Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Assessment of Soil Infiltration Capability in Balikpapan City Juwita, Ratna; Santoso, Irwan Bagyo
IPTEK Journal of Proceedings Series No 5 (2019): The 1st International Conference on Business and Management of Technology (IConBMT)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.694 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2019i5.6341

Abstract

This study aims to determine the ability of soil infiltration in the city of Balikpapan. The analysis begins by testing the infiltration rate in the field using Double-ring Infiltrometer. Measurements were made in 15 research locations spread across Balikpapan City. Location determination is seen from changes in land and soil type functions in Balikpapan City based on regional administrative maps, land type maps, land use maps and Balikpapan City RTRW. Furthermore, the results of field measurements are processed using the Horton model. The Horton model is one of the well-known infiltration models in hydrology. From the results of research at 15 locations, it was concluded that Balikpapan City had an infiltration rate between the range of 12 mm / hour to 240 mm / hour. Based on U.S. Soil Conservation, the infiltration rate classification in Balikpapan City is divided into four infiltration rate classes, namely fast, rather fast, medium and rather slow. Areas that have the potential to be rainwater catchment areas are seen from areas that have as many as 10 locations from 15 locations, namely Prapatan, Telaga Sari. Sources Rejo, Manggar Baru, Damai Baru, Kariangau, Gunung Sari Ulu, Margo Mulyo, Graha Indah and Mount Bahagia. So the area that has the potential as a catchment area is around 60% of all research locations. From the analysis results obtained by the type of rainwater management facilities in the form of PAHs and / or retention facilities for housing, education, trade and services with rapid, rather rapid infiltration, while PAHs and / or retention facilities and / or detention facilities for infiltration rates. a little slow
Studi Literatur Perencanaan Floating Treatment Wetland di Indonesia Laella Pusparinda; Irwan Bagyo Santoso
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.334 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17707

Abstract

Floating Treatment Wetland (FTW) merupakan salah satu jenis constructed wetland  yang ditanam dalam media yang dapat mengapung dipermukaan air. Dalam FTW tanaman tidak ditanam di tanah melainkan pada media apung yang kemudian diletakkan di permukaan air. Akar tanaman menggantung di badan air sebagai tempat tumbuhnya biofilm dan juga menyaring partikulat tersuspensi. FTW telah diaplikasikan di berbagai negara di dunia namun belum di Indonesia. Studi literatur ini bertujuan untuk meninjau dan menginterpretasikan informasi yang relevan untuk pengembangan dan penerapan FTW di negara tropis. Yaitu dengan merangkum berbagai percobaan yang telah dilakukan untuk lebih memahami kemampuan FTW dalam mereduksi kontaminan dan mengidentifikasi kriteria desain perencanaan FTW. FTW terdiri dari tanaman emergent plant, media tanam, media apung (bouyant material dan bouyant frame), dan anchor. Pemilihan tanaman adalah berdasarkan ketersediaan tanaman (tanaman lokal) yang mampu tumbuh secara optimal dengan kondisi lingkungan dan iklim Indonesia. FTW menggunakan sistem apung sehingga dapat secara langsung diaplikasikan di badan air. Sistem anchoring berfungsi untuk menahan FTW dari pengaruh arus, angin, gelombang, dan fluktuasi ketinggian air. Kriteria desain perencanaan FTW adalah kedalaman air >0,8 m, HRT <15 hari, surface coverage 5%-50%, dan HLR 0,1-0,3 m3/m2.hari.
Analisis Pengaruh Faktor Meteorologi dan Unsur Ruang terhadap Nilai Reduksi Sulfur Dioksida Udara Ambien di Kota Surabaya Mohammad Ma&#039;ruf Al Anshari; Irwan Bagyo Santoso
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.58 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24231

