Rebriarina Hapsari
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

THE EFFECT OF VCO TO THE GROWTH OF CANDIDA ALBICANS ON DENTURE BASIS OF ACRYLIC RESIN Vivi Indah Fatmasari; Rebriarina Hapsari; Nadia Hardini; Endang Sri Lestari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro)
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v9i6.29329

Abstract

Background: Acrylic resin was a material of denture base which frequently used, but it still had a weakness that it was porous, then, it was often the breeding ground of Candida albicans. Virgin coconut oil (VCO) contained fatty acid which was effective to hamper the growth of C.albicans. Objective: This research was to identify the effect of VCO on the growth of C.albicans on acrylic resin denture. Methods: This research was an experimental laboratory research which exerted post-test control group design. The total sample 24 which were divided into 3 groups of treatment and 1 group of control. The treatment covered acrylic plates soaking which have been contaminated with C.albicans suspension into VCO in concentration level 25%, 50%, 75%, and sterile aquades for 8 hours. The acrylic plate was vibrated to knock out C.albicans and was then continued by colony counting on the media of Sabouraud Dextrose Agar (SDA). The statistic test employed Kruskal-Wallis and continued to the Post-Hoc test which employed Mann-Whitney. Findings: The VCO in concentration level 25%, 50%, and 75% affected to inhibit the growth of C.albicans. In the Kruskal-Wallis test, it was found a significant difference between the number of C.albicans on the control group and the VCO in concentration level 25%, 50%, and 75% (p<0,05). The Post-Hoc Mann-Whitney test indicated no significant difference between VCO in concentration level 25% and 50%, 25% and 75%, also 50% and 75% (p>0,05). Conclusion: The VCO in concentration level 25%, 50%, and 75% affected was able to hamper the growth of C.albicans. Further, there was no significant difference in each VCO concentration.
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN HAEMOPHILUS INFLUENZAE PADA AGAR COKLAT BERBASIS BLOOD AGAR, TRYPTIC SOY AGAR DAN COLUMBIA AGAR Triyoga Sulistyaningsih; Rebriarina Hapsari; Helmia Farida
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.316 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21498

Abstract

Latar Belakang: H. influenzae merupakan bakteri yang sulit ditumbuhkan dan memerlukan nutrisi dan lingkungan yang khusus (fastidious) meskipun ditumbuhkan pada media standarnya yaitu agar coklat. Modifikasi basis media adalah salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan koloni H. influenzae.Tujuan: Menganalisis perbandingan pertumbuhan H. influenzae pada agar coklat dengan basis media blood agar, TSA dan columbia agarMetode: Isolat murni H. influenza yang disimpan pada STGG di -80°C ditanam pada media agar coklat dengan basis media blood agar, TSA dan columbia agar. Media yang telah ditanami sampel diinkubasi pada suhu 37°C dengan tekanan CO2 5%, kemudian diamati setelah diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam. Diameter koloni diukur menggunakan ruler di Adobe photoshop dan analisis data yang dilakukan adalah uji one–way Anova dan dilanjutkan dengan post–hoc untuk diameter koloni dan uji chi square untuk zona pertumbuhan dan karakteristik koloniHasil: Diameter koloni pada basis media TSA dalam 24 jam dan 48 jam (2,31±0,58 dan 3,02±0,77 mm) tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan basis media blood agar (2,20±0,69 dan 2,34±0,96 mm) dan columbia agar (2,04±0,59 dan 2,55±0,67 mm) dengan p = 0,650 (24 jam) dan p = 0,440 (48 jam). Tidak ada perbedaan bermakna juga ditemui pada zona pertumbuhan dengan p = 0,638 (24 jam) dan p = 0,342 (48 jam) serta karakteristik koloni.Kesimpulan: Modifikasi media dengan mengganti basis media dengan TSA dan columbia agar tidak meningkatkan kemampuan media dalam menumbuhkan H. influenzae.
PROFIL ANTI-HBS SEBAGAI PENANDA KEKEBALAN TERHADAP INFEKSI VIRUS HEPATITIS B PADA MAHASISWA KEDOKTERAN Tiara Kasih; Rebriarina Hapsari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.578 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18641

