Claim Missing Document
Check
Articles

Respons pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium terhadap waktu dan cara aplikasi paklobutrazol Azima, Nuzula Suci; Nuraini, Anne; Sumadi, Sumadi; Hamdani, Jajang Sauman
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.081 KB)

Abstract

Aplikasi paklobutrazol pada penanaman kentang di dataran medium dapat mengurangi sintesis giberelin yang menyebabkan penurunan hasil kentang. Efektifitas paklobutrazol tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga waktu dan cara aplikasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh waktu dan cara aplikasi paklobutrazol yang memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari waktu aplikasi paklobutrazol yaitu 28, 35 dan 42 HST (Hari Setelah Tanam) dan cara aplikasi paklobutrazol yaitu disemprot ke daun, disiram ke media tanam dan kombinasi antara penyemprotan ke daun dan penyiraman ke media tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi waktu dan cara aplikasi paklobutrazol terhadap bobot segar ubi per hektar. Aplikasi paklobutrazol pada 42 HST dengan kombinasi cara penyemprotan ke daun dan penyiraman ke media tanam menghasilkan bobot segar ubi 8,23 ton per hektar. Aplikasi paklobutrazol pada28 HST meningkatkan persentase stolon membentuk ubi dan aplikasi pada 42 HST meningkatkan jumlah ubi kelas S. Aplikasi paklobutrazol dengan cara penyiraman ke media tanam meningkatkan persentase stolon membentuk ubi dan jumlah ubi kelas S dan M.
Aplikasi chitosan untuk meningkatkan hasil benih kentang G0 (Solanum tuberosum l.) kultivar granola pada berbagai jenis media tanam Nuraini, Anne; Hamdani, Jajang Sauman; Suminar, Erni; Ardiansyah, Dian
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.668 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14374

Abstract

Salah satu kendala dalam produksi kentang di Indonesia adalah rendahnya mutu benih yang digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut penyediaan benih kentang dilakukan dengan kultur jaringan, dengan menghasilkan benih Go. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek aplikasi chitosan  terhadap hasil benih kentang G0 kultivar Granola pada berbagain jenis media tanam. Percobaan dilaksanakan dari  Februari 2012 sampai Mei 2012 di screen house Kebun Percobaan Ciparanje  Faperta UNPAD, Jatinangor, dengan ketinggian tempat ±750 m dpl. Percobaan memakai  Rancangan Petak Terbagi  dengan tiga ulangan. Petak utama adalah komposisi  media tanam terdiri dari empat  taraf, yaitu tanah + sekam, tanah + sekam + pupuk kotoran hewan (kohe) ayam , tanah + sekam + pupuk kohe sapi , tanah + sekam + kascing dengan perbandingan 2:1:1. Anak petak adalah konsentrasi chitosan  terdiri dari empat taraf, yaitu 0%, 0,2 % , 0.4% , dan 0.6%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh chitosan tidak bergantung pada jenis media terhadap pertumbuhan dan hasil benih G0. Secara mandiri perlakuan pupuk kohe sapi dan kascing menghasilkan pertumbuhan dan hasil benih terbaik,Kata kunci :  chitosan, kotoran hewan sapi, kotoran hewan ayam, kascing, hasil benih
Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh Anjarsari, Intan Ratna Dewi; Hamdani, Jajang Sauman; Victor Zar, Cucu Suherman; Nurmala, Tati; Sahrian, Heri; Rahadi, Vitria Puspitasari
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.569 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v17i2.16786

