Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

LIMBAH RANTING, DAUN, DAN BUNGA KERING SEBAGAI MATERIAL PENCIPTAAN KARYA RUSTIC WOOD SLICE Swastika Dhesti Anggriani; Lisa Sidyawati; Abdul Rahman Prasetyo; Elvira Kurnia Ramadhani
Corak : Jurnal Seni Kriya Vol 10, No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/corak.v10i1.4347

Abstract

The purpose of designing this rustic wood slice artwork with the basic material of waste branches, leaves, and dried flowers is to create new artwork and develope the skills of productive communities in Watu Gong, Malang City, East Java. This rustic wood slice is a artwork that can be used as decorative objects, used objects, and souvenirs for visitors of The Watu Gong.  The method used in this study is method of craft creation which consist of 3 stages including exploration, design, and realization of actualization. The exploration phase starts from observing natural resources, such as wood, branches, leaves, and flowers which can be processed into basic materials for making rustic wood slice artwork. At the design stage, several sketches were made as an alternative design. From these alternative, one design sketch was chosen which was turned into an actual artwork. The realization or actualization stage is carried out by several processes, including preparation of tools and materials, exploration main materials and supporting materials placement, and actualization of the actual artwork. The results of this creation are 2 types of rustic wood slice artwork, namely rustic wood slice jar and rustic wood slice mirrorTujuan perancangan karya rustic wood slice dengan bahan dasar limbah ranting, daun, dan bunga kering ini adalah menciptakan karya baru dan mengembangkan keterampilan masyarakat produktif di daerah Watu Gong, Kota Malang, Jawa Timur. Karya rustic wood Slice ini merupakan salah satu karya yang dapat dijadikan sebagai benda hias, benda pakai, dan souvenir bagi pengunjung objek wisata Watu Gong yang ada di daerah ini. Metode penciptaan yang digunakan adalah metode penciptaan seni kriya yang mencakup 3 tahapan, yaitu eksplorasi, perancangan, dan pewujudan. Tahap eksplorasi dimulai dari pengamatan sumber daya alam, seperti kayu, ranting, daun, dan bunga yang dapat diolah menjadi bahan dasar pembuatan karya rustic wood slice. Pada tahap perancangan, dibuat beberapa gambar sketsa desain sebagai alternatif desain. Dari beberapa alternatif desain tersebut dipilih 1 gambar sketsa yang akan diwujudkan menjadi karya sebenarnya. Tahap pewujudan dilakukan melalui beberapa proses, yaitu persiapan alat dan bahan, eksplorasi peletakan material utama dan material pendukung, serta pewujudan karya sebenarnya. Hasil penciptaan berupa dua jenis karya rustic wood slice, yaitu toples rustic wood slice dan kaca cermin  rustic wood slice. 
STUDI KOMPARASI INTERIOR RUMAH TINGGAL TRADISIONAL SUKU SASAK PESISIR DAN SUKU SASAK PEDALAMAN LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT swastika dhesti anggriani
Saraswati Jurnal Mahasiswa Desain Interior
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.410

Abstract

Suku Sasak merupakan suku yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu hasil kebudayaan Suku Sasak dapat dilihat pada rumah tradisionalnya baik pada bangunan maupun interiornya. Perbedaan lokasi yaitu di pesisir dan pedalaman mengakibatkan adanya perbedaan budaya, pola hidup, dan rumah tinggalnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasikan dan mengetahui perbedaan dan persamaan dari rumah tinggal Suku Sasak di pesisir dan pedalaman serta makna pada rumah tradisionalnya. Sampel di daerah pesisir meliputi rumah di Desa Repuq Gapuq, Desa Tanjung Luar, dan Desa Mandar, sedangkan di pedalaman diambil dari rumah di Desa Rembitan, Desa Segenter, dan Desa Sembalun Bumbung.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara penelitian deskripsi yang mengambil jenis kegiatan komparasi rumah tinggal di pesisir dan pedalaman Pulau Lombok. Data sampel diperoleh dari observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada narasumber terkait yaitu pemilik rumah, kepala desa dan budayawan, serta mengambil dokumentasi dari setiap sampel rumah berupa foto, gambar layout, dan potongan.Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan antara rumah di pesisir dan pedalaman. Rumah di pesisir menggunakan sistem panggung yang berfungsi untuk menghindari pasang air laut dan banjir dari dataran tinggi sedangkan rumah di pedalaman dibangun langsung di tanah. Ruang-ruang pada rumah di pesisir dibangun dalam satu massa bangunan, sedangkan ruang-ruang pada rumah di pedalaman dibangun dalam beberapa massa bangunan. Rumah di pesisir menggunakan konstruksi plafon dan jendela sedangkan rumah di pedalaman tidak menggunakan konstruksi plafon dan jendela, sehingga udara dan cahaya masuk melalui anyaman bambu yang dibuat renggang. Persamaan rumah di pesisir dan pedalaman adalah material diambil dari alam sekitar. Rumah di pesisir tidak memiliki banyak makna karena merupakan hasil proses peniruan sedangkan di pedalaman terdapat banyak makna pada rumah tinggalnya sesuai dengan aturan adat yang berlaku di daerah pedalaman.Kata Kunci : Interior Rumah Tinggal, Suku Sasak, Pesisir, Pedalaman, Komparasi
Batik Modular Interloc sebagai Inspirasi Wirausaha Souvenir Kampung Cempluk Malang Dhara Alim Cendekia; Lisa Sidyawati; Swastika Dhesti Anggriani
Jurnal KARINOV Vol 3, No 2 (2020): Mei
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um045v3i2p%p