Abstract

Latar Belakang: Mahasiswa kedokteran berisiko tinggi tertular virus hepatitis B karena kontak dengan, cairan tubuh penderita dan alat-alat kedokteran yang terinfeksi. Pada saat ini tidak ada kebijakan yang mewajibkan mahasiswa kedokteran Universitas Diponegoro untuk vaksinasi, padahal titer anti-HBs protektif yang didapatkan dari vaksinasi diperlukan untuk mencegah hepatitis B.Tujuan: Mengetahui gambaran imunitas terhadap virus hepatitis B pada mahasiswa kedokteran angkatan 2012 dan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas DiponegoroMetode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa kedokteran Universitas Diponegoro angkatan 2012 dan 2013. Serum dari subjek penelitian diperiksa titer anti-HBs. Hubungan titer anti-HBs dengan status vaksinasi dan kelengkapan dosis vaksinasi dianalisis menggunakan uji Chi-square atau uji Fisher exact probability.Hasil: Jumlah subjek penelitian ini adalah 93 orang. Lima puluh empat orang (58,1%) telah mendapatkan vaksinasi hepatitis B dimana 40 orang diantaranya (74,1%) mendapat vaksinasi dengan dosis lengkap (≥3 dosis). Angka keefektivitasan vaksinasi hepatitis B mencapai 86,1%. Pada penelitian ini status vaksinasi (p=0,00002) dan kelengapan dosis (p=0,002) mempengaruhi perbedaan kadar anti-HBs secara bermakna.Kesimpulan: Sebagian besar mahasiswa kedokteran Universitas Diponegoro belum memiliki kadar anti-HBs protektif. Status dan kelengkapan dosis vaksinasi berpengaruh terhadap perbedaan kadar anti-HBs.
JUMLAH DAN POLA BAKTERI UDARA PRE DAN POST PEMBERSIHAN : STUDI OBSERVASIONAL DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG Rizki Akbar Sentosa; Rebriarina Hapsari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.186 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23805

Abstract

Latar Belakang: Infeksi daerah operasi merupakan infeksi nosokomial terbanyak di ruang operasi. Keberadaan bakteri udara di ruang operasi yang melebihi indeks angka kuman maksimal adalah faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial di ruang operasi. Jumlah bakteri udara di ruang operasi berkaitan dengan kebersihan lingkungan ruang operasi, sehingga kebersihan ruang operasi harus dijaga dengan baik termasuk dengan pembersihan. Tujuan: Mendeskripsikan jumlah dan jenis bakteri udara pre dan post pembersihan di ruang operasi RSND, serta menganalisis hubungan antara jenis ruang operasi dan titik lokasi di ruang operasi terhadap jumlah bakteri udara. Metode: Penelitian ini  merupakan penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara belah lintang yang dilakukan pada udara ruang operasi RSND yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan metode settle plates. Perhitungan koloni bakteri dalam CFU/m3 serta dilakukan identifikasi jenis bakteri. Analisa data menggunakan uji normalitas Saphiro Wilks dilanjutkan dengan analisa uji non-parametrik Wilcoxon, Kruska Wallis dan Mann Whitney. Hasil: Koloni bakteri tumbuh hampir di seluruh agar dengan jumlah dan jenis bakteri yang bervariasi. Uji Wilcoxon  menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah bakteri udara pre dan post pembersihan. Tidak ditemukan perbedaan bermakna jumlah bakteri udara antar ruang operasi dan antar titik di ruang operasi. Bakteri udara yang ditemukan adalah CoNS, Bacillus, Nocardia dan Klebsiella. Kesimpulan: Jumlah bakteri udara di ruang operasi RNSD pre pembersihan adalah 32 CFU/m3, dengan perbedaan bermakna jumlah bakteri udara pre dan post pembersihan. Tidak ditemukan perbedaan bermakna jumlah koloni bakteri antar ruang operasi dan antar titik di ruang operasi.Kata kunci: Kualitas udara, bakteri udara, jumlah koloni kuman, ruang operasi
APPROPRIATE USAGE OF ANTIBIOTICS AND ITS COST-EFFECTIVENESS Ivana Shafira Putri; Rebriarina Hapsari; V. Rizke Ciptaningtyas
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro)
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v9i6.29330