Abstract

ABSTRAK Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan salah satunya untuk menginisiasi tumbuhnya banyak tunas sebagai bakal pembentukan pucuk peko. Pemangkasan mengubah luas daun, kapasitas fotosintesis perdu, mempengaruhi keseimbangan metabolisme antara organ di atas dan di bawah tanah dengan  mengurangi  jumlah tumbuh tunas yang berfungsi sebagai sumber dan pengguna untuk nutrisi dan hormon. Sampai saat ini pertumbuhan tunas sebagai bakal daun setelah pemangkasan terjadi secara alami tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pada dasarnya rekayasa fisiologis dengan menggunakan ZPT sitokinin dapat menjadi pilihan untuk lebih memacu pertumbuhan cabang lateral dan tunas serta memecahkan dormansi pucuk. Tujuan penelitian pendahuluan ini  adalah untuk mengetahui   kadar pati akar, kadar sitokinin endogen, serta status hara tanah  guna menentukan waktu pemangkasan yang tepat dan dasar untuk dilakukan aplikasi zat pengatur tumbuh setelah dipangkas. Penelitian selanjutnya adalah penggunaan sitokinin BAP pada berbgai dosis pada tanaman teh yang sudah dipangkas.  Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus  hingga Oktober 2017 di kebun percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung  pada ketinggian 1250 m di atas permukaan laut (dpl). Metode pengambilan sampel daun, akar, dan tanah di lapangan dilakukan secara komposit untuk setiap ulangan selanjutnya dilakukan analisis pati akar, sitokinin endogen serta hara tanah. Hasil uji kualitatif pati akar menggunakan iodium mengindikasikan bahwa tanaman teh siap untuk dipangkas terlihat dari sampel akar yang ditetesi iodium menunjukkan warna hitam. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar pai akar berada pada kisaran 6.99 % hingga 9,16% dan sitokinin endogen ada pad akisaran 0,0016% hingga0,0019%.  Penentuan kadar pati akar, kondisi lingkungan serta status hara sebelum pemangkas diperlukan agar meminimalisasi tingkat kematian perdu teh serta analisis sitokinin endogen diperlukan untuk lebih  mengoptimalkan dosis sitokinin yang akan diberikanKata Kunci : pemangkasan, sitokinin endogen, kadar pati akar. ABSTRACT  Pruning on tea plants is  perfomed initiating growth of shoots to be pecco stadia. Pruning changes the leaf area, the capacity of photosynthetic tea bush, affecting the metabolic balance between upper and underground organs by reducing the growing number of buds that function as sources and sinks for nutrients and hormones. Until now the growth of shoots as leaf will after pruning occurs naturally without the addition of plant growth regulating substances (PGR). Essentially physiological engineering using  cytokinins can be an option to increase the growth of lateral branches and buds as well as break the shoot dormancy. The preliminary study was conducted from August to October 2017 at experimental field of Gambung Tea and Quinine Research Center (PPTK) at an altitude of 1250 m above sea level (asl). Preliminary method used in the form of analysis of root starch, endogenous cytokinin and soil nutrients to  determined the proper pruning time and the basis for the application of  plant growth regulator substances after pruning. The results of a qualitative test of root content using iodine indicated that the tea plant was ready to be pruned visible from the root samples that iodized spots showed black. The result of  laboratory test  showed that root starch content was in the range of 6.99 to 9.16. and cytokinin endogen  preliminary analysis showed that the levels are in the range of 0.0016 up to 0.0019. Determination of root starch, environmental conditions and nutrient status before pruning is necessary in order to minimize mortality rate of tea bush as well as analysis of endogenous cytokinin is needed to further optimize the dose of cytokinin to be given. Keywords : cytokinins, pruning,  root starch content
Respons pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium terhadap waktu dan cara aplikasi paklobutrazol Nuzula Suci Azima; Anne Nuraini; Sumadi Sumadi; Jajang Sauman Hamdani
Kultivasi Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.081 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i2.11712

Abstract

Aplikasi paklobutrazol pada penanaman kentang di dataran medium dapat mengurangi sintesis giberelin yang menyebabkan penurunan hasil kentang. Efektifitas paklobutrazol tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi, tetapi juga waktu dan cara aplikasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh waktu dan cara aplikasi paklobutrazol yang memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari waktu aplikasi paklobutrazol yaitu 28, 35 dan 42 HST (Hari Setelah Tanam) dan cara aplikasi paklobutrazol yaitu disemprot ke daun, disiram ke media tanam dan kombinasi antara penyemprotan ke daun dan penyiraman ke media tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi waktu dan cara aplikasi paklobutrazol terhadap bobot segar ubi per hektar. Aplikasi paklobutrazol pada 42 HST dengan kombinasi cara penyemprotan ke daun dan penyiraman ke media tanam menghasilkan bobot segar ubi 8,23 ton per hektar. Aplikasi paklobutrazol pada28 HST meningkatkan persentase stolon membentuk ubi dan aplikasi pada 42 HST meningkatkan jumlah ubi kelas S. Aplikasi paklobutrazol dengan cara penyiraman ke media tanam meningkatkan persentase stolon membentuk ubi dan jumlah ubi kelas S dan M.
Pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 kultivar medians pada berbagai komposisi media tanam dan interval pemberian air di dataran medium Jajang Sauman Hamdani; Sumadi Sumadi; Kusumiyati Kusumiyati; Haifa Ruwaidah
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.30583

