Claim Missing Document
Check
Articles

Microbes profile from blood stream infection cases and their relationship to those of environment in Neonatal unit Moehario, Lucky H.; Tjoa, Enty; Rohsiswatmo, Rinawati; Nursyirwan, Sarah R.
Medical Journal of Indonesia Vol 21, No 1 (2012): February
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.511 KB) | DOI: 10.13181/mji.v21i1.475

Abstract

Background: Hospital Acquired Infection (HAI)-Blood Stream infection (BSI) cause considerable morbidity, mortality and health care costs. This study aimed to assess the HAI-BSI in neonates with birth weight 1000-2000 g in Neonatal Unit Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSUPNCM), Jakarta, during 4 months period (Oct 2010-Jan 2011), and to review the possibility of sources and transmission of environment microbes to the presence of HAI-BSI in the unit.Methods: Subjects of this study were neonates (birth weight 1000-2000 g) with clinically sepsis and within 48 hours or more being hospitalized, no clearly focal infection detected, with catheter lines. Two blood specimens from two separate venipunctures, drawn simultaneously, were cultivated. Identification and antimicrobial susceptibility tests were performed for each isolates. Cultures from environment in the unit and other suspected clinical specimens were also examined.Results: From 29 neonates with 39 episodes of sepsis, 5 positive isolates from blood cultures were obtained i.e. Enterobacter asburiae (2), Enterobacter cloacae (1), Pseudomonas aeruginosa (1) and Klebsiella oxytoca (1). The laboratory confirmed HAI-BSI was 12.8%, and HAI-BSI rate was 1.46 per 1000 catheter line days during 4 months period (Oct 2010-Jan 2011). Cultures performed for environment specimens gave yield some species which were as those from clinical specimens. Antibiogram analysis showed those of environment isolates i.e E. asburiae and P. aeruginosa shared similarity to those of neonates’ blood isolates.Conclusion: Gram-negative bacteria were responsible to the occurrence of HAI-BSI in the Neonatal Unit RSUPNCM. Despite of low HAI-BSI rate found in this study, analysis of antibiogram profiles of the isolates originated from neonates’ blood and environment strongly suggested that cross infection was present in the unit. (Med J Indones 2012;21:32-7)Keywords: Antibiogram, blood stream infection, hospital acquired infection, neonates
Perbandingan Efektivitas antara Terapi Sinar Tunggal dengan dan Tanpa Kain Putih pada Bayi Berat Lahir Rendah dengan Hiperbilirubinemia Stanislaus Djokomuljanto; Rinawati Rohsiswatmo; Aryono Hendarto
Sari Pediatri Vol 18, No 3 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.3.2016.233-9

Abstract

Latar belakang. Terapi sinar adalah terapi utama dalam penanganan hiperbilirubinemia. Meningkatkan intensitas sinar terapi sinar dengan menambahkan kain putih sebagai pemantul dapat meningkatkan efektifitas terapi sinar dan menurunkan kadar bilirubin serum lebih cepat.Tujuan. Membandingkan efektifitas terapi sinar tunggal dengan dan tanpa kain putih pada bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia.Metode. Uji klinis acak terkontrol terbuka yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari bulan September sampai November 2012. Didapat 40 bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia. Subjek dibagi dua kelompok secara random, yaitu kelompok terapi sinar dengan kain satin putih (kelompok intervensi, n=19) dan tanpa kain satin putih (kelompok kontrol, n=21).Tujuan utama adalah membandingkan perbedaan penurunan kadar bilirubin total dan indirek setelah 6 jam terapi sinar, lama penggunaan terapi sinar, dan efek samping dari terapi sinar.Hasil. Median (rentang) penurunan kadar bilirubin serum total setelah 6 jam terapi sinar 2,51 mg/dL (-0,61;5,18) pada kelompok intervensi dan 0,85 mg/dL (-1,67;5,50) kelompok kontrol, p=0,029. Sementara penurunan kadar bilirubin serum indirek setelah 6 jam terapi sinar 2,57 mg/dL (-0,42;5,63) pada kelompok intervensi dan 0,47 mg/dL (-1,63;6,00) kelompok kontrol, p=0,004.Penilaian secara Cox proportional hazard regression menunjukkan median dari penggunaan terapi sinar kelompok intervensi, yaitu 12 jam dan 28 jam pada kelompok kontrol. (perubahan chi-square 7,542; p=0,006; hazard ratio 0,565; IK95%: 0,197-0,762). Selama penelitian, tidak ditemukan efek samping hipertermia, diare, rashes, dan burns.Kesimpulan. Penggunaan kain satin putih meningkatkan efektifitas terapi sinar pada bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia indirek tanpa efek samping.
Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Reni Fahriani; Rinawati Rohsiswatmo; Aryono Hendarto
Sari Pediatri Vol 15, No 6 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.6.2014.394-402