Abstract

Background: Inappropriate use of antibiotics not only cause resistance, but also indirectly increase morbidity, mortality, and prolong the length of stay, which can lead to increased health care costs. Pneumonia is one of the infectious diseases with a high prevalence in Indonesia. It requires various antibiotic treatment that makes the antibiotic selection need to be considered in both clinical terms and cost-effectiveness. Aim: This study aimed to determine the association between the quality of antibiotic and cost-effectiveness in hospitalized pneumonia patients at Diponegoro National Hospital Semarang in the period 2015 - 2019. Methods: A cross-sectional study was performed in fifteen patients with community-acquired pneumonia (CAP). The medical records as samples were retrospectively obtained by total sampling method. The categories of antibiotic quality (appropriate and inappropriate) were determined according to the Gyssens criteria and analyzed using a cost-effectiveness table. The outcome measure was length of stay (LOS).  Results : Mean LOS, mean antibiotic cost, and median total direct hospital cost of appropriate and inappropriate antibiotic quality respectively 3,27 days versus 6 days (p = 0.275), 123,302 IDR versus 286,000 IDR (p = 0.020), and 3,317,100 IDR versus 3,878,600 IDR (p = 0,602). Based on the cost-effectiveness table, the position of appropriate antibiotic quality was in column G (dominant), while the position of inappropriate antibiotic quality was in column C (dominated).  Conclusions: The appropriate usage of antibiotics was more cost-effective than inappropriate. There was a significant differences of LOS between both categories.
PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION PASCA KOLESISTEKTOMI Alexander Lim; Sigit Adi Prasetyo; Rebriarina Hapsari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.409 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18535

Abstract

Latar belakang : Surgical Site Infection (SSI) merupakan salah satu komplikasi pascaoperasi yang harus dihindari. Penggunaan antibiotik profilaksis diharapkan dapat mengurangi kejadian SSI. Pemilihan jenis antibiotik profilaksis yang tepat dibutuhkan agar penggunaan antibiotik menjadi rasional dan efektif.Tujuan : Membandingkan  pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxone dan non ceftriaxone terhadap kejadian SSI pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi dan laparotomi  kolesistektomi.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode penelitian cross sectional, dilaksanakan di bagian rekam medik RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pasien dibagi menjadi kelompok yang diberikan antibiotik ceftriaxone dan non ceftriaxone baik yang dilakukan laparoskopi kolesistektomi atau laparotomi kolesistektomi. Data tersebut dianalisis dengan uji Fisher dan perhitungan risiko dengan Prevalnce Ratio menggunakan tabel 2x2.Hasil : Diantara variabel yang diteliti hanya variabel jenis kelamin yang bermakna dengan nilai p = 0,023. Sedangkan untuk perbedaan  jenis pemberian antibiotik profilaksis (p = 0,636) dan jenis tindakan operasi (p = 0,066) tidak bermakna. Uji regresi logistik untuk variabel jenis kelamin dan umur tidak bisa dilakukan. Jenis operasi laparotomi kolesistektomi memiliki risiko 4,583 lebih besar untuk terjadinya SSI (Interval Kepercayaan 95% = 1,050 - 20,003)Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna antara pemberian antibiotik profilaksis ceftriaxone dan non ceftriaxone pada pasien kolesistolitiasis yang dilakukan laparoskopi atau laparotomi kolesistektomi terhadap kejadian SSI.
UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO Noor Jaipah; Indah Saraswati; Rebriarina Hapsari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.873 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18605