Abstract

Polusi udara merupakan dampak nyata atas perkembangan yang terjadi pada sektor transportasi dan industri utamanya di perkotaan. Salah satu parameter pencemaran udara yaitu gas sulfur dioksida, dimana gas ini berbahaya bagi manusia dan lingkungan karena dapat menyebabkan penyakit pernafasan juga merusak struktur daun dan dapat memicu terjadinya hujan asam. Salah satu upaya untuk mengurangi nilai konsentrasi sulfur dioksida di perkotaan, yaitu dengan menggunakan tanaman perkotaan atau Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh dari faktor meteorologi serta faktor unsur ruang, utamanya faktor RTH terhadap nilai reduksi SO2 yang terjadi selama 24 jam. Penelitian ini dilakukan di daerah sekitar SPKU Wonorejo, Surabaya, dimana lokasi tersebut dapat mewakili wilayah permukiman dan ruang terbuka hijau menurut peta kotamadya Kota Surabaya. Analisis data membutuhkan data spasial berupa citra satelit dari wilayah penelitian yang akan digunakan untuk membangun model box, serta data non spasial berupa data meteorologi selama waktu tertentu yang tercatat di SPKU Wonorejo. Hasil penelitian terlihat bahwa (1) ada pengaruh negatif antara faktor meteorologi dengan nilai konsentrasi SO2, dan (2) faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap nilai reduksi SO2 adalah kelembaban udara dengan taraf nyata atau P-value dibawah 0,05. Selain itu, (3) hasil korelasi juga menghasilkan persamaan berupa Y = 3,12v + 3,82T + 0,17H + 1737,38r + 1758,77j + 1731,64b + 1783,48r – 1628,53, dimana persamaan tersebut dapat digunakan untuk menurunkan nilai KSO2 serta memberikan hasil akurat (R2>0,6) dengan syarat diimplikasikan pada faktor-faktor meteorologi dan unsur ruang yang berada pada range tertentu.
KAJIAN DAMPAK PROSES PRODUKSI TAPIOKA TERHADAP LINGKUNGAN DENGAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) Damiri Damiri; Irwan Bagyo Santoso
Jurnal Darma Agung Vol 30 No 2 (2022): AGUSTUS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darma Agung (LPPM_UDA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46930/ojsuda.v30i2.2744

Abstract

Meningkatnya jumlah produksi singkong diikuti dengan jumlah pabrik pengolahan singkong, dimana salah satu diolah menjadi tepung tapioka. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Pada proses produksi tapioka pasti tidak akan lepasa dari limbah yang dihasilkan dan menghasilkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair dan gas. Salah satu bahan pencemar yang dihasilkan industri tapioka menjadi penyumbang peningkatan gas rumah kaca (GRK) tiap tahunnya. LCA merupakan metode untuk memperkirakan potensi dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan proses produksi mulai dari kegiatan proses bahan baku hingga produk akhir secara keseluruhan dari suatu proses produksi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: menentukan dampak lingkungan dan menentukan unit proses yang memberikan kontribusi dampak yang lebih besar pada proses produksi tapioka. Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi proses produksi tapioka dengan batasan gate to gate dengan LCA mencakup empat tahap yaitu tahap pertama goal and scope definition, tahap kedua life cycle inventory (LCI), tahap ketiga life cycle impact assessment (LCIA), dan tahap terakhir intepretation data. Metode yang digunakan untuk kategori dampak kajian LCA adalah CML-IA Baseline dengan penilaian dampak secara midpoint. Hasil analisis LCA menunjukkan bahwa proses produksi 1ton tapioka memberikan kontribusi dampak Global Warming Potential senilai 1,679 kg CO2-eq dan dampak Eutrophication senilai 157,923 kg PO4-eq. Pada proses produksi tapioka ini kontribusi dampak terhadap lingkungan terbesar berasal dari unit concentrating hydrocyclone.
Impact of Drinking Water Treatment Process Using Life Cycle Assessment (LCA) to Minimize Environmental Impact Risk Ika Bayu Kartikasari; R. Irwan Bagyo Santoso
Journal of Social Research Vol. 2 No. 9 (2023): Journal of Social Research
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/josr.v2i9.1294

Abstract

The clean water treatment plant at DWTP is carried out with conventional treatment. The conventional water treatment process has an impact on the environment due to the clean water treatment process. Clean water treatment produces GWP and Eutrophication impacts derived from the use of chemicals and electricity. This study aims to analyze the factors causing environmental impacts arising from the clean water treatment process at the PDAM Water Treatment Plant (IPA) and determine policy priorities related to reducing environmental impacts and improving the quality of drinking water treatment at the Water Treatment Plant based on the results of LCA and AHP studies. The Life Cycle Assessment (LCA) method is a method of assessing the potential environmental impact and evaluating the environmental performance of a process on the product. Life Cycle Assessment (LCA) consists of four stages, namely determination of Goal and Scope, Life Cycle Inventory, Life Cycle Impact Assessment, and data interpretation. In research, the scope of LCA used is Gate to Gate, namely in the Coagulation, Flocculation, and Sedimentation process units. From the results of the LCA study, the potential impact of GWP of 12760.76 KgCO2-eq comes from flocculation which produces floc from the addition of chemicals. Meanwhile, the potential impact of eutrophication is 268.55 KgPO4-eq derived from mud generation. The results of the decision in reducing environmental impact at DWTP by optimizing chemicals as a top priority, then the second priority by recycling sludge, and finally making savings and energy alternatives are the last priority. Each respondent's score reached 55%, 23% and 22%. The results of the implementation of the program if implemented can reduce the impact of GWP 20079.17 kg CO2-eq and the impact of eutrophication can be reduced by 201.401 kg PO4-eq.mportant matters discussed in the paper that significantly contribute to the final result of the research may be noted here, but you have to consider, however, the limited space of the abstract.