Abstract Indonesian Food and Drug Authority or BPOM no longer recommends the use of synthetic preservatives due to their toxic properties and potential carcinogenic risks. One of the natural ingredients that is potential as a natural preservative is the peel of kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.), which is known to contain secondary metabolites with microbial activity, including steroids, terpenoids, saponins, tanning, alkaloid, flavonoids, and phenols. This study aim to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) in Staphylococcus aureus bacteria. The peel extract of kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.) was obtained by maceration with a mixture of 96% ethanol: 3% Citric Acid (85:15) solvent. Concentration of extract varied from 12.5%; 25%; 50%; until 100%, it is used for antibacterial activity test in which aquadest as a negative control and Chloramphenicol as a positive control. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test was conducted using the liquid macrodilution method and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test was conducted using the spread method. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value was obtained at a concentration of 50% and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) value was obtained at a concentration of 100%. The peel extract of Kepok banana blossom (Musa paradisiaca Linn.) with a concentration of 50% was able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria and with a concentration of 100% was able to kill Staphylococcus aureus bacteria. Keywords: kepok banana blossom peel extract, natural preservatives, antibacterial acitivity test Abstrak Badan Obat dan Makanan atau BPOM telah menyarankan untuk menghindari penggunaan bahan pengawet sintesis karena cenderung toksi dan karsinogenik. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai pengawet alami yaitu kulit jantung pisang kepok (Musa paradisiaca Linn.), yang diketahui mengandung metabolit sekunder yang berfungsi sebagai senyawa antimikroba diantaranya steroid, terpenoid, saponin, tanin, alkaloid, flavonoid dan fenol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak kulit jantung pisang (Musa paradisiaca Linn.) diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut yang terdiri dari campuran etanol 96% : Asam Sitrat 3% (85:15). Variasi konsentrasi ekstrak dibuat untuk pengujian aktivitas antibakteri dari 12,5%; 25%; 50%; hingga 100%, aquades sebagai kontrol negatif dan Kloramfenikol sebagai kontrol positif. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan dengan metode makrodilusi cair dan uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode sebar (spread). Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) didapatkan pada konsentrasi 50% dan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) didapatkan pada konsentrasi 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak kulit jantung pisang (Musa paradisiaca Linn.) dengan konsentrasi 50% diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan dengan konsentrasi 100% mampu membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Keywords: ekstrak kulit jantung pisang, pengawet alami, uji aktivitas antibakteri