Abstract

Tujuan dari kegiatan Pelatihan yang dilakukan menggunakan pendekatan intruksional agar memudahkan peserta yang masih awam dalam membuat produk. Namun peserta tetap dibebaskan untuk membentuk motif yang mereka sukai untuk membangun kreativitas mereka. Agar pelatihan dapat terus langsung berjalan menjadi bentuk wirausaha, dibuatlah grup media social Whatsapp post-event yang menjadi wadah untuk berdiskusi tentang pembuatan Batik Modular Interloc. Dan hal ini berhasil menjadikan peserta pelatihan untuk berwirausaha membuat souvenir Batik Modular Interloc dan dijual di Festival Kampung Cempluk 2019. Hasil penjualannya pun juga dapat menarik minat wisatawan untuk membelinya. Selain itu, peserta juga diberikan kuisioner post-event kepuasan pelatihan. Hasil dari kuisioner pelatihan menunjukkan bahwa peserta puas dengan instruktur dan cara pelatihannya namun mereka kesulitan untuk merapikan aksesoris Batik Modular Interlock.  Kata kunci— Kampung Cempluk, Souvenir, Batik Modular Interloc, Kawung Ceplokan, pengabdian, masyarakat Abstract The purpose of the activity the training is carried out using an instructional approach to facilitate participants who are still lay in making products. But participants are still free to form the motives they like to build their creativity. So that the training can continue to run immediately into a form of entrepreneurship, a post-event Whatsapp social media group was created as a forum for discussion about the making of Modular Interloc Batik. And this has succeeded in making the trainees to become entrepreneurs in making Interloc Modular Batik souvenirs and for sale at the Cempluk Village Festival 2019. The proceeds from the sale can also attract tourists to buy them. In addition, participants were also given a post-event satisfaction training questionnaire. The results of the training questionnaire showed that the participants were satisfied with the instructor and the way the training was, but they had difficulty tidying the Batik Modular Interlock accessories. Keywords— Cempluk Village, Souvenir, Modular Interloc Batik, Kawung Ceplokan, service, community
SOUVENIR BATIK MOTIF BANGUNAN KAMPUNG HERITAGE DENGAN TEKNIK SMOK SEBAGAI MODAL KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA MASYARAKAT KAYUTANGAN MALANG Lisa Sidyawati; Ponimin Ponimin; Swastika Dhesti Anggriani
Jurnal KARINOV Vol 2, No 3 (2019): September
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.807 KB) | DOI: 10.17977/um045v2i3p161-166

