaman jeluk , kebatuan permukaan, komposisi fraksi, berat isi (BV), porositas total, permeabilitas, pH, daya hantar listrik (DHL), redoks potensial (Eh), dan jumlah mikroba. Penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa melalui tahap matching dan scoring sesuai ketentuan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2009). Hasil penetapan diperoleh dua status kerusakan yaitu Rusak Ringan (R.I) dan Rusak Sedang (R.II) dengan faktor pembatas kedalaman jeluk (s), komposisi fraksi (f), porositas total (v), permeabilitas (p), dan redoks potensial (r). Status Rusak Ringan dengan faktor pembatas f dan r seluas 9 ha, Rusak Ringan dengan faktor pembatas f, p, dan r seluas 43,9 ha, Rusak Ringan dengan faktor pembatas s, f, p, dan r seluas 6 ha, dan Rusak Sedang dengan faktor pembatas s, f, v, p, dan r seluas 5 ha.
STATUS HARA N, P DAN K PADA TANAH SAWAH IRIGASI DI KAPANEWON PRAMBANAN, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Wibawati, Widya; Mulyanto, Djoko; Munawar, Ali
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol. 11 No. 1 (2024)
Publisher : Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtsl.2024.011.1.23

Abstract

The difference in the productivity level of paddy is caused by nutrient availability and land management. This study aims to determine the chemical properties of soil, especially elements of N, P, and K, in soils that have different levels of rice productivity. The methods used in this study are survey methods and laboratory analysis. Purposive sampling was conducted based on the productivity of medium and high-status rice fields. Based on the level of productivity of rice fields, there are 18 sample points, which are composite into 7 samples and analyzed in the laboratory. The results showed that several chemical properties in areas with high productivity levels had an average availability of total N nutrient status of 0.17% (low), potential P 56.5 mg 100 g-1 (high), potential K 17 mg 100 g-1 (low), organic C by 2.75% (medium), cation exchange capacity (CEC) 11.52 cmol(+)kg-1 (low) while in areas with medium productivity had an average total N nutrient of 0.23% (medium), potential P 38.33 mg 100 g-1 (medium), potential  K 72 mg 100 g-1 (very high), organic C 3.23% (high), CEC 33.06 cmol(+)kg-1 (high) and has a soil pH of 6.1 (slightly acid) respectively. High-productivity areas have low to medium soil fertility, while medium-productivity areas have medium to high soil fertility. Rice field management factors are suspected to cause differences in rice productivity levels.
Respon Pertumbuhan Cabai Di Tanah Latosol Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Cair Sampah Rumah Tangga Menggunakan Teknik Ember Tumpuk Patricia, Gabriella Bunga; Munawar, Ali; Widodo, R. Agus
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 20, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v20i1.13211

Abstract

Penggunaan Latosol sebagai lahan pertanian bagi tanaman cabai memiliki faktor pembatas yaitu kandungan hara yang rendah, oleh karena itu pemberian pupuk menjadi penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif tanaman cabai di tanah Latosol terhadap konsentrasi dan cara pemberian Pupuk Organik Cair (POC). Percobaan dilakukan pada tanaman cabai rawit yang ditanam pada polybag menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan kombinasi (3x3) + 1 kontrol. Faktor Pertama yaitu konsentrasi POC, terdiri dari kontrol (0 ml/L), 5 ml/L, 10 ml/L, dan 15 ml/L dan faktor kedua yaitu cara pemberian POC pada tanaman meliputi pemberian melalui tanah, melalui daun, dan kombinasi melalui tanah dan daun. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter pengamatan meliputi sifat kimia tanah, POC, dan pertumbuhan tanaman. Data hasil yang diperoleh kemudian diuji dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan uji Contrast Orthogonal untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan dan kontrol, bila ada pengaruh dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian POC konsentrasi 15 ml/L melalui daun (A2D3) secara signifikan meningkatkan jumlah daun, bobot segar akar, dan bobot segar tanaman. Sementara itu, pada konsentrasi yang sama pemberian melalui tanah (A1D3) meningkatkan nilai N-total, P-tersedia, dan K-tersedia tanah. 
Dinamika Unsur Hara Makro dan Mikro pada Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah Sayur dan Buah Pasar Tradisional dengan Teknik Ember Tumpuk Kirana, Dinda Setya; Wahyuni, Riska Widia; Munawar, Ali; Partoyo, Partoyo; Virgawati, Sari
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 20, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v20i2.13218

