Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Pengaruh Konsentrasi Penambahan Pektinase dan Kondisi Inkubasi Terhadap Rendemen dan Mutu Jus Mangga Kuini (Mangifera odorata Griff) Evi Savitri Iriani; E. Gumbira Said; Ani Suryani; nFN Setyadjit
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.11-17

Abstract

Kuini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak terdapat di Indonesia, yang memiliki aroma khas, penampilan warna yang menarik serta kandungan vitamin A, C dan serat yang tinggi. Untuk mengurangi serat tersebut biasanya ditambahkan pektinase dalam proses pembuatan jus kuini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, waktu dan suhu inkubasi terhadap perubahan rendemen dan karakteristik mutu jus kuini. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada bulan Juli 2003-Juni 2004. Kuini dari Bogor dan sekitarnya dihancurkan kemudian ditambahkan pektinase. Waktu inkubasi pada penelitian pendahuluan berkisar 0-180 menit. Pada penelitian utama digunakan rancangan percobaan rancangan acak faktorial dengan faktor (I) konsentrasi :0, 500,750 dan 1000 ppm, faktor (2) suhu inkubasi : 45° C dan 55° C dengan tiga kali ulangan. Waktu inkubasi yang digunakan adalah 60 menit karena berdasarkan penelitian pendahuluan dapat memberikan rendemen tertinggi. Parameter yang diamati meliputi peru bah an rendemen, pH, total padatan terlarut, kekentalan, kadar gula pereduksi, total asam dan vitamin C serta komponen volatil penyusun flavor kuini. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pektinase dan suhu inkubasi maka rendemen juga semakin bertambah. Interaksi konsentrasi pektinase 1000 ppm pad a suhu inkubasi 55° C memberikan rendemen tertinggi sebesar 94%. Hasil anal isis menunjukkan bahwa penambahan pektinase berpengaruh nyata terhadap perubahan pH, total padatan terlarut dan kekentalan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan gula pereduksi, total asam tertitrasi dan kadar vitamin C. Pektinase juga berpengaruh terhadap perubahan profil kromatogram dari flavor jus kuini, makin tinggi konsentrasi pektinase yang ditambahkan, maka komponen monoterpen seperti a-pinene dan myrcene akan berkurang. Effects of pectinase concentration and incubation condition on yields and quality of kuini mango juice (Mangifera odorata Griff)Kuini is kind of fruit found abundant in Indonesia that have exotic flavor and attractive color. Kuini also have high vitamin A and C as well as fibre. To reduce the fibre, pectinase was added to produce kuini mango juice. The study was conducted to discover how concentration, time and temperature of pectinase affected yields and quality changes of mango juices. The research was carried out at Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development (ICAPRD) from July 2003 to June 2004. Mangoes from Bogor, West Java were mashed and the pulp was reacted with pectinase. The incubation times applied were 0 to 180 minutes at preliminary research. One hour incubation time was able to give the best result in juice yields, therefore 60 minute was used at the main research. Design experiment used at the main research was randomized factorial design with factor (1) pectinase concentration: 0, 500, 750 and 1000 ppm and factor (2) temperature: 45° and 55° C with three replications. Parameter analyzed were yields, pH, total soluble solid (TSS), viscosity, reduction sugar, titratable acidity, ascorbic acid and volatile component of kuini. Pectinase of 1000 ppm at Sso C gave the highest juice yields of 94 percent compared to 83 percent at 0 ppm. There were significant changes in pH, TSS and viscosity of kuini juice, but not in the reducing sugar, total titratable acidity and vitamin C. Pectinase changed the flavor profile of kuini juice. The higher pectinase added could reduce monoterpene components such as a-pinene and myrcene.
Kinerja Enzim Naringinase Dan CMC Dalam Mengurangi Tingkat Kepahitan Jus Jeruk Siam nFN Setyadjit; Lani Kasigit; nFN Suyanti; Wisnu Broto; Ridwan Thahir; Dwi Setyaningsih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.32-42

Abstract

Dalam rangka mengurangi rasa pahit pada jus jeruk siam berbagai perlakuan telah dicoba antara lain penggunaan enzim naringinase dan CMC. Naringinase berbagai konsentrasi hingga 1,5 gil dengan berbagai waktu inkubasi hingga 4 jam pada suhu 30°C mampu menurunkan kandungan naringin hingga 50%. Optimum perlakuan adalah 1 g/l dengan waktu inkubasi 3 jam. Perlakuan CMC saja hingga 0,3% berhasil menurunkan kandungan naringin hingga 19%. Dengan meningkatnya penambahan CMC maka PTT dan kekentalan jus jeruk siam juga meningkat, tetapi tidak mempengaruhi pH total asam dan vitamin C. Kombinasi perlakuan enzim naringinase 1 g/l selama 3 jam yang dilanjutkan dengan penambahan CMC hingga 0,3% mampu menurunkan kandungan naringin hingga tinggal 30% saja, yang berarti lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan enzim saja maupun naringin saja, dan merupakan bukti adanya efek sinergis antara keduanya. Penambahan hingga maksimum 0,2% CMC adalah yang direkomendasikan karena peningkatan lebih dari konsentrasi ini dapat mempengaruhi kesukaan jus. The Performance Of Naringinase And CMC On Debittering Citrus Siam Juice.To debitter the citrus siam juice, naringinase and CMC have been applied into the juice. Naringinase of various concentration up to 1 g/l with incubation time up to 4 h at 30°C reduced concentration of naringin up to ca. 30 %. Optimum concentration was 1 g/l for 3 h. CMC vof various concentration up to 0.3% reduced the naringin content up to 10 %. However, the pH and viscosity were increased affected by the treatment but not total acidity, vitamin C and pH. At combination 1 g/l enzim for 3 h followed by CMC lip to 0.3 % were able to reduce the naringin concentration up to 30% left over. There is an indication of synergistic effect. Recommended treatment was 1 g/l naringinase for 3 h at 30°C followed by addition of 0.2 % CMC, since above the level the juice taste has been imparted.
OPTIMIZATION OF RESISTANT STARCH FROM BANANA FLOUR CV. MAS KIRANA OFF GRADE TO PRODUCE YOGURT PREBIOTIC Ermi Sukasih, STP, MSi; nFN Widaningrum; nFN Setyadjit; Winda Haliza
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v18n1.2021.9-20

Abstract

The banana of CV. Mas Kirana off-grade can be processed into banana flour with high resistant starch content which functions as a prebiotic. This study aims to optimize the content of resistant starch (RS) type 3 in the produce of banana flour. Modified banana flour cv. Mas Kirana with highest RS content will then be used to substitute skim milk in making prebiotic banana yogurt and are analyzed for its sensory properties. Data were processed using design expert 11.0 with three factors, namely X1 (Lactic acid bacterial concentration (LAB), X2 (fermentation time), X3 (retrogradation time). The optimization result was 109 CFU/mL of lactic acid bacteria concentration, 24 hours of fermentation time, and 37,60 hours of retrogradation time. The resulting banana flour cv Mas Kirana has 83,95% of resistant starch, 29,24% of yield, 3,60 of logarithmic lactic acid bacteria, and 4,49 of pH value. Its application to the production of banana yoghurt prebiotic replacing 80% skim milk, was acceptable to panelists in terms of color, aroma, viscosity, taste, and overall acceptance.
Pengaruh Penambahan Asam dan Suhu Penyimpanan Tehadap Kualitas Sari-Kristal Buah Rambutan nFN Setyadjit; A. Mustafa; D. Sumangat; W. Haliza; A. Suryani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n2.2011.89-100

Abstract

Permasalahan yang ditemukan dalam pembuatan jus rambutan yaitu terbentuk endapan dan pencoklatan. Hal ini bisa diatasi dengan mikrofiltrasi membran, setelah terlebih dahulu dilakukan sentrifugasi untuk memperoleh jus jernih (sari-kristal). Sari kristal tanpa dipasteurisasi, daya simpanya hanya 2-3 hari walaupun disimpan pada suhu 5°C. padahal secara teoritis semua partikel seukuran mikroba telah ikut tersaring. Perlakuan kombinasi pengkondisian pH, scrta penyimpanan (5°C dan 27 °C) t,elah dilakukan dan kualitas sari kristal telah diamati hingga 90 hari. Perlakuan pasteurisasi suhu 70°C selama 10 menit dapat memperpanjang umur simpan jus rambutan pada suhu kamar hingga 75 hari. Perlakuan pengkondisian pH, dan suhu penyimpanan 5°C mampu mempertahankan kualitas jus lebih dari 90 hari. Kombinasi perlakuan filtrasi dengan membran, pengaturan pH dan pasteurisasi dapat menghasilkan jus rambutan tanpa pengawet yang merniliki daya simpan cukup lama. Effect Of Organic Acid Addition And Storage Temperature On Quality Of Crystal-Juice RambutanRambutan juice has been low in quality because of the browning and sedimentation of the cloudy part of the juice. This incidence can be reduced by application of microfiltration with centrifugation pre-treatment to produce crystal-juice. Without pasteurization even though it was stored at 5 ·C, the microfiltered juice can only last after 2-3 days. Theoritically, particles having the same size of miocrobes should be rejected by the membrane. The experiment done comprises of treatments: adjusting pH. pasteurization, and storage (ambient and 5°C), with evaluation up to 90 days. With only doing pasteurization at 70°C for 10 minutes, the storage life of juice can be extended up to 75 days at ambient temperature. Additional treatment i.e. pH adjustment, storage at 5 ·C could kept the rambutan crystal juice >90 days. Thus, microfiltration technique, pH adjustment, and pasteurization are a series of treatment which is potential for producing rambutan juice without addition of chemical preservatives.
Sintesis Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Alkohol Lemak Dan Pati Sagu Untuk Formulasi Herbisida Ani Suryani; nFN Dadang; nFN Setyadjit; Agus Sudiman Tjokrowardojo; Mochamad Noerdin N.Kurniadji
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.10-20

Abstract

Alkil poliglikosida (APG) merupakan surfaktan nonionik yang biasa digunakan pada formulasi beberapa produk seperti formulasi herbisida, produk-produk perawatan badan, produk kosmetik maupun untuk pemucatan kain tekstil. APG merupakan surfaktan generasi baru yang ramah lingkungan karena bersifat mudah terurai. Bahan baku APG adalah alkohol lemak dari oleokimia minyak kelapa atau minyak inti sawit dan karbohidrat seperti pati. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh surfaktan non ionik APG yang berbasis pati sagu dan alkohol lemak C12 (dodekanol). Penelitian ini memodifikasi proses produksi APG metode dua tahap dengan mencari kondisi optimum suhu proses butanolisis dan rasio mol pati sagu-dodekanol dan mengetahui pengaruhnya terhadap nilai kestabilan emulsi air:xilena, karakterisasi APG dan hasil formulasi herbisidanya serta uji efektivitasnya. Hasil analisis permukaan respon, menunjukkan nilai kestabilan emulsi air:xilena dengan penambahan APG (%) yaitu 72,58% pada suhu proses butanolisis 147,8oC dan pada rasio mol tepung sagu-dodekanol 1:3,27 (b/b). Validasi optimasi menunjukkan nilai kestabilan emulsi air:xilena dengan penambahan APG yaitu 72,3%. Model persamaan optimum Y= 64,29 + 35,53X1 – 29,82X12 - 9,63X2 – 23,09X22 -20,56X1X2 adalah valid sesuai hasil pengujian. APG pada konsentrasi 1% (b/v) dapat menurunkan tegangan permukaan 23,375 dyne/cm dan nilai tegangan antarmuka antara air dan xilene pada konsentrasi 0,4% (b/v) APG adalah 8,17 dyne/cm. Nilai HLB 8,8 sehingga APG yang dihasilkan termasuk surfaktan yang sesuai untuk jenis emulsi minyak dalam air (O/W) dan sebagai bahan pembasah. Sedangkan pH APG kondisi proses optimum sebesar 7,15. Pengamatan aplikasi formulasi herbisida (glifosat dan surfaktan APG) hasil penyimpanan 5 minggu dengan suhu 15oC, suhu ruang (26-29oC) dan 40oC menunjukkan efektivitas yang tinggi. Suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap efektivitas herbisida.Synthesis of Alkil Polyglycoside From Fatty Alcohol and Sago Starch for Herbicide FormulationAlkyl poliglycosides (APG) is non ionic surfactant which is commonly used in some products like herbicides, personal care products, cosmetics and textile bleachings. APG is new generation of surfactant that is environmental friendly. Raw materials of APG are fatty alcohol from palm oil or palm kernel oil and carbohydrates like starch, that make APG a biodegradable surfactant. The aim of research was to obtain non ionic surfactant alkyl polyglycosides (APG) based on sago starch and fatty alcohol CI2 (dodecanol). This research is a modification of production process of APG two steps method, by optimizing temperatures for butanolysis and mol ratio of sago starch-dodecanol to emulsion stability (water: xylene), characterisisation of APG formulated, herbicide formulation and its hebicide formulation effectiveness. Result of response surface, showed that emulsion stability (water:xylene) added APG (%) was 72.58% at temperature of butanolysis 147.8°C and at ratio of sago starch-dodekanol 1:3.27 (w/w). Validation showed that emulsion stability (water: xylene) with addtion of APG was 72.3%. Equation model of optimum condition was Y= 64.29 + 35.53X, _ 29.82X,' _ 9.63X2 _ 23.09X,'-20.S6X,X2 which similar to experimental data. APG at I % (w/v) was able to decrease surface tension 23.375 dyne/ern and interfacial tension between water: xylene at APG concentration of 0.4% (w/v) was 8.17 dyne/ern. Value of HLB was 8.8 so that this surfactant is classified into emulsion of oil in water (O/W) and wetting agent. APG pH for optimum process was 7.15. Application of herbicide formulate (glyphosate and APG surfactant) that was stored for 5 weeks at temperature of lye, room temperature (26-29°C) and 40°C still showed a high effectiveness. The storage temperature did not effect significantly on herbicide efectiveness.
Pengaruh Cara Ekstraksi dan Musim Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati nFN Suyanti; Sulusi Prabawati; nFN Yulianingsih; nFN Setyadjit; Astu Unadi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.18-23

Abstract

Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mcmpunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bah an untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industry dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal, Pcnelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak mclati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pclarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pad a musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,58- 4, II %), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen min yak yang tinggi . The effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absoluteUtilization of jasmine flower was limited. Traditionally, the flower is used for ritual offerings, decoration and tea fragrance. Through extraction, jasmine flower could produce jasmine oil which was useful for perfume, soap, medicine, other fragrant product, and aromatherapy. Jasmine absolute for that purposes have been imported with high price. This research aimed at finding out the optimum extraction technology: higher yield and quality of absolute and maximum solvent recovery. Fresh flower of Jasminum officinale harvested at Purbalingga regency, Central Java, were extracted using hexane. Randomized Block Design was used as experimental design on the study and the treatments were: one stages of extraction, two stage of extraction, and leaching of the waste flower continued by extraction of fresh flower conducted at rainy and dry season. The results showed that, one stage of extraction was the best treatment. The highest yield of absolute was of 0.15-0.17%. The absolute yield produced in dry season were higher than that of rainy season and characterized by good quality due to higher total component. The refractive index was 1.45-1.46, acid number 9.60-11.80 ester number 129.07-130.73 the essential oil composition were benzyl acetate (6.74-7.90%), benzyl benzoate (2.58-4.11%), cis-jasmone (8.49-9.53%), methyl jasmonate (0.81-0.86%), linalool (3.59-5.40%). The result of this study could be used as an appropriate method for jasmine oil extraction.
OPTIMASI FORMULA TEPUNG PISANG CAVENDISH (MUSA CAVENDISHII) INSTAN DENGAN METODE RESPON SURFACE Ermi Sukasih; nFN Setyadjit; nFN Sunarmani; Sri Rejeki R. Pertiwi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v15n1.2018.1-11

Abstract

Salah satu diversifikasi pengolahan pisang adalah menjadi tepung pisang instan dengan pengering drum dryer. Teknologi pengeringan ini memerlukan bahan pengisi dan agen anti pencoklatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimasi konsentrasi tapioka, asam sitrat dan puree pisang dalam proses pembuatan tepung pisang Cavendish instan. Penelitian ini menggunakan rancangan Response Surface Methodology (RSM), tiga parameter yang dioptimasi adalah konsentrasi tapioka, asam sitrat dan puree pisang. Level dari input parameter adalah tapioka 3-10%, asam sitrat 150-300 ppm dan puree pisang 1-50%. Karakteristik fisiko-kimia produk tepung pisang instan kemudian dianalisis, meliputi kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, serat kasar, kalori, dan warna (oHue). Hasil prediksi variabel respon dari formula optimal yaitu kadar air 2,67 %, abu 1,60 %, lemak 3,09%, protein 2,38%, karbohidrat 90,26%, serat kasar 7,49%, kalori 398,84 Kkal/100g, dan warna 67,78oHue (kuning kecoklatan). Formula optimum tepung pisang instan adalah formula 6, yaitu dengan penambahan tapioka 6,50%, asam sitrat 225 ppm dan puree pisang 30%. Tepung pisang instan berpotensi untuk digunakan sebagai makanan sarapan melalui formulasi dengan penambahan bahan yang lain seperti lemak dan protein. Optimisation of The Instant Cavendish Banana Flour Formula by Response Surface Method. 2018. Ermi Sukasih, Setyadjit, Sunarmani and Sri Rejeki R. Pertiwi.One of diversification products of banana is instant flour using drum dryer. It requires filler and anti-browning agents. The purpose of this research was to get the optimum concentration of tapioca, citric acid and banana puree to produce instant banana flour.The experiment used Response Surface Methodology (RSM), with three parameters being optimized, i.e. the concentration of tapioca, citric acid and banana puree. The percentage used for tapioca in the range of 3-10 %, citric acid 150-300 ppm and banana puree 1-50%. TThe instant banana flour was analyzed for its physicochemical characteristics, i.e: moisture, ash, fat, protein, carbohydrate, crude fiber content, energy, and color 67.78 (oHue). The result of variable response prediction from the optimum formula was moisture content 2.67%, ash 1.60%, fat 3.09%, protein 2.38%, carbohydrate 90.26%, crude fiber 7.49%, color 67.78oHue brownish yellow, energy 398.84 kcal/100g. The optimum formula was formula 6, with the addition of tapioca 6.50%, citric acid 225 ppm and banana puree 30%. This product has a potential to be used as a breakfast food through further formulations with the addition of other ingredients such as fat and protein.
Uji Ketahanan Dan Kecukupan Panas Terhadap Inaktivasi Populasi Mikroba Pada Pasteurisasi Sari Murni Jeruk Siam Ermi Sukasih; nFN Setyadjit
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n2.2006.77-82

Abstract

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan teknologi pengolahan jeruk Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian di lokasi Tebas, Kalimantan Barat. Salah satu keluaran dari kegiatan ini adalah jus jeruk sari murni. Pasteurisasi adalah merupakan tahapan kritis dalam proses pembuatan sari murni jeruk Siam karena menyangkut kecukupan panas yang dihasilkan untuk inaktivasi populasi mikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji ketahanan panas dan kecukupan panas populasi bakteri dan kapang/khamir pada pasteurisasi sari murni jeruk Siam. Uji ketahanan panas populasi mikroba dilakukan dengan metode tabung dengan pemanasan pada kombinasi suhu dan waktu 55,60,65, 70, 75 dan 80oC selama 5,10,15 dan 20 menit. Parameter yang diamati adalah jumlah mikroba awal dan akhir setelah pemanasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa populasi bakteri pada sari murni jeruk Siam mempunyai ketahanan panas yang lebih tinggi (nilai z = 46,30oC) daripada populasi kapang/khamir (nilai z = 17,24oC). Nilai P pada suhu referensi 85oC untuk pasteurisasi sari murni jeruk Siam dengan sistem pasteurisasi 3D adalah 11,26 menit. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk memproduksi jus jeruk sari murni di lapang diperlukan proses pasteurisasi pada suhu 85ºC selama 11,26 menit.
Identifikasi Dan Uji Keamanan Asap Cair Tempurung Kelapa Untuk Produk Pangan Slamet Budijanto; Rokhani Hasbullah; Sulusi Prabawati; nFN Setyadjit; nFN Sukarno; Ita Zuraida
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.32-40

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keamanan pangan asap cair tempurung kelapa untuk produk pangan dengan uji toksisitas akut dan identifikasi komponen volatil menggunakan Gas Chromatography- Mass Spectroscopy (GC-MS). Uji toksisitas akut asap cair dilakukan dengan menentukan nilai LD50 atau dosis tunggal suatu zat yang diharapkan akan membunuh 50% hewan percobaan, berdasarkan OECD 402 (2001) Guidelines for the Testing of Chemicals. Tiga ekor mencit digunakan untuk setiap perlakuan. Dosis yang diujikan adalah 0, 50, 500, 5.000, dan 15.000 mg/kg bobot badan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai LD50 asap cair tempurung kelapa lebih besar dari 15.000 mg/kg bobot badan mencit. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2001, asap cair tempurung kelapa dengan nilai LD50 lebih besar dari 15.000 mg/kg, maka termasuk bahan yang tidak toksik dan aman digunakan untuk produk pangan. Identifikasi komponen volatil asap cair tempurung kelapa diawali dengan mengekstrak bahan tersebut menggunakan diklorometan sebagai pelarut. Hasil analisis GC-MS menunjukkan terdapat 40 komponen yang teridentifikasi dari asap cair, dengan 7 komponen yang dominan yaitu 2-Methoxyphenol (guaiacol), 3,4-Dimethoxyphenol, Phenol, 2-methoxy-4-methylphenol, 4-Ethyl-2-methoxyphenol, 3-Methylphenol, dan 5-Methyl-1,2,3-trimethoxybenzene. Selain itu, tidak ditemukan adanya senyawa-senyawa Policyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang bersifat karsinogenik termasuk benzo[a]pyrene dalam asap cair tempurung kelapa.Identification and Safety Test on Liquid Smoke Made From Coconut Shell for Food ProductThe objective of this research was to study the food safety of coconut shell liquid smoke for food products by acute toxicity test and identification of volatile compounds by means of Gas Chromatography- Mass Spectroscopy (GC-MS). Acute toxicity test of these product were assessed by determination of L050 dose (the single dose which causes the death of half the test animals) based on OECD 402 (2001) Guidelines for the Testing of Chemicals. Three mice were used for each step. The dose used were 5 fixed levels, i.e. 0, 50, 500, 5000, and 15000 mg/kg body weight. Results indicated that LO,o dose of this liquid smoke were more than 15.000 mg/kg body weight of mice. Based on regulation by the Indonesian Government (Regulation 74/RII2001), liquid smoke with LDso value more than 15.000 rug/kg body weight of mice, is not toxic and safe for food products. Identification of volatile compounds of liquid smoke was started by extracted these product using dichloromethane as a solvent. Result of GC-MS showed that liquid smoke comprised 40 components. From GC-MS spectra were identified 7 peaks of a higher proportions. They were identified as 2-Methoxyphenol (guaiacol), 3,4-dimethoxyphenol, Phenol, 2- methoxy-4-rnethylphenol, 4-Ethyl-2-methoxyphenol, 3-Methylphenol, and 5-Methyl-I.2.3-trimethoxybenzene. Neither benzo[a]pyrene nor other polycyclic aromatic compounds with carcinogenic properties were found in the liquid smoke.
Proses Pemekatan Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var Microcarpa) dengan Reverse Osmosis Erliza Noor; Adetiya Rachman; nFN Setyadjit; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.21-26

Abstract

Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Pada penelitian ini proses pemekatan dilakukan menggunakan Reverse Osmosis Bertekanan Rendah (Low Pressure Reverse Osmosis, LPRO) berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida dan luas permukaan 0,59 m2. Tingkat pemekatan, kualitas jus, dan fluksi diamati pada berbagai variasi laju alir umpan (0,01; 0,015; 0,02; dan 0,03 m/det) dan tekanan trans-membran (TMP) 4, 6, dan 8 Bar. Pada laju alir umpan dan tekanan trans-membran masing-masing 0,03 m/det dan 8 Bar diperoleh tingkat pemekatan tertinggi mencapai 76% menghasilkan konsentrat jus sebesar 11,8 oBrix, dan fluksi 0,73 L m-2 jam-1. Tingkat pemekatan dengan LPRO ini cukup baik sebagai tahap awal proses pemekatan dengan reverse osmosis (RO). Concentration Of Citrus Siam (Citrus Nobilis) Juice By Reverse OsmosisConcentration of citrus juice with microfiltration still contains total soluble solids that is 6.S "Brix. Level concentration of this juice still require to be improved to get juice concentrate by lessening water content in juice. In this research. concentration process used low pressure reverse osmosis (LPRO) in form of circumference of spiral (spiral of wound) poliamide material and surface 0.59 m'. Level of concentration, juice quality, and flux perceived at variation rate of flow (0.01, 0.015, 0.02, and 0.03 m/sec) and pressure of trans-membrane (TMP) 4,6, and 8 Bar. At rate of flow and pressure of trans-membrane{0.03 m/sec and S Bar respectively, it was obtained a high level concentration 76% of equal LO II.S "Brix, and flux 0.73 1 h-1 m-2. This level of concentration with LPRO is adequate as early stage of concentration process of reverse osmosis (RO).