Abstract

SariBenih merupakan kunci sukses budidaya kentang. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan menjadi kendala produksi kentang di Indonesia  adalah ketersediaan benih kentang yang memiliki kualitas dan kuantitas baik serta belum memenuhi kebutuhan permintaan benih petani kentang. Permasalahan produksi benih kentang generasi ke-0 (G0) adalah rendahnya jumlah ubi benih yang dihasilkan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dengan interval pemberian air terhadap produksi benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Split Plot. Petak utama adalah komposisi media tanam yang terdiri dari campuran tanah:kompos:arang sekam:cocopeat  (2:1:1:1, 3:1:1:1, dan 4:1:1:1) ), dan anak petak adalah interval pemberian air (1, 2, dan 3 hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara komposisi media tanam dan interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 kultivar Medians di dataran medium. Komposisi media tanah:kompos:arang sekam:cocopeat (3:1:1:1) memberikan nilai rata-rata tertinggi terhadap konduktansi stomata, tinggi tanaman, luas daun, bobot kering tanaman, jumlah  stolon, persentase stolon membentuk ubi, jumlah ubi,  (6,55 knol/ tanaman) dan bobot ubi G0 (31,72 g/tanaman)  yang lebih  tinggi bila dibandingkan dengan komposisi lainnya. Interval pemberian air dua hari sekali menunjukkan  nilai tertinggi terhadap tinggi tanaman, luas daun, bobot kering tanaman, jumlah ubi G0  yang lebih  banyak yaitu (5,67 knol/tan) dan bobot  ubi yang lebih tinggi  (29,39 g/tan)  dibandingkan dengan  interval pemberian 1 dan 3 hari sekali.Kata Kunci: benih kentang G0, komposisi media, interval pemberian air, dataran medium AbstractSeeds are the key to successful potato cultivation. One of the factors that affect and become a problem production potato in Indonesia is the lack of availability of good potato seeds in quality and quantity,that way it does not supply requirement. Among the problems in potato seed production of the 0th generation (G0) were low number of tuber produced. In connection with this, it is necessary to carry out an integrated study between the environmental engineering of the planting media and the water supply interval. This study aimed to know interaction between composition of planting medium with  watering interval to production potato seeds G0 in medium land.The experiment was carried out at the experimental field, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang. The experiment used Split plot  Design.  The main plot was the growing media compositions, composed by soil:compost:husk charcoal:cocopeat (2:1:1:1, 3:1:1:1, and 4:1:1:1).  The sub plot was interval of watering (1, 2, and 3 day). The experimental results showed that there was no interaction effect of the growing media compositions and interval of watering. Compositions of soil:compost:husk charcoal:cocopeat (3:1:1:1) showed the  plant height, leaf area, dry weight, number of stolons, the percentage of stolon becomes tuber, number of tubers (6.55 knol/plant), and weight of tuber per plant (31.72 g/plant) were higher than others. The interval of  watering 2  day showed the  plant height, leaf area, dry weight, produce numbers of tubers ( 5.67 knol/plant),  and weight of tubers per plant (29.39 g/plant) were higher than interval 1 and 3 days.Keywords: G0  potato seed,  media compositions,  watering interval,  medium lands
Pemilihan teknik aplikasi dan dosis pupuk hayati pelarut kalium untuk meningkatkan serapan kalium dan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisols Diyan Herdiyantoro; Tualar Simarmata; Mieke Rochimi Setiawati; Nenny Nurlaeny; Benny Joy; Mahfud Arifin; Jajang Sauman Hamdani; Iin Handayani
Kultivasi Vol 21, No 1 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i1.35781