Abstract

Sejarah kota Malang tidak bisa lepas dari keberadaan Kayutangan. Pada era kolonial Belanda, kawasan ini menjadi pusat bisnis, yang hingga sekarang masih bertahan, bahkan telah ditetapkan sebagai  bangunan Heritage ke perwakilan pengelola 32 bangunan di Kota Malang 10 diantaranya berada dalam kawasan Kayutangan. Diantara bangunan-bangunan heritage terdapat gang yang juga dipenuhi rumah-rumah heritage, disanalah terdapat Kampung Heritage Kayutangan. Kampung Heritage Kayutangan sekarang ini menjadi salah satu destinasi wisata, dimana warganya sangat membuka diri dan menyiapkan rumah mereka sebagai titik swafoto. Namun ketika berkunjung ke Kampung Heritage Kayutangam, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing kesulitan mencari souvenir yang khas. Pengebdian ini bertujuan mengajak warga untuk dapat menumbuh kembangkan kemampuan berwirausaha yang selanjutnya mampu mengangkat potensi daerah melalui Pelatihan Pembuatan Souvenir Batik Motif Bangunan Kampung Heritage Kayutangan Malang dengan Teknik Smok. metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal. Hasil kegiatan ini terdapat pengembangan Kemampuan Berwirausaha Masyarakat dengan produk unggulan membuat Souvenir Wisatawan terutama bagi wisatawan asing berupa t-shirt dan goodie bag.Kata kunci—Heritage Malang, Kayu Tangan, Teknik SMOK AbstractThe history of Malang cannot be separated from the existence of Kayutangan. In the Dutch colonial era, this area became a business center, which until now still survives, even has been designated as a Heritage building to the representative of the management of 32 buildings in Malang. 10 of them are in the Kayutangan area. Among the heritage buildings there are alleys which are also filled with heritage houses, there is Heritage Kayutangan Village. Kayutangan Heritage Village is now one of the tourist destinations, where the residents are very open and preparing their homes as a selfie point. But when visiting the Kayutangam Heritage Village, both local and foreign tourists have difficulty finding distinctive souvenirs. This service aims to invite citizens to be able to develop and develop entrepreneurial skills which are then able to raise the potential of the region through the Training of Making Batik Motifs in Malang Kayutangan Heritage Village Building with Smok Technique. The method used is Participatory Rural Appraisal. The result of this activity is the development of Community Entrepreneurial Ability with superior products making Tourist Souvenirs especially for foreign tourists in the form of t-shirts and goodie bags.Keywords—Heritage Malang, Hand Wood, SMOK Engineering.
PELATIHAN PEMBUATAN AKSESORI FASHION BATIK SHIBORI MIX LIONTIN RESIN BAGI MASYARAKAT KAMPOENG HERITAGE KAJOETANGAN SEBAGAI SOUVENIR IKONIK DESA WISATA Lisa Sidyawati; Swastika Dhesti Anggriani; Abdul Rahman Prasetyo
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2021): Volume 2 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v2i2.1988

Abstract

Menurut data situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang tahun 2019 melonjak hingga lebih dari 100 % di bandingkan tahun 2018. Wisatawan asing dan lokal yang berkunjung selalu menyusuri bangunan Heritage yang ada di Kota Malang. Diantara bangunan Heritage tersebut, terdapat sebuah kampung yang terletak di dalam sebuah gang di Jl. Jend. Basuki Rachmat Gg. IV dan VI, Kota Malang, Jawa Timur bernama Kampoeng Heritage Kajoetangan. Tercatat wisatawan yang berkunjung disana sejumlah 4000 per tahun. Pengunjung melakukan perjalanan wisata dari rumah satu ke rumah lain yang bergaya kolonial Belanda dan masih ditempati pemiliknya. Namun wisatawan kesulitan mencari souvenir khas Kampoeng Heritage Kajoetangan, seharusnya sebuah tempat wisata selain menyediakan objek wisata juga souvenir yang dapat dibeli oleh wisatawan. Fungsi souvenir tidak hanya menyimpan kenangan tentang perjalanan yang dilakukan, melainkan juga sebagai ikon dari daerah tujuan wisata sekaligus memberi andil dalam mendukung pariwisata. Pengabdi membantu masyarakat disana untuk mengoptimalkan wilayah dengan menumbuh kembangkan kemampuan berwirausaha souvenir ikonik desa wisata. Selain menghasilkan uang, souvenir juga berfungsi sebagai sarana promosi. Untuk mendukung program tersebut maka pengabdi melakukan pelatihan pembuatan aksesori fashion batik shibori mix liontin resin. Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) digunakan sebagai prosedur pengabdian kepada masyarakat.
Pelatihan Pembuatan Dolanan Jadoel dan Infografis Filosofi Dolanan dengan Teknik Batik Kayu Lisa Sidyawati; Joko Sayono; Swastika Dhesti Anggriani; Mochammad Nurfahrul Lukmanul Khakim
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2021): Agustus
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v4i1.720

Abstract

Tujuan pengabdi ini adalah mengadakan pelatihan pembuatan dolanan jadoel dan infografis filosofi dolanan dengan teknik batik kayu, menggunakan metode pelatihan ceramah dan praktek dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan. Prosedur pengabdian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (1). Tahap identifikasi produk dan Sosialisasi, (2) Praktek dan Pendampingan, (3) Monitoring dan Evaluasi. Hasil produk pelatihan ini adalah dolanan jadoel yang sering dimainkan oleh anak-anak pada masa Belanda seperti dakon, gangsing, yoyo, katapel dan bakiak tandem. Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dipilih sebagai prosedur pengabdian kepada masyarakat ini.  
Kerajinan Kayu Ornamen Cukli dengan Teknik Mozaik untuk Menambah Nilai Estetik Swastika Dhesti Anggriani; Lisa Sidyawati; Abdul Rahman Prasetyo
INVENSI Vol 6, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Graduate School of the Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v6i1.4441