Abstract

Latar Belakang : Resistensi antibiotik terhadap Escherichia coli mulai meningkat karena menurunnya efektivitas obat antibakteri, sehingga perlu antibakteri alternatif. Penelitian ini menguji efek antibakteri biji pepaya. Senyawa alami ekstrak biji pepaya ini diharapkan mampu mengatasi resistensi antibiotik.Tujuan : Menguji efektivitas antimikroba ekstrak biji pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.Metode : Penelitian eksperimental laboratorium dengan post test only control group design. Jumlah sampel 35 media MHA yang dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan. Lima kelompok diantaranya diberikan ekstrak biji pepaya dengan konsentrasi berturut 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, 1 kelompok berupa media MHA dan suspensi Escherichia coli (kontrol positif), dan 1 kelompok lain berupa media MHA ditambah ekstrak biji pepaya konsentrasi 50% (kontrol negatif), dilanjutkan dengan menanam Escherichia coli 1x104 CFU. Sampel diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Analisis statistik menggunakan uji Kruskal-wallis dilanjutkan uji post hoc Mann-whitney.Hasil : Pertumbuhan Escherichia coli  didapatkan pada kelompok 10%, 20% dan kontrol positif dan tidak didapatkan pada kelompok 30%, 40%, 50% dan kontrol negatif. Uji Kruskal-wallis dilanjutkan dengan Mann-whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,003) antara kelompok 10%, 20% dan kontrol positif dengan kelompok 30%, 40%, 50% dan kontrol negatif.Kesimpulan : Ekstrak biji pepaya knsentrasi 30%, 40%, dan 50% memiliki efektivitas antimikroba terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.
KUALITAS BAKTERIOLOGI PERALATAN MASAK DAN MAKAN DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO Averina Sutoko; Rebriarina Hapsari; Purnomo Hadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.807 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25777

Abstract

Latar Belakang: Salah satu metode penularan mikroorganisme dari sumber infeksi ke penjamu ialah melalui vehikulum (makanan, minuman). Higiene dapur memiliki peran penting dalam proses terjadinya intoksikasi dan atau penularan infeksi gastrointestinal. Pertumbuhan bakteri yang  mengontaminasi makanan tidak hanya menyebabkan penurunan kualitas dari produk makanan tersebut namun juga dapat menyebabkan penyakit terutama pada pasien immunocompromised. Tujuan: Mengkaji jumlah koloni kuman aerob mesofilik dalam CFU/cm2 dengan  membandingkan peralatan penyaji dan pengolah makanan serta mengidentifikasi keberadaan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada peralatan masak dan makan di RSND. Metode: Sampel diambil dengan menggunakan swab steril yang telah dibasahi dengan NaCl 0,9% steril kemudian swab permukaan peralatan masak dan makan yang selanjutnya diguratkan merata pada media blood agar dan MacConkey agar. Identifikasi Staphylococcus aureus dilihat dari pengecatan Gram serta test katalase dan koagulase. Identifikasi Escherichia coli dilihat dari pertumbuhan pada media MacConkey agar dan tes Indol. Hasil: Koloni kuman tumbuh bervariasi dengan urutan yang paling banyak setelah penggiling daging yaitu talenan, mangkuk, blender, garpu, piring, dan sendok. Jumlah koloni kuman yang paling sedikit ditemukan pada gelas. Dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni kuman pada jenis peralatan masak dan makan (p<0,001) serta perbedaan bermakna pada jumlah koloni kuman peralatan penyajian dan peralatan pengolahan makanan (p=0,004). Tidak ditemukan pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada seluruh sampel peralatan masak dan makan yang diambil di RSND. Kesimpulan: Jumlah koloni kuman paling banyak ditemukan pada penggiling daging dan telenan, serta paling sedikit pada gelas. Peralatan pengolahan makanan memiliki jumlah koloni kuman yang lebih banyak dibandingkan dengan peralatan penyajian makanan. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli tidak ditemukan pada peralatan masak dan makan di RSND.Kata kunci: Kualitas bakteriologi, peralatan masak dan makan, jumlah koloni kuman, Staphylococcus aureus, Escherichia coli
EFEKTIVITAS ASAP CAIR BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI DISINFEKTAN ALAT KLINIK GIGI Denti Natalia Erlytasari; Gunawan Wibisono; Rebriarina Hapsari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.984 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25323