Abstract

AbstrakSalah satu strategi yang diterapkan pada pupuk hayati untuk menunjukkan efek positif pada tanaman yang diinokulasi adalah pemilihan teknik aplikasi dan dosis yang tepat, baik pada tanah, benih, atau kombinasi keduanya. Tujuan dari percobaan ini adalah mendapatkan teknik aplikasi dan dosis pupuk hayati pelarut K yang memberikan hasil terbaik terhadap penyerapan K dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Inceptisols Jatinangor. Percobaan dilaksanakan pada November 2018-Januari 2019 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari tanpa perlakuan (kontrol), aplikasi pada benih 400 g.ha-1 dan 800 g.ha-1, aplikasi pada tanah 2 kg.ha-1 dan 4 kg.ha-1, dan kombinasi antara kedua teknik aplikasi dan dosis tersebut. Hasil percobaan menunjukkan aplikasi pupuk hayati pelarut K dengan dosis 4 kg.ha-1 dapat meningkatkan populasi BPK total 52,86% dibandingkan kontrol dan berkorelasi positif terhadap konsentrasi K2O (r=0,64**), serapan K (r=0,59**), dan diameter batang tanaman jagung (r=0,46*) yang dibudidayakan di tanah Inceptisols Jatinangor.Kata Kunci: Aplikasi pada tanah ∙ Aplikasi pada benih ∙ Bakteri pelarut kalium ∙ Dosis ∙ Jagung AbstractOne of the strategies applied to biofertilizers to show a positive effect on the inoculated plants is the selection of the appropriate application technique and dose in soil, seeds, or a combination of both. The purpose of this experiment was to obtain the application technique and dose of potassium (K) solubilizing biofertilizer that gave the best results on K uptake and growth of maize (Zea mays L.) on Inceptisols of Jatinangor. The experiment was performed in November 2018-January 2019 in the greenhouse of the Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The experiment used a single factor randomized block design with 9 treatments and 3 replications. The treatments consisted of control, seed treatment at doses of 400 g.ha-1 and 800 g.ha-1, soil treatment at doses of 2 kg.ha-1 and 4 kg.ha-1, and a combination of the two techniques application and doses. The results showed that the application of K solubilizing biofertilizer at a dose of 4 kg.ha-1 could increase the total PSB population by 52.86% compared to control and it was positively correlated with concentration of K2O (r=0.64**), K uptake (r=0.59**), and maize stem diameter (r=0.46*) grown on Inceptisols of Jatinangor.Keywords: Soil treatment ∙ Seed treatment ∙ Potassium solubilizing bacteria ∙ Dose ∙ Maize
Kadar pati akar dan sitokinin endogen pada tanaman teh menghasilkan sebagai dasar penentuan pemangkasan dan aplikasi zat pengatur tumbuh Intan Ratna Dewi Anjarsari; Jajang Sauman Hamdani; Cucu Suherman Victor Zar; Tati Nurmala; Heri Sahrian; Vitria Puspitasari Rahadi
Kultivasi Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.569 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i2.16786

Abstract

ABSTRAK Pemangkasan pada tanaman teh dilakukan salah satunya untuk menginisiasi tumbuhnya banyak tunas sebagai bakal pembentukan pucuk peko. Pemangkasan mengubah luas daun, kapasitas fotosintesis perdu, mempengaruhi keseimbangan metabolisme antara organ di atas dan di bawah tanah dengan  mengurangi  jumlah tumbuh tunas yang berfungsi sebagai sumber dan pengguna untuk nutrisi dan hormon. Sampai saat ini pertumbuhan tunas sebagai bakal daun setelah pemangkasan terjadi secara alami tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pada dasarnya rekayasa fisiologis dengan menggunakan ZPT sitokinin dapat menjadi pilihan untuk lebih memacu pertumbuhan cabang lateral dan tunas serta memecahkan dormansi pucuk. Tujuan penelitian pendahuluan ini  adalah untuk mengetahui   kadar pati akar, kadar sitokinin endogen, serta status hara tanah  guna menentukan waktu pemangkasan yang tepat dan dasar untuk dilakukan aplikasi zat pengatur tumbuh setelah dipangkas. Penelitian selanjutnya adalah penggunaan sitokinin BAP pada berbgai dosis pada tanaman teh yang sudah dipangkas.  Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Agustus  hingga Oktober 2017 di kebun percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung  pada ketinggian 1250 m di atas permukaan laut (dpl). Metode pengambilan sampel daun, akar, dan tanah di lapangan dilakukan secara komposit untuk setiap ulangan selanjutnya dilakukan analisis pati akar, sitokinin endogen serta hara tanah. Hasil uji kualitatif pati akar menggunakan iodium mengindikasikan bahwa tanaman teh siap untuk dipangkas terlihat dari sampel akar yang ditetesi iodium menunjukkan warna hitam. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar pai akar berada pada kisaran 6.99 % hingga 9,16% dan sitokinin endogen ada pad akisaran 0,0016% hingga0,0019%.  Penentuan kadar pati akar, kondisi lingkungan serta status hara sebelum pemangkas diperlukan agar meminimalisasi tingkat kematian perdu teh serta analisis sitokinin endogen diperlukan untuk lebih  mengoptimalkan dosis sitokinin yang akan diberikanKata Kunci : pemangkasan, sitokinin endogen, kadar pati akar. ABSTRACT  Pruning on tea plants is  perfomed initiating growth of shoots to be pecco stadia. Pruning changes the leaf area, the capacity of photosynthetic tea bush, affecting the metabolic balance between upper and underground organs by reducing the growing number of buds that function as sources and sinks for nutrients and hormones. Until now the growth of shoots as leaf will after pruning occurs naturally without the addition of plant growth regulating substances (PGR). Essentially physiological engineering using  cytokinins can be an option to increase the growth of lateral branches and buds as well as break the shoot dormancy. The preliminary study was conducted from August to October 2017 at experimental field of Gambung Tea and Quinine Research Center (PPTK) at an altitude of 1250 m above sea level (asl). Preliminary method used in the form of analysis of root starch, endogenous cytokinin and soil nutrients to  determined the proper pruning time and the basis for the application of  plant growth regulator substances after pruning. The results of a qualitative test of root content using iodine indicated that the tea plant was ready to be pruned visible from the root samples that iodized spots showed black. The result of  laboratory test  showed that root starch content was in the range of 6.99 to 9.16. and cytokinin endogen  preliminary analysis showed that the levels are in the range of 0.0016 up to 0.0019. Determination of root starch, environmental conditions and nutrient status before pruning is necessary in order to minimize mortality rate of tea bush as well as analysis of endogenous cytokinin is needed to further optimize the dose of cytokinin to be given. Keywords : cytokinins, pruning,  root starch content
Respons fisiologis tanaman kentang terhadap jenis zat pengatur tumbuh pada berbagai kondisi cekaman kekeringan di dataran medium Nita Yuniati; Jajang Sauman Hamdani; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.863 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24972