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menambah nilai fungsi (multifungsi) pada produk kerajinan kayu dengan menambahkan ornamen kerang cukli. Produk kerajinan yang digunakan adalah nampan dan sendok-garpu dari material kayu. Ornamen ditambahkan pada permukaan kayu dengan mengaplikasikan material kerang cukli. Pemilihan produk nampan dan sendok-garpu kayu didasari dari melimpahnya material kayu di Indonesia dan produk kayu dinilai relatif mudah untuk dikombinasikan dengan material lain dengan menggunakan teknik mozaik. Metode yang digunakan adalah metode perancangan yang meliputi tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Hasil yang diproleh adalah karya kerajinan kayu nampan dan sendok-garpu yang telah diberi ornamen dari kerang cukli. Hasil karya kerajinan memiliki banyak fungsi/multifungsi setelah diberi ornamen dari kerang cukli. Cukli Ornament Wood Craft with Mosaic Techniques to Add Value to the Function ABSTRACTThis article aims to add value to the function (multifunction) of wooden handicraft products by adding ornament from cukli shells material. Craft products used are wooden trays and cutlery. Ornaments are added to the surface of the wood by applying cukli shell material. The selection of wooden trays and cutlery is based on the abundance of wood materials in Indonesia and wood products are considered relatively easy to combine with other materials using mosaic techniques. The method used is the design method which includes the exploration, design, and embodiment stages. The results obtained are the work of woodcraft trays and cutlery that have been given ornaments from cukli shells material. The handicraft works have many functions (multifunction) after being given ornamentation from cukli shells material.
Elemen Visual dan Respon Pengunjung Terhadap Interior Noch Kafe di Kota Malang Achmad Ari Fathoni; Swastika Dhesti Anggriani; Lilik Indrawati
Jurnal Kajian Seni Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Kajian Seni Vol 8 No 2 April 2022
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.73636

Abstract

Ngopi culture of the Indonesian people today will proliferate services that provide various types of coffee drinks and comfortable and aesthetically pleasing seats. One of the cafes that provide this service is Noch Kafe, located in Malang City. This study aims to determine the visual elements of the interior at Noch Kafe and to determine the visitor's response to the visual elements of the interior. The study was conducted using qualitative methods to analyze descriptive data and images, and quantitative methods of percentages to analyze visitor response data. Descriptive data were obtained through interviews, documentation, and observation, while the response data were obtained through questionnaires. The results showed that the visual elements of the interior have a Scandinavian style with a blend of modern styles and are adapted to the climatic conditions and Indonesian culture. Space-forming elements are made simple and function properly. These can be seen through application of wood materials and the choice of white color on the walls. In addition, the form adapts to climatic conditions, as seen in glass ceilings and walls. Furniture is also made of wood and is simple in shape and according to its function. The results of visitors' responses to visual elements influenced by personal experience show a good/excellent response to most of the visual elements. However, the survey results also concludes that visitors are disfavored with the shape of the table, the shape of the shelves, the night lighting on the terrace area, and the photo/picture decoration.
Interpretasi Konsep Interior pada Tiga Ruang Museum House of Sampoerna Surabaya Berdasarkan Visualisasi Ruangan Rania Erin Oktiara; Lilik Indrawati; Swastika Dhesti Anggriani
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1114.723 KB) | DOI: 10.17977/um064v1i12021p121-136

Abstract

Abstract: A museum is an institution that collects and looks after historical objects to showcase and function them as educational media for the public. The realization of those functions depends on the interior concept through visualization in each room. One museum that is particularly attractive to the researcher to analyze is Surabaya House of Sampoerna Museum. This museum is recorded to be one of Surabaya’s cultural heritage buildings. It displays the history of the establishment and the development of Sampoerna company thematically in each room in the building, therefore, there are different themes even in one room. The implementation of the mentioned visualization concept has become the basis of interpretation for the researcher with the focus on room visualization. House of Sampoerna Museum consists of five showcase rooms; however, this research only interprets three rooms that do not undergo significant alteration since 2018. The three rooms are referred to as room 1, room 2, room 3. The data collection methods of this research are observation, interview, and document analysis that involves the researcher’s interpretation. Based on the results of this research, the interior concepts of room 1, room 2, and room 3 have been discovered. Keywords: concept, interior, museum, House of Sampoerna, visualization Abstrak: Museum merupakan lembaga yang mengumpulkan dan merawat benda-benda yang memiliki nilai sejarah untuk dipamerkan dan difungsikan sebagai sarana edukasi kepada masyarakat umum. Penyampaian fungsi tersebut dipengaruhi oleh konsep interior melalui visualisasi pada setiap ruangannya. Salah satu museum yang menarik peneliti untuk menginterpretasi penerapan konsepnya yaitu Museum House of Sampoerna Surabaya. Museum ini tercatat sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surabaya. Museum ini menampilkan sejarah pendirian dan berkembangnya perusahaan Sampoerna yang bersifat tematik pada masing-masing ruangannya, sehingga terdapat tema yang berbeda-beda meskipun masih dalam satu ruangan. Adanya penerapan visualisasi tersebut yang melandasi tujuan penelitian ini untuk menginterpretasi konsep interior yang diterapkan berdasarkan visualisasi ruangannya. Museum House of Sampoerna terdiri atas 5 ruang pamer, akan tetapi pada penelitian ini hanya menginterpretasi 3 ruang pamer yang tidak mengalami perubahan interior secara signifikan sejak tahun 2018, yang disebutkan sebagai ruang 1, ruang 2, ruang 3. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta analisis dokumen yang melibatkan interpretasi peneliti. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui konsep interior yang diterapkan pada ruang 1, ruang 2, dan ruang 3. Kata kunci: konsep, interior, museum, House of Sampoerna, visualisasi
Pengembangan Buku Saku Berbasis Barcode: Seni Lukis untuk Siswa Kelas XI Lutfiani, Maslicha; Iriaji, Iriaji; Anggriani, Swastika Dhesti
Journal of Language Literature and Arts Vol. 3 No. 12 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v3i122023p1813-1827

Abstract

Seni lukis menjadi salah satu materi dalam mata pelajaran seni budaya. Pembelajaran seni budaya umumnya merupakan pembelajaran teori dan praktik. Dalam menunjang kesuksesan pembelajaran diperlukan suatu sarana pembelajaaran yang efektif serta efisien. Terlebih lagi di saat pandemi COVID-19 saat ini yang mengharuskan peserta didik untuk menjalani pembelajaran daring secara mandiri. Salah satu media yang bisa digunakan yaitu buku saku berbasis barcode. Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan sebuah media pembelajaran buku saku seni lukis berbasis barcode. Penelitian menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu;(1) tahap analisis; (2) tahap desain; (3) tahap pengembangan; (4) tahap implementasi; dan (5) tahap evaluasi. Data kuantitatif dijadikan sebagai data penelitian dengan instrumen berupa lembar angket. Produk media pembelajaran yang dikembangkan berbentuk buku saku berbasis barcode. Media buku saku berukuran A7 sebanyak 12 halaman, dengan materi seni lukis. Buku saku ini dilengkapi latihan soal dan video tutorial berkarya seni lukis teknik aquarel. Media pembelajaran buku saku barcode telah diuji oleh 2 ahli media, 2 ahli materi serta telah diujicobakan terhadap 20 peserta didik kelas XI SMPN 11 Malang. Hasil validasi media sebesar 85 persen, validasi materi sebesar 73 persen serta uji coba peserta didik 88 persen media dikategorikan sangat layak. Kata kunci: seni lukis; pengembangan buku saku; barcode The Development of Barcode-Based Pocket Book: Art Painting for Grade XI Students Painting is one of the materials for arts and culture. Learning arts and culture is generally theoretically and practically. In order to support successful learning, effective and efficient media is needed, especially during the current COVID-19 pandemic, which requires students to complete an online learning independently. One of the media, which can be used is a barcode-based pocket book. The purpose of this developmental research is to produce a barcode-based learning media for painting pocket books. The research model used is the 5 step ADIE development model; (1) analysis; (2) design; (3) development; (4) implementation; and (5) evaluation. Qualitative data are used as research data with an instrument in the form of a questionnaire sheet. The developed media are in the form of a pocket book based on a barcode composed of pocket book size A7 up to 12 pages paint materials. Pocket book equipped with practical questions, video tutorials, and watercolor painting techniques. This pocket book media has been validated by 2 media experts, 2 material experts and has been tested on 20 class XI students of SMPN 11 Malang. Media validation results is 85 percent, material validation 73 percent and 88 percent of student tests are categorized as highly doable. Keywords: art painting; development pocket book; barcode