Abstract

Limbah organik yang berasal dari sayuran dan buah-buahan di pasar tradisional belum dikelola dengan baik, bahkan cenderung menjadi bahan pencemar bagi lingkungan di sekitarnya. Limbah tersebut berpotensi dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara makro yaitu  N, P, dan K dan hara mikro Fe, Mn, dan Cu pada lindian dan sisa padatan kompos dari proses pengomposan dengan Teknik Ember Tumpuk, mengetahui kualitas hasil pupuk organik cair dan padat (POC dan POP) hasil pembuatan pupuk organik dengan Teknik Ember Tumpuk dan mengetahui waktu panen POC yang terbaik untuk mendapatkan kandungan N, P, K, Fe, Mn, dan Cu tertinggi pada pembuatan (POC) dengan Teknik Ember Tumpuk dari limbah organik sayur dan buah. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan pengamatan langsung di lapangan dan pembuatan pupuk organik cair serta metode kuantitatif dengan analisis laboratorium. Parameter yang diamati meliputi pH, kadar C-organik, N-total, P2O5, K2O, Fe, Mn dan Cu pada lindian dan padatan kompos. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dibandingkan dengan data di Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsentrasi tertinggi Pada Unsur Hara Mikro N-total, P2O5, dan K2O POC yaitu pada minggu ke-10 sebesar 0,204%. Konsentrasi tertinggi Hara Mikro Fe, Mn, dan Cu yaitu pada minggu ke-10 sebesar 10,26 ppm, 0,46 ppm dan 3,31 ppm. Seluruh pemanenan POC yang dihasilkan belum dapat memenuhi Standar mutu POC. Padatan kompos yang dihasilkan untuk unsur Hara Makro sudah memenuhi syarat mutu POP yaitu sebesar 5,351%. Sedangkan untuk unsur Hara Mikro masih belum memenuhi syarat mutu POP.
Dinamika Unsur Hara Makro dan Mikro pada Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah Sayur dan Buah Pasar Tradisional dengan Teknik Ember Tumpuk Kirana, Dinda Setya; Wahyuni, Riska Widia; Munawar, Ali; Partoyo, Partoyo; Virgawati, Sari
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 20, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v20i2.13218

Abstract

Limbah organik yang berasal dari sayuran dan buah-buahan di pasar tradisional belum dikelola dengan baik, bahkan cenderung menjadi bahan pencemar bagi lingkungan di sekitarnya. Limbah tersebut berpotensi dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara makro yaitu  N, P, dan K dan hara mikro Fe, Mn, dan Cu pada lindian dan sisa padatan kompos dari proses pengomposan dengan Teknik Ember Tumpuk, mengetahui kualitas hasil pupuk organik cair dan padat (POC dan POP) hasil pembuatan pupuk organik dengan Teknik Ember Tumpuk dan mengetahui waktu panen POC yang terbaik untuk mendapatkan kandungan N, P, K, Fe, Mn, dan Cu tertinggi pada pembuatan (POC) dengan Teknik Ember Tumpuk dari limbah organik sayur dan buah. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan pengamatan langsung di lapangan dan pembuatan pupuk organik cair serta metode kuantitatif dengan analisis laboratorium. Parameter yang diamati meliputi pH, kadar C-organik, N-total, P2O5, K2O, Fe, Mn dan Cu pada lindian dan padatan kompos. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dibandingkan dengan data di Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total konsentrasi tertinggi Pada Unsur Hara Mikro N-total, P2O5, dan K2O POC yaitu pada minggu ke-10 sebesar 0,204%. Konsentrasi tertinggi Hara Mikro Fe, Mn, dan Cu yaitu pada minggu ke-10 sebesar 10,26 ppm, 0,46 ppm dan 3,31 ppm. Seluruh pemanenan POC yang dihasilkan belum dapat memenuhi Standar mutu POC. Padatan kompos yang dihasilkan untuk unsur Hara Makro sudah memenuhi syarat mutu POP yaitu sebesar 5,351%. Sedangkan untuk unsur Hara Mikro masih belum memenuhi syarat mutu POP.
Respon Pertumbuhan Cabai Di Tanah Latosol Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Cair Sampah Rumah Tangga Menggunakan Teknik Ember Tumpuk Patricia, Gabriella Bunga; Munawar, Ali; Widodo, R. Agus
Jurnal Ilmu Tanah dan Air Vol 20, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jta.v20i1.13211

Abstract

Penggunaan Latosol sebagai lahan pertanian bagi tanaman cabai memiliki faktor pembatas yaitu kandungan hara yang rendah, oleh karena itu pemberian pupuk menjadi penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif tanaman cabai di tanah Latosol terhadap konsentrasi dan cara pemberian Pupuk Organik Cair (POC). Percobaan dilakukan pada tanaman cabai rawit yang ditanam pada polybag menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan kombinasi (3x3) + 1 kontrol. Faktor Pertama yaitu konsentrasi POC, terdiri dari kontrol (0 ml/L), 5 ml/L, 10 ml/L, dan 15 ml/L dan faktor kedua yaitu cara pemberian POC pada tanaman meliputi pemberian melalui tanah, melalui daun, dan kombinasi melalui tanah dan daun. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter pengamatan meliputi sifat kimia tanah, POC, dan pertumbuhan tanaman. Data hasil yang diperoleh kemudian diuji dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan uji Contrast Orthogonal untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan dan kontrol, bila ada pengaruh dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian POC konsentrasi 15 ml/L melalui daun (A2D3) secara signifikan meningkatkan jumlah daun, bobot segar akar, dan bobot segar tanaman. Sementara itu, pada konsentrasi yang sama pemberian melalui tanah (A1D3) meningkatkan nilai N-total, P-tersedia, dan K-tersedia tanah.