Abstract

Sari Peningkatan suhu global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sangat berpotensi terjadi cekaman kekeringan pada tanaman kentang. Fenomena ini dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) asam salisilat dan paclobutrazol mampu memberikan perlindungan bagi tanaman terhadap cekaman kekeringan melalui serangkaian proses fisiologis seperti peningkatan aktivitas fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara ZPT dan cekaman kekeringan serta memperoleh jenis ZPT dan kondisi cekaman kekeringan yang masih mampu menghasilkan karakter fisiologis tanaman kentang terbaik di dataran medium. Percobaan bertempat di Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, pada ketinggian 685 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi. Petak utama terdiri dari interval penyiraman 1, 4, 8, dan 12 hari, sedangkan anak petak terdiri atas tanpa ZPT, asam salisilat, paclobutrazol, serta kombinasi asam salisilat dan paclobutrazol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis ZPT dengan cekaman kekeringan terhadap seluruh parameter fisiologis. Penambahan ZPT paclobutrazol mampu menghasilkan respons terbaik terhadap konduktansi stomata serta suhu kanopi. Sementara itu, tanaman kentang pada 9 MST masih mampu memberikan respons fluoresensi klorofil terbaik hingga interval penyiraman 4 hari.Kata kunci: Kentang ∙ Cekaman kekeringan ∙ Asam salisilat ∙ Paclobutrazol Abstract. The rising of CO2 concentration increases global temperature. This phenomenon potentially causes drought stress in potato plant and lead to interfere its physiological process. Plant growth regulator (PGR) such as salicylic acid and paclobutrazol are expected to protect the plant due to the drought stress through improving photosynthesis activity. This study aimed to understand the interaction between PGR and drought stress; and find out the types of PGR and drought stress condition which are able to provide the best physiological responses of potato plant in medium altitude. The experiment was conducted in Ciparanje Experimental Field, Jatinangor, at an altitude 685 m above sea level. Split plot design was used as the experimental design. The main plot was watering interval, consisted of 1, 4, 8, and 12 day; while the subplot was PGR treatment, consisted of non-PGR, salicylic acid, paclobutrazol, and the combination of salicylic acid and paclobutrazol. All of the treatments were replicated for 3 times. The results showed that interactions were not occurred between PGR and drought stress to all physiological parameters. The treatment of paclobutrazol exhibited stomatal conductance and canopy temperature. Meanwhile, the potato plant showed good responses on chlorophyll fluorescence 9 WAP until 4 days watering interval.Keywords: Potato ∙ Drought stress ∙ Salicylic acid ∙ Paclobutrazol
Pengaruh interval penyiraman terhadap pertumbuhan dan adaptasi tiga bawang merah komersial Grace Pratiwi Manurung; Kusumiyati Kusumiyati; Jajang Sauman Hamdani
Kultivasi Vol 21, No 1 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i1.34836