Abstract

Latar belakang. Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk bayi. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 dan 2007 menunjukkan angka ASI eksklusif di Indonesia cenderung turun. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif.Tujuan. Mengetahui proposi ASI eksklusif pada bayi yang dilakukan IMD, dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian potong lintang analitik dengan pengumpulan data melalui wawancara pada bulan Juni-September 2012. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki anak berusia 0-6 bulan yang datang ke Poliklinik Anak RS St. Carolus Jakarta. Analisis statistik dengan uji Kai kuadrat dan regresi logistik.Hasil. Dilakukan penelitian pada 120 subjek. Proporsi ASI eksklusif 75%, sebagian besar merupakan primipara (56,7%). Kelahiran secara spontan 65,8%. Subjek yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 73,3% dan 59,2% merupakan ibu bekerja. Subjek yang termasuk ke dalam status sosial ekonomi tinggi 45%, sisanya berada di sosial ekonomi rendah (4,2%), dan menengah (50,8%). Sebagian besar subjek (73,3%) telah memperoleh konseling ASI. Faktor yang paling bermakna memengaruhi ASI eksklusif berturut-turut, yaitu faktor psikis ibu, dukungan keluarga, pengetahuan tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI.Kesimpulan. Proporsi ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan IMD di RS St Carolus adalah 75%. Faktor yang terbukti memengaruhi pemberian ASI eksklsusif adalah faktor psikis ibu (keyakinan ibu terhadap produksi ASI), dukungan keluarga, pengetahuan ibu yang benar tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI.
Efektivitas T-Piece Resuscitator Sebagai Pengganti Continous Positive Airway Pressure Dini pada Bayi Prematur dengan Distres Pernapasan Laila Laila; Rinawati Rohsiswatmo; Hanifah Oswari; Darmawan B Setyanto; Teny Tjitra; Rismala Dewi
Sari Pediatri Vol 14, No 6 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.63 KB) | DOI: 10.14238/sp14.6.2013.374-8

Abstract

Latar belakang. Teknik resusitasi yang tepat dengan penggunaan CPAP dini atau t-piece resuscitator di tempatbayi dilahirkan, dapat diturunkan kebutuhan intubasi, mengurangi penggunaan surfaktan, dan menurunkankomplikasi bronchopulmonary dysplasia (BPD). Penting untuk mengetahui peran t-piece resuscitator sebagaipengganti CPAP dini untuk mencegah kejadian intubasi pada bayi dengan distres pernapasan (DP).Tujuan. Mengetahui peran t-piece resuscitator sebagai pengganti CPAP dini untuk mencegah kejadianintubasi dan mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kegagalan CPAP pada bayi prematurdengan DP.Metode. Penelitian kohort propektif dengan historical cohort sebagai kontrol pada 141 bayi prematur denganDP di Unit Perinatologi IKA-RSCM, selama Februari-Mei 2011.Hasil. T-Piece Resuscitator terbukti berdampak protektif menurunkan kegagalan CPAP sebesar 90%[RR:0,1,IK95%: 0,02-0,5, dan p=0,003]. Faktor lain yang memengaruhi kegagalan CPAP adalah settingawal FiO2>60% [p=0,005; RR: 1,1,IK95%: 1,03-1,2] dan sepsis neonatal [p=0,000; RR:11,6, IK95%:3,9-34,5].Kesimpulan. T-piece resuscitator berefek protektif menurunkan kegagalan CPAP 90% dan faktor-faktoryang memengaruhi kegagalan CPAP adalah setting awal FiO2>60%, dan sepsis neonatal.
Mengenal Bayi dengan Sindrom Putus Obat: Laporan Kasus Dina Indah Mulyani; Rinawati Rohsiswatmo
Sari Pediatri Vol 11, No 2 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.906 KB) | DOI: 10.14238/sp11.2.2009.94-101