Abstract

Latar belakang: Proses disinfeksi alat klinik gigi yang terkontaminasi merupakan salah satu upaya memutus rantai penyebaran infeksi. Terdapat penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa beberapa mikroba tampak toleran terhadap alkohol sebagai disinfektan alat semi kritis. Asap cair memiliki potensi sebagai bahan alternatif alami yang berguna sebagai disinfektan karena mengandung senyawa fenol, karbonil, dan asam organik yang memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan: Mengetahui efektivitas asap cair berbagai konsentrasi sebagai disinfektan alat klinik gigi dan membandingkannya dengan alkohol 70%. Metode: Pada penelitian eksperimental ini, kaca mulut direndam dalam air kumur responden yang memiliki kondisi rongga mulut yang sehat kemudian diberi perlakuan perendaman pada asap cair konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan alkohol 70% sebagai kontrol positif serta aquadest steril sebagai kontrol negatif selama 30 menit. Kaca mulut direndam dalam NaCl 0,9% steril 10 ml kemudian diambil 10µl dan dihapuskan pada media Nutrient Agar. Perbedaan pertumbuhan mikroorganisme pada masing-masing perlakuan dan kontrol dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok asap cair berbagai konsentrasi sebagai disinfektan alat klinik gigi ( p <0,001 ). Asap cair konsentrasi 12,5%, 25% dan 50% tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan alkohol 70%.  Jumlah koloni bakteri pada asap cair 6,25% lebih banyak dari alkohol 70% (p=0,005), tetapi lebih sedikit dari aquadest steril (p=0,008). Kesimpulan: Asap cair memiliki efektivitas yang sebanding dengan alkohol 70% sebagai disinfektan alat klinik gigi pada konsentrasi 12,5%.Kata kunci: Alat klinik gigi, Asap cair, Disinfektan, Efektivitas
PROFIL IMUNITAS TERHADAP VIRUS HEPATITIS B PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG Dea Bastiangga; Rebriarina Hapsari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.396 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25778

Abstract

Latar Belakang : Indonesia termasuk ke dalam negara dengan prevalensi Hepatitis B tinggi, sehingga tenaga kesehatan di Indonesia juga memiliki risiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Akan tetapi, belum ada regulasi yang mewajibkan tenaga kesehatan di Indonesia untuk menjalani vaksinasi Hepatitis B sebelum memulai bekerja di tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil imunitas terhadap virus Hepatitis B yang meliputi riwayat vaksinasi dan status imunologi Hepatitis B pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Semarang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar anti-HBs pada tenaga kesehatan yang telah vaksin Hepatitis B. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah 80 tenaga kesehatan di RSND Semarang yang bersedia ikut dalam penelitian. Data pribadi dan riwayat vaksinasi dikumpulkan melalui kuesioner. Data status imunologi Hepatitis B meliputi titer HBsAg kualitatif yang diperiksa dengan rapidtest imunokromatografi dan titer anti-HBs kuantitatif yang diperiksa dengan ELISA. Hasil : Sebanyak 50 % tenaga kesehatan lengkap menjalani vaksinasi Hepatitis B, 32.5 % tidak lengkap vaksin dan 17.5 % tidak pernah vaksin Hepatitis B. Semua tenaga kesehatan memiliki titer HBsAg negatif. Sebanyak 51.2 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs >100mIU/mL, 18.8 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs 10-99mIU/m dan 30 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs < 10mIU/mL. Faktor usia, kelengkapan vaksinasi dan lama terakhir vaksin berpengaruh signifikan terhadap kadar anti-HBs pada tenaga kesehatan yang telah vaksin (p<0.05). Kesimpulan : Profil imunitas terhadap virus Hepatitis B pada tenaga kesehatan di RSND Semarang masih rendah yang ditandai dengan tingkat kelengkapan vaksinasi Hepatitis B dan proporsi tenaga kesehatan yang memiliki titer anti-HBs protektif yang masih rendah.Kata Kunci : Tenaga Kesehatan, vaksin Hepatitis B, anti-HBs