Abstract

AbstrakAir merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian air yang sering dapat menyebabkan kelembaban tinggi (> 70%) dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi hama dan penyakit sedangkan air yang tidak mencukupi dapat menyebabkan cekaman kekeringan bagi tanaman. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman yang peka terhadap ketersediaan air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan interval penyiraman yang efektif dan efisien terhadap pertumbuhan tiga kultivar unggul bawang merah. Percobaan dilaksanakan di kebun percobaan milik Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (± 730 meter di atas permukaan laut). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi yang terdiri dari tiga petak utama dan tiga anak petak yang diulang sebanyak 4 kali. Petak utama adalah kultivar, yang terdiri dari kultivar (cv.) Bima, cv. Trisula, dan cv. Sumenep, sedangkan anak petak adalah interval penyiraman, yang terdiri dari penyiraman sehari sekali, dua hari sekali, dan tiga hari sekali. Hasil percobaan menunjukkan adanya interaksi antara interval penyiraman dan kultivar terhadap bobot akar dan kadar air relatif daun. Pengaruh mandiri dari perlakuan kultivar maupun interval penyiraman mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar, sementara tidak terjadi pengaruh yang nyata pada kandungan klorofil maupun konduktansi stomata. Tanaman bawang merah dapat beradaptasi pada kekurangan air dengan memperpendek tinggi tanaman, mengurangi jumlah daun, dan memperpanjang akar. Interval penyiraman yang menghasilkan pertumbuhan terbaik pada semua kultivar yang diuji adalah sehari sekali.Kata Kunci : Klorofil · Konduktansi stomata · cv. Bima · cv. Trisula · cv. Sumenep AbstractWater is one of environmental factor that affect plant growth and development. Frequent watering can cause high humidity (> 70%) and become a good medium and growing place for pest and disease, but infrequent watering can cause water stress for the plant. Shallot is one of the sensitive plant to water availability. This study aimed to determine the effective and efficient watering interval for supporting the growth of three superior cultivars of shallot. The experiment was conducted in the experimental garden of Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran (± 730 meter above sea level). The experimental design was split plot design consisted of three main plots, three sub plots and four replications. The main plot was cultivar, i.e., cv. Bima, cv. Trisula, and cv. Sumenep. The sub plot was watering interval, i.e., once a day (1 day 1x), once in two days (2 days 1x), and once in three days (3 days 1x). The result showed that there was an interaction between watering intervals and cultivars on root weight and relative water content of leaves. The independent effect of cultivar factor and watering interval affected plant height, number of leaves, and root length, while there was no significant effect on chlorophyll content and stomatal conductance. Shallot could adapt to water shortages by shortening plant height, reducing the number of leaves, and extending roots. Watering interval that caused the best growth performance on all tested cultivars was once a day.Keywords: Chlorophyll · Stomatal conductance · cv. Bima · cv. Trisula · cv. Sumenep
Pengaruh cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium Jajang Sauman Hamdani; Sumadi Sumadi; Kusumiyati Kusumiyati; Syariful Mubarok
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.35977