Abstract

Sindrom putus obat pada bayi baru lahir merupakan kumpulan gejala dan tanda putus obat, dengan karakteristik manifestasi iritabilitas sistem saraf pusat, gangguan sistem autonom, sistem respiratorik serta sistem gastrointestinal tergantung pada masing-masing obat penyebab. Penegakan diagnostik didasarkan pada riwayat penggunaan obat terlarang selama ibu hamil, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Keterlambatan diagnosis dapat meningkatkan risiko komplikasi perinatal dan pasca natal yang dapat dialami bayi diantaranya ketuban pecah dini, gawat janin, prematuritas, bayi berat lahir rendah, asfiksi, dan sudden infant death syndrome (sindrom kematian mendadak pada bayi). Dengan sistem skoring yang baik, tata laksana yang diberikan dapat mencapai tujuan yaitu menghilangkan pengaruh obat tanpa menimbulkan gejala putus obat yang berat.
Pemberian Lipid Parenteral secara Dini dan Agresif pada Bayi Prematur: Hubungannya dengan Kejadian Sepsis Angelina Arifin; Rinawati Rohsiswatmo
Sari Pediatri Vol 18, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.665 KB) | DOI: 10.14238/sp18.4.2016.332-38

Abstract

Latar belakang. Pemberian lipid parenteral secara dini dan agresif sering tidak optimal karena dikhawatirkan terjadinya sepsis. Hubungan antara pemberian lipid parenteral dengan kejadian sepsis masih kontroversial.Tujuan. Menilai keamanan dan efikasi pemberian lipid parenteral secara dini dan agresif dalam hal hubungannya dengan kejadian sepsis pada bayi prematur melalui telaah sajian kasus berbasis bukti.Metode. Menelusuri pustaka secara online dengan menggunakan instrumen pencari Pubmed, Cochrane, dan Highwire. Kata kunci yang digunakan adalah “lipid”, “fat”, “parenteral”, preterm”, “premature”, “low birth weight”. Batasan yang digunakan adalah studi berupa uji klinis, telaah sistematik, atau meta analisis, berbahasa Inggris, dilakukan pada manusia, publikasi dalam 10 tahun terakhir.Hasil. Meta-analisis oleh Vlaardingerbroek dkk menunjukkan pemberian lipid parenteral secara dini pada bayi prematur dengan BBLSR tidak meningkatkan insidens sepsis (risk ratio 0,88; IK95% 0,72-1,08; p=0,22). Meta-analisis oleh Simmer dan Rao tidak dapat dilakukan karena definisi sepsis yang tidak seragam, walaupun masing-masing penelitian tidak menunjukkan peningkatan kejadian sepsis pada kelompok yang mendapat lipid parenteral kurang dan sama dengan lima hari setelah lahir. Uji acak terkontrol oleh Ibrahim dkk dan Vlaardingerbroek dkk menunjukkan pemberian lipid parenteral 2-3 gram/kgBB/hari segera setelah lahir tidak meningkatkan kejadian sepsis yang bermakna secara statistik.Kesimpulan. Pemberian lipid parenteral secara dini dan agresif pada bayi prematur tidak terbukti berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum.
Skrining Retinopathy of Prematuritydi Rumah Sakit dengan Fasilitas Terbatas Rizalya Dewi; Rudolf Tuhusula; Rinawati Rohsiswatmo
Sari Pediatri Vol 14, No 3 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.3.2012.185-90

Abstract

Latar belakang. Retinopathy of prematurity(ROP) adalah penyakit vasoproliferatif retina yang dihindari. Sebagian besar ROP derajat rendah dapat sembuh sendiri, namun beberapa kasus dapat berkembang sehingga retina lepas dan diakhiri dengan kebutaan. Oleh sebab itu skrining terhadap ROP telah dianjurkan di banyak negara.Tujuan. Melaporkan insiden ROP di RSIA Eria Bunda Pekanbaru dan melakukan evalusi pelaksanaan skrining ROP selama tiga tahun. Metode. Studi deskriptif terhadap semua bayi dengan risiko ROP. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang dokter mata dengan menggunakan binocular indirect opthalmoscopy (BIO). Pemeriksaan dimulai pada usia kronologis 4 sampai 6 minggu dan dilanjutkan tiap 1-2 minggu sekali sampai vaskularisasi retina lengkap.Hasil. Diantara 60 orang bayi yang diperiksa, ROP ditemukan pada 11 (18,3%) bayi, enam (10%) diantaranya ROP berat. Tiga ROP berat dirujuk ke Jakarta, satu meninggal dunia, satu mengalami retinal detachmentdan satu orang sembuh. Tiga lainnya tidak dirujuk, satu mengalami kebutaan, satu meninggal, dan satu tidak diketahui.Kesimpulan. Skrining ROP di rumah sakit daerah dengan fasilitas terbatas dapat dilakukan. Dalam tiga tahun ditemukan insiden ROP sebanyak 18,3%. Tidak semua ROP berat dapat diterapi karena kesulitan transportasi dan keterbatasan biaya. Perlu dipikirkan kemungkinan pengobatan ROP di Pekanbaru, karena transportasi ke tempat rujukan masih menjadi masalah besar.
Peran Bilas Surfaktan pada Neonatus Aterm dengan Sindrom Aspirasi Mekonium Rinawati Rohsiswatmo; Ahmad Kautsar
Sari Pediatri Vol 19, No 6 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.497 KB) | DOI: 10.14238/sp19.6.2018.356-63

Abstract

Latar belakang. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan gejala distres napas pada neonatus yang lahir dengan cairan amnion terwarna meconium dengan gejala radiologis yang khas. Mekonium dapat menghambat aktivitas dari komponen surfaktan endogen dan dapat menurunkan produksi surfaktan. Pemberian surfaktan secara bolus dapat mengganti surfaktan endogen yang telah ter-inaktivasi oleh asam lemak yang terdapat pada mekonium, sedangkan bilas paru dengan surfaktan dipercaya dapat membuang mekonium yang tersisa di jalan napas.Tujuan. Mengetahui efektivitas dari bilas surfaktan pada neonatus aterm dengan sindrom aspirasi mekoniumMetode. Penelusuran pustaka database elektronik : Pubmed dan CochraneHasil. Bilas surfaktan dapat menurunkan angka kematian dan penggunaan ECMO dengan RR 0,33 (IK 0,11-0,96). Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal kejadian pneumotoraks (RR 0,38 IK 0,08-1,90). Bradikardi dan desaturasi dapat ditemukan sebagai efek samping.Kesimpulan. Bilas surfaktan bermanfaat dalam menurunkan angka kematian pada bayi dengan SAM. Efek samping bilas surfaktan terjadi sementara yaitu hipoksemia dan bradikardi dan dapat kembali normal.
Hubungan antara Faktor Risiko pada Ibu dan Kondisi Neonatus dengan Jumlah Eritrosit Berinti pada Neonatus Tunggal Cukup Bulan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Ellya Marliah; Rinawati Rohsiswatmo; Djajadiman Gatot
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.345-50

Abstract

Latar belakang. Jumlah eritrosit berinti (EB) pada neonatus berpotensi menjadi prediktor kondisineonatus, seperti perlunya perawatan intensif. Hal tersebut belum pernah diteliti di RSUPN CiptoMangunkusumo.Tujuan. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko pada ibu dan kondisi neonatus dengan jumlahEB pada neonatus tunggal cukup bulan.Metode. Studi potong lintang analitik pada neonatus tunggal cukup bulan dan ibunya antara bulan Maretsampai Juni 2008 di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM. Penghitungan jumlah EB dilakukanpada sediaan apusan darah tepi yang diambil dari vena tali pusat dan dihitung per 100 leukosit.Hasil. Didapatkan 117 pasang ibu melahirkan dan neonatus tunggal cukup bulan antara bulan April -Mei 2008. Rerata usia ibu saat melahirkan adalah (28,9+6,38) tahun (rentang 17-42 tahun). Rerata usiagestasi 38 minggu dan rerata berat lahir 3,051 g dengan rentang (1,900-4,100) g. Peningkatan jumlahEB didapatkan pada 39,3% neonatus. Rerata jumlah EB (4,7+4,29) (0-22 EB) per 100 leukosit. NilaiEB 4 memberikan sensitivitas dan spesifisitas terbaik, yaitu 73,3% dan 65,7% dengan area under thecurve (AUC) 0,771.Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara riwayat ibu perokok pasif, nilai Apgar menit pertamayang rendah, terdapat mekonium pada air ketuban, dan perawatan intensif neonatus dengan jumlah EB.Peningkatan jumlah EB dapat dipakai untuk menentukan kemungkinan bayi akan mendapat perawatandi ruang intensif. Penelitian lanjutan perlu dilakukan terhadap masing-masing faktor risiko kehamilandan persalinan terhadap jumlah EB untuk memahami patogenesis hipoksia pada neonatus sehingga dapatdirencanakan upaya-upaya preventif.
Pertumbuhan Bayi Berat Lahir Rendah yang Memperoleh Susu “Post Discharge Formula” Modifikasi Dibandingkan dengan Susu “Post Discharge Formula” Komersial Ni Ketut Prami Rukmini; Aryono Hendarto; Rinawati Rohsiswatmo; Sukman Tulus Putra
Sari Pediatri Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.95 KB) | DOI: 10.14238/sp10.2.2008.89-93

Abstract

Latar belakang. Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki pertumbuhan berat badan (BB), panjang badan (PB) dan lingkar kepala (LK) yang terlambat pada saat keluar dari rumah sakit, sehingga memerlukan nutrisi yang khusus.Tujuan. Mengetahui hubungan antara pemberian susu PDF modifikasi dan susu PDF komersial, dengan peningkatan BB, PB dan LK pada saat usia satu dan dua bulan.Metode. Penelitian ini bersifat studi uji klinis dengan randomisasi tanpa penyamaran.Hasil. Berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bulan pertama dan kedua pada BBLR yang memperoleh susu PDF modifikasi tidak berbeda bila dibandingkan dengan yang memperoleh susu PDF komersial. Apabila diperhatikan secara seksama, tampak adanya kecenderungan peningkatan PB dan LK pada bulan pertama dan peningkatan BB, PB, LK yang lebih baik pada bayi yang memperoleh susu PDF modifikasi dibandingkan dengan susu PDF komersial. Pada penelitian kami tidak ada timbul reaksi simpang yang berarti.Kesimpulan. Pemberian susu PDF modifikasi dapat dijadikan alternatif untuk BBLR yang memerlukan susu PDF.
Co-Authors Abdurahman Sukadi Agnes Yunie Purwita Sari Agus Firmansyah Agus Firmansyah Ahmad Kautsar Ahmad Kautsar Albert You Amarila Malik Andiani Wanda Putri Angelina Arifin Anita Halim Aria Wibawa Aryono Hendarto Asril Aminullah Audesia Alvianita Sutrisno Badriul Hegar Bambang Tridjaja AAP, Bambang Tridjaja Benedica M. Suwita Bernie Endyami Christopher S. Suwita Damayanti R. Sjarif Damayanti Rusli Sjarif Darlan Darwis Darmawan B Setyanto Desiana Dharmayani Diah Mulyawati Utari Dian Artanti Dina Indah Mulyani Dinarda Ulf Nadobudskaya Dion Darius Samsudin Djajadiman Gatot Djajadiman Gatot Djajadiman Gatot Dyah Dwi Astuti Ellya Marliah Endang Windiastuti Enty Tjoa Enty, Enty Evita Karianni Bermanshah Fatima Safira Alatas, Fatima Safira Felix F. Widjaja Gultom, Lanny Christine Hanifah Oswari Hardiono Pusponegoro Hardya Gustada Hikmahrachim Hardya Gustada Hikmahrachim Hardya Gustada Hikmahrachim Hikmahrachim, Hardya Gustada Hindra Irawan Satari Ifran, Evita Karianni B. Imral Chair Ina Susianti Timan Insani, Nadia Dwi Intan Alita Putri Tumbelaka Irawan Mangunatmadja Iskandar, Stephen Diah Isman Jafar James Thimoty Laila Laila Larashintya Rulita Lily Rundjan Lucky H. Moehario Lucky H. Moehario Made Sukmawati Marianna Yesy Marsubrin, Putri Maharani Tristanita Mulyadi M. Djer Mulyadi M. Djer Mustarim Mustarim Nadjib Advani Najib Advani Naomi Esthemita Dewanto Ni Ketut Prami Rukmini Nieta Hardiyanti Nikmah S. Idris Nila Kusumasari Nilam Sartika Noroyono Wibowo Nusarintowati Ramadhina Peter Graham Davis Pramita Gayatri Pustika Amalia Wahidiyat Putri M.T Marsubrin, Putri M.T Putri Maharani Tristanita Marsubrin Putri Maharani Tristanita Marsubrin Putri, Atikah Sayogo Putu Junara Putra Rachma F. Boedjang Radhian Amandito Radhian Amandito Ramadhika, Muhammad Reni Fahriani Risma Karina Kaban Rismala Dewi Rizalya Dewi Rizky Adriansyah Ronny Suwento, Ronny Rosalina D. Roeslani Rosalina Dewi Roeslani Rosalina Dewi Roeslani Rubiana Sukardi Rudolf Tuhusula Rulina Suradi Safarina G. Malik Saleha Sungkar Santoso, Dewi Irawati Soeria Sarah R. Nursyirwan Sarah Rafika Sarah Rafika, Sarah Soedjatmiko Soedjatmiko Sonia Miyajima Anjani Stanislaus Djokomuljanto Sudarto Ronoatmodjo Sudigdo Sastroasmoro Sudjatmiko Sudjatmiko Sukman T. Putra Sukman T. Putra Sukman Tulus Putra Susanti, Yurika Elizabeth Teny Tjitra Tetty Yuniarti Tetty Yuniati Titi S Sularyo Wanda , Dessie Wijaya, Marcella Amadea Wresti Indriatmi Yapiy, Ivana Yuditiya Purwosunu Yuliarti, Klara Yulindhini, Maya Yuni Astria Yuyun Lisnawati Yvan Vandenplas Zakiudin Munasir Zakiudin Munasir Zakiudin Munasir