Abstract

AbstrakProduksi benih kentang (Solanum tuberosum L) di dataran medium dapat menjadi pilihan untuk menghindari kerusakan lingkungan dan terbatasnya areal untuk produksi benih kentang di dataran tinggi. Salah satu upaya untuk peningkatan produksi benih kentang generasi ke-0 (G0) adalah  pemberian pupuk NPK dan zat pengatur tumbuh. Sehubungan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok  Faktorial. Faktor pertama adalah cara pemberian pupuk NPK (butiran, cair, butiran+cair) dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian paklobutrazol (1 kali pada 50 hari setelah tanam (HST); 2 kali pada 50 dan 60 HST; dan 3 kali pada 50, 60, dan 70 HST). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0. Cara pemberian pupuk NPK yang dicairkan dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, bobot kering tanaman, jumlah ubi (7,61knol/tanaman), dan bobot ubi benih kentang G0, yaitu 98,75 g/tanaman. Frekuensi pemberian paklobutrazol 3 kali yang diberikan pada umur 50, 60, dan 70 HST mampu meningkatkan kandungan klorofil, jumlah ubi (7,50 knol/tanaman), dan bobot ubi benih kentang G0 tertinggi, yaitu  104,40 g/tanaman.Kata kunci: Dataran medium ∙ Kentang G0 ∙ NPK ∙ Paklobutrazol  Abstract Potato (Solanum tuberosum L.) seed production in medium altitude land can be another option to avoid environmental damage and limited seed production area in the high altitute land. The effort to increase the production of G0 potato seed is to apply NPK fertilizer and plant growth regulators. There, it is necessary to research the proper application of NPK fertilizer and the frequency of paclobutrazol application to increase the growth and yield of Go potato seeds in medium plains. This study aims to determine the interaction between the application of NPK fertilizer and the frequency of paclobutrazol application that can increase the growth and yield of G0 potato seeds in medium plains. The experiment was carried out at the experimental filed of Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. The experimental design used was a factorial randomized block design. The first factor was the application method of NPK fertilizer (granules, liquid, granular + liquid) and the second factor was the frequency of paclobutrazol application, i.e., 1 time only at 50 days after planting (DAP), 2 times at 50 DAP and 60 DAP and 3 times at 50 DAP, 60 DAP, 70 DAP. The experimental results showed that there was no interaction between the method of NPK fertilizer application and the frequency of paclobutrazol application on the growth and yield of G0 potato seeds. The application method of NPK fertilizer in form of liquid fertilizer could increase plant height, leaf area, leaf area index, plant dry weight, numbers of G0 seed tubers (7.61 knol plant-1) and tuber weights per plant (98.75 g plant-1). The frequency of 3 times NPK fertilizer applied at 50 DAP, 60 DAP, and 70 DAP was able to increase the chlorophyll content, numbers of G0 seed tubers for about 7.50 knol plant-1, and the highest of tuber weight for about 104.40 g plant-1.Keywords: Medium plain ∙ G0 potato ∙ NPK ∙ Paclobutrazol 
Co-Authors Ade Risti Oktavia Ade Setiawan ANNE NURAINI Anne Nurbaity ANNE NURBAITY Anne Nurbaity Benny Joy Cucu Suherman D Yadi Heryadi Dewi, Tessa Prima Dian Ardiansyah Dian Ardiansyah DIYAN HERDIYANTORO Diyan Herdiyantoro Drikarsa, Drikarsa Ega Raisya Erik Setiawan Erni Suminar Farida - Farida Farida Ghorbanpour, Mansour Glenn Christopher Uratel Grace Pratiwi Manurung Gultom, Siska Rahmayani Haifa Ruwaidah Heni Radiani Arifin Heri Sahrian Heri Syahrian Heri Syahrian Khomaeni Iin Handayani Imas Siti Setiasih Ine Elisa Putri Ine Elisa Putri Intan Ratna Dewi Anjarsari Kusumiyati Kusumiyati , Kusumiyati Lourenco Martins M. Amrul Khoiri Mahfud Arifin Mieke Rochimi Setiawati Mochamad Arief Soleh Muhamad Aditia Ghifari Nenny Nurlaeny Nita Yuniati Nita Yuniati Nuzula Suci Azima Nuzula Suci Azima, Nuzula Suci Parlinah, Linlin Pujawati Suryatmana Putri, Adinda Rosmaya Putri, Zahira Salsabilla Idris Rachman, Aulia Afifah Rafiif, Mohammad Faisal Rahmat Budiarto Ramadani, Selika Fitrian Reginawanti Hindersah Resti Nurjanah Rika Bhernike Sitepu Risa Nurul Falah Ruminta Ruminta Sahrian, Heri Soleh, Mochamad Arief Sumadi , Sumadi Sumadi SUMADI SUMADI Sumadi Sumadi Sumadi Sumadi SYAHBUDIN Y. SYARIFUL MUBAROK Tati Nurmala Tati Nurmala Tati Nurmala Tati Nurmala Tessa Prima Dewi Trisna Insan Noor Tualar Simarmata Tualar Simarmata Uratel, Glenn Christopher Vitria Puspitasari Rahadi Vitria Puspitasari Rahadi Vitria Puspitasari Rahadi Wawan Sutari Yayat Rochayat Suriadinata Yuyun Yuwariah Zaenal